Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Alugoro212Avatar border
TS
Alugoro212
Perkembangan Senjata Kanon Tank
Di penghujung tahun 2012 lalu, kita disuguhi dua event besar berupa Pameran Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang digelar oleh TNI AD pada Oktober lalu dan Indo Defence oleh Kementrian Pertahanan pada tanggal 7 sampai 10 Nopember baru-baru ini. Pada pameran alutsista yang disambut antusias oleh masyarakat itu, TNI AD menampilkan berbagai peralatan tempur dari generasi ke generasi, di antaranya adalah kendaraan tempur Tank dan Panser milik Korps Kavaleri.

Di sela-sela pameran tersebut muncul pertanyaan dari masyarakat; mengapa Tank (MBT = Main Battle Tank) Leopard tidak ditampilkan? Dan pertanyaan ini terjawab pada saat pagelaran Indo Defence di JIExpo Kemayoran Jakarta. Tank yang sangat di tunggu-tunggu itu muncul dengan varian Leopard 2 Revolution didampingi Marder APC.

Tetapi sayang, rencana pembelian kendaraan tempur Tank Leopard menuai polemik, perundingan dalam negeri berjalan alot, salah satu pihak memvonis bahwa Tank Leopard tidak cocok dengan kondisi geografis Indonesia, Tank Leopard terlalu besar dan berat, Tank Leopard akan amblas, katanya lagi yang cocok di kita adalah tank kelas ringan dan maksimal medium, pendapat ini mungkin cukup menghibur bagi tetangga kita yang suka menggeser-geser patok perbatasan atau suka “selanang-selonong” melewati batas wilayah perairan negara kita, yang saat ini sudah memiliki Tank MBT buatan Polandia.

Sementara di lain pihak TNI sebagai user sangat membutuhkan Tank MBT Leopard yang secara fakta menduduki urutan pertama sebagai market leader sehingga Tank ini tampil sebagai Tank kelas dunia yang “populasi”nya mengalahkan Abrams M1A2, Tank kenamaan buatan Amerika dan Challenger Inggris, karena dari berbagai sisi Tank ini memiliki keunggulan.


Saat ini rasanya kita sudah tidak perlu lagi berdebat tentang kemungkinan Tank Leopard akan amblas atau tidak, sebab perdebatan itu nampak kekanak-kanakan, mau tidak kekanak-kanakan bagaimana? Teori Tank sebesar Leopard amblas dapat di patahkan dengan perhitungan fisika dasar tingkat SMP, tidak perlu kehadiran ahli geologi atau sarjana teknik, dan bila anda mau meluangkan waktu berjalan-jalan ke Lembaga Pendidikan Korps Kavaleri dan berdiskusi dengan seorang Bintara Instruktur kendaraan tempur di sana, diskusi tentang “amblas” akan rampung dalam 15 menit.


Main Battle Tank (MBT) selalu diupayakan dilengkapi dengan empat sistem utama kelas wahid, yaitu sistem otomotif, sistem senjata, sistem komunikasi dan sistem proteksi. Bila sekarang kita bayangkan tank MBT melakukan dog fight versus tank kelas ringan atau medium, hal ini bisa diibaratkan dengan pertarungan tinju antara Lennox Lewis dengan Manny Pacquiao. The Pac Man (Manny Pacquiao) memang pukulannya keras tapi tidak sampai karena jangkauan pukulannya hanya 170 cm sementara Lewis 213 cm. Pun seandainya pukulan The Pac Man kena, itu akan membuat badan Lennox Lewis goyang, akan tetapi bila upper cut atau hook Lewis yang mengantam The Pac Man, kita semua khawatir pahlawan tinju Asia itu akan terbang ke luar ring.

Daya gempur mengerikan yang dimiliki Tank adalah senjata kaliber besarnya (Kanon) yang bisa di tembakan ke segala arah dan dibawa ke mana-mana. Tetapi kanon yang saat ini digunakan pada semua tank termasuk tank MBT memiliki perjalan perkembangan yang menarik seiring perkembangan sistem kekebalan (armoured protection system) dari tank lawan yang akan dihadapi.

Perkembangan laras senjata api : Smoothbore-Rifling-Smoothbore.


Pada awalnya, laras senjata api dibuat licin (smoothbore) dan proyektil yang ditembakan melesat tanpa berputar (spin) yang signifikan, sehingga proyektinya harus memiliki bentuk yang stabil seperti panah besirip atau bola untuk meminimalkan kemunkinan terguling atau jatuh ke tanah selama terbang. Namun peluru berbentuk bola cenderung berotasi secara acak selama terlontar di udara, hal ini disebabkan terjadinya ”efek Magnus” yaitu; lintasan peluru berbentuk bola akan membentuk kurva parabola yang relatif mulus tetapi rotasinya terjadi beberapa poros sehingga menjadi tidak sejajar dengan arah lintasan.


Untuk menghidari hal tersebut, maka dibuatlah laras senjata yang memiliki alur yang berputar atau alur spiral (polygonal rifling) sehingga pada saat peluru ditembakan, alur rifling tersebut akan memaksa proyektil untuk melintir (spin), melesat dengan stabil dan mencegah jatuh ke tanah. Ada dua kelebihan dari laras yang alurnya berputar (rifling), pertama: meningkatkan akurasi tembakan dengan menghilangkan rotasi acak akibat efek magnus, dan kedua : memungkinkan peluru dibuat lebih panjang, lebih berat sehingga meningkatkan jarak capai dan tenaga, walaupun ditembakan pada senjata dengan kaliber yang sama. Pada abad 18, senjata dengan laras smoothbore menjadi standar pasukan infanteri, kemudian pada abad 19 smoothbore digudangkan dan digantikan dengan laras yang rifling. Karena laras yang rifling inilah maka orang umum di barat menyebut senjata api dengan kata rifle.

Perkembangan senjata kanon pada Kendaraan tempur Tank terjadi transisi yang aneh, awalnya laras senjata dibuat smoothbore, kemudian smoothbore digantikan dengan kanon yang alurnya rifling (berputar) dan akhir- akhir ini kembali lagi ke smoothbore. Data terakhir mencatat, dari sekian jenis tank tempur utama (MBT=Main Battle Tank) generasi terbaru, sebut saja Leopard (Jerman), Abrams (AS), Le Crec (Perancis), T-90 (Rusia), Ariete (Italy), Merkava (Israel), semuanya menggunakan Kanon smoothbore kecuali Chalenger (Inggris) dan Arjun (India) yang masih bertahan menggunakan kanon rifling.

0
15.5K
56
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
MiliterKASKUS Official
20KThread7.3KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.