Tim robot Hafiz. Foto: Adisupo
30 april 2013
BERKALI-KALI tanding di berbagai kompetisi robot regional, nasional maupun internasional langganan juara dua dan empat, tetapi begitu diganti nama ‘Hafiz’ dari W1nda (baca Wanda) langsung cerdas. Menyabet medali emas dan membuat robot Amerika Serikat ‘keok’ dan harus puas dengan medali perak. Hafiz sempat dikagumikan peserta kompetisi robot negara lain karena kecerdasannya.

“Robot ini mampu mendeteksi, mendapatkan, memadamkan titik api dan kembali ke rumah dengan selamat dan aman. Uniknya lagi robot yang dipersiapkan selama dua tahun kalau dikerjakan diuji coba sebelum jam dua belas malam error, tetapi setelah di atas jam-jam itu lancar. Jadi tim harus begadang, saat kuliah ngantuk,” kata Malik Khidir, salah seorang dari 3 tim robot UGM kepada wartawan, Selasa (30/4).

Robot itu diberi nama Hafiz diambil dari salah satu nama dari anggota Tim Robot UGM yang tidak bisa berangkat ke Amerika. Alhasil setelah ganti nama meraih emas Trinity Fire Fighting Robot Contest, 6-7 April di Hartford City, Connecticut, Amerika Serikat. Tim ini berhasil meraih 2 emas dan 1 perak di RoboGames 2013 Olympics of Robots, 19-21 April di San Mateo, California, Amerika Serikat.

Di balik sukses Tim Robot UGM di AS menurut dosen pembimbing Dr Herianto, Nur Sulistyawati ST MT dan Koordinator Tim Robot UGM 2013 Raditia Noverdi ‘dikeroyok’ 49 anggota tim yang bekerja di ‘dapur’. Ke-49 ‘koki’ terpilih dari 6 jurusan, yang ada di Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) dan Sekolah Vokasi.serta didukung alumni Tim Robot UGM.

Karena keterbatasan dana, yang diberangkatkan hanya 3 orang, selain Malik Khidir, Agys Badruzzaman (Teknik) dan Bachtiar C Permana (Sekolah Vokasi). Menurut Malik persiapan selama 1 tahun tersebut cukup maksimal dibuktikan dengan bentuk robot yang dibuat tim sangat rapi. “Tiga kali trial berhasil memadamkan api dan mampu kembali ke home (lintasan awal) dengan sempurna,” kata Malik.

Diakui Malik, untuk membuat robot berkibar di Amerika tidak mudah. Setidaknya selama dua tahun, harus mengurangi jatah tidur untuk mengutak-atik rangkaian robot. “Dua tahun kerja, Alhamdulillah ada hasilya,” ujar Malik yang bersama tim lainnya membagi tugas dalam mendesain robot, ada mekanik, elektronik dan membuat program.

Kesulitan yang dihadapi lainnya, suku cadang robot hanya dapat dibeli dari Amerika, China dan Inggris. “Untuk pesan terpaksa menunggu barangnya datang satu minggu hingga dua bulan,” katanya seraya menyebutkan untuk satu robot menghabiskan dana sebesar 30 juta sedangkan untuk robot line follower hanya Rp 2 juta karena suku cadang bisa dibeli di pasar lokal.

Menurut Agys Badruzzaman, robot yang dibawa ke Amerika Serikat sempat mengalami kerusakan karena di bagasi pesawat walau sudah ditulisi dilarang dilempar. Beruntung, sebelum bertanding sempat diperbaiki dan membeli suku cadang saat berada di negeri Amerika. Kesusahan dan kesulitan yang dihadapi selama persiapan mendapatkan hasil yang membuat tim bangga.

Di kompetisi Trinity Fire Fighting Robot Contest, robot mereka berhasil mengalahkan robot dari Amerika, China, Israel, Rumania, dan Turki. Robot� Hafiz mampu mengalah robot lainnya dalam kecepatan memadamkan api dengan cepat dalam sebuah simulasi dengan lintasan sepanjang 60 meter. “Di tempatkan dari posisi manapun, robot Hafiz bisa memadamkan api dan tidak terjadi error,” katanya.
�
Dalam kompetisi Robogames, Tim Robot UGM mengikuti 5 kategori 3 yang berhasil membawa pulang medali. Dua medali emas untuk kategori Fire Fighting Robot dan Natcar Robot, perak untuk kategori Balancer Robot. Menurut Agys, kompetisi robot ini terbesar di dunia, sehingga meraih The Guinness World Records. Kompetisi diikuti 16 negara, 59 even, 227 tim, 703 robot dan 841 engginer dari seluruh dunia. (M Adhisupo)
sumber http://krjogja.com/m/read/170913/rob...merika-keok.kr
koment TS= selamat kepada TIM robot UGM