Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

halbalswAvatar border
TS
halbalsw
Udah Tau Penemu Android ? Yg pengen tau Masuuukkk...
Sebelumnya

Spoiler for Ts Minta:

Spoiler for yg Ts gk mau:


oke langsung aja...

Andrew "Andy" Rubin bolehlah dijuluki "Bapak Android". Ia merupakan pendiri Android Inc, yang kemudian dibeli Google dan "meledak" jadi sistem operasi smartphone laris.

Sempat jadi Kepala Sistem Operasi Android di Google, Andy telah mengundurkan diri dari posisi itu. Meskipun demikian, ia dikabarkan masih di Google, menjabat posisi yang belum diumumkan.


Salah satu kalimat Rubin tentang Android yang terkenal adalah, "Kami tidak sedang membuat sebuah ponsel Google; kami memungkinkan ribuan orang untuk membuat ponsel Google!"

Kalimat itu seakan menegaskan filosofi di balik ponsel Android. Terbukti, sekarang ada banyak jenis ponsel, tablet, dan bahkan kamera yang menjalankan sistem operasi Android.

Karier Rubin di Google dimulai sejak 2005, saat Android Inc dilahap oleh Google. Namun, sebelum itu, Rubin ternyata sudah pernah bersinggungan dengan Apple dan Microsoft, dua raksasa yang sekarang juga bersaing dengan Google di arena smartphone.

Masuk Apple dari pantai

Sejak kecil, Rubin sudah terbiasa melihat banyak gadget baru. Ini karena ayahnya, seorang psikolog yang banting setir ke bisnis direct marketing, menyimpan produk elektronik yang akan dijualnya di kamar Rubin.

Ia memiliki minat besar pada segala hal berbau robot. Di Carl Zeiss AG, tempat kali pertama ia bekerja setelah lulus kuliah, Rubin berada di sebuah divisi robotika, tepatnya pada komunikasi digital antara jaringan serta perangkat pengukuran dan manufaktur.

Setelah dari Carl Zeiss, ia sempat bekerja di bidang robot di sebuah perusahaan di Swiss. Karier Rubin di bidang robotika nampaknya semakin cerah. Namun, hidupnya berubah gara-gara liburan di Cayman Island tahun 1989.

Saat sedang mengunjungi kepulauan tropis di Jamaika itu, Rubin tak sengaja bertemu dengan seorang bernama Bill Caswell. Pria ini sedang tidur di tepi pantai, terusir dari sebuah cottage setelah bertengkar dengan pacarnya.

Andy menawarkan pria itu tempat tinggal. Sebagai balas budi, Casswell menawarkannya pekerjaan. Kebetulan, pria itu bekerja di Apple.

Di Apple, Rubin mengalami masa-masa yang menyenangkan. Pada saat itu, Apple masih dalam kondisi baik berkat komputer Macintosh.

Budaya Apple pun menular pada diri Rubin. Di sana ia sempat melakukan kejahilan seperti memprogram ulang sistem telepon sehingga ia bisa berpura-pura sebagai sang CEO, John Sculley. 

Lelucon seperti itu mungkin akan disukai Steve Jobs, pria yang gemar membuat lelucon lewat telepon. Namun ketika itu adalah periode Apple tanpa Jobs.

"Dilempar" ke General Magic

Dari bagian manufaktur, Rubin pindah ke bagian riset di Apple. Kemudian, pada 1990, Apple melakukan spin-off untuk membentuk sebuah perusahaan bernama General Magic dan Rubin ikut di dalamnya.

General Magic berfokus pada pengembangan perangkat genggam dan komunikasi. Para engineer yang gila kerja, termasuk Rubin tentunya, berhasil mengembangkan sebuah peranti lunak bernama Magic Cap.

Sayangnya, Magic Cap tidak mendapat sambutan dari perusahaan handset dan telekomunikasi. Beberapa yang menerapkan Magic Cap hanya melakukannya sebentar. General Magic pun akhirnya hancur.

Beberapa pengembang di General Magic, bersama beberapa veteran Apple, kemudian mendirikan Artemis Research. Perusahaan ini mengembangkan sesuatu bernama WebTV, sebuah upaya awal untuk menggabungkan internet dengan televisi.

"Mampir" ke Microsoft

Rubin bergabung dengan Artemis untuk ikut mengembangkan WebTV tersebut. Saat Microsoft membeli Artemis, di 1997, Rubin pun ikut bergabung dengan perusahaan raksasa itu.

Episode gila khas Rubin kembali terjadi di Microsoft. Rubin membangun sebuah robot yang dilengkapi kamera untuk mengerjai rekan-rekannya. Gilanya, robot itu terhubung ke internet dan pada satu insiden sempat dibobol oleh pihak di luar Microsoft.

Pada 1999, Rubin keluar dari WebTV (dan artinya, ia tak lagi menjadi karyawan Microsoft). Ia kemudian menyewa sebuah toko di Palo Alto, California, dan menyebut toko itu sebagai laboratorium.

Di tempat yang penuh dengan berbagai mainan robot koleksi Rubin, lahirlah sebuah ide untuk produk baru. Bersama beberapa rekannya, Rubin kemudian mendirikan Danger Inc.

Sukses awal dengan Sidekick

Sukses diraih Danger melalui sebuah perangkat bernama Sidekick. Aslinya, perangkat ini dinamai Danger Hiptop. Namun, di pasaran ia dikenal sebagai T-Mobile Sidekick.

"Kami ingin membuat sebuah perangkat, kira-kira seukuran batang cokelat, dengan harga di bawah 10 dollar AS, dan bisa digunakan untuk men-scan sebuah benda dan mendapatkan informasi soal benda itu dari internet. Lalu, tambahkan perangkat radio dan transmiter, jadilah Sidekick," tutur Rubin soal Sidekick.

Saat ini, Sidekick memang sudah terlihat usang. Namun pada masanya, Sidekick adalah sebuah benda yang ganjil dengan konsep teknologi yang melampaui zaman.

Perangkat itu, menurut Rubin, merupakan pengakses data dengan kemampuan telepon. Ketika muncul di pasaran, Sidekick harus menghadapi kenyataan bahwa PDA sedang kehilangan pasar. Namun, Rubin menegaskan bahwa Sidekick bukanlah PDA.

"Seharusnya, orang-orang bukan bertanya apakah ini PDA atau ponsel. Mereka harusnya bertanya, apakah ini platform untuk pengembang pihak ketiga? Ini adalah hal yang baru. Ini adalah untuk kali pertama sebuah ponsel dijadikan platform untuk pengembang pihak ketiga," kata Rubin.

Sekarang, apa yang dikatakan Rubin bukan hal aneh lagi. Lihat saja Apple dengan jutaan aplikasi pihak ketiga yang hadir di iPhone.

Hal lain yang dilakukan Danger, yang pada masa itu belum terpikirkan, adalah menjembatani antara pembuat handset dan penyedia jaringan. Danger memutuskan untuk berbagi keuntungan dengan T-Mobile dalam layanan Sidekick.

Dengan demikian, Danger tak mengandalkan penjualan handset sebagai sumber penghasilan satu-satunya, tetapi juga dari layanannya. Ini membuat perusahaan pembuat perangkat (Danger) memiliki tujuan yang sama dengan penjual perangkat (operator telekomunikasi T-Mobile).

Dicaplok Microsoft

Rubin meninggalkan Danger pada 2004. Pada 2008, perusahaannya itu dibeli oleh Microsoft.

Sang Raksasa rupanya tertarik untuk memasuki bisnis ponsel dengan lebih agresif lagi. Nilai yang ditawarkan pun tidak tanggung-tanggung. Menurut kabar yang beredar, Microsoft membeli Danger dengan harga 500 juta dollar AS.

Namun, pembelian Danger oleh Microsoft ternyata tidak membawa hasil yang berbunga-bunga. Para eksekutif yang tersisa dari Danger digabungkan oleh Microsoft ke dalam Mobile Communication Business, dari divisi Entertainment dan Devices.

Kemudian, mereka diminta mengembangkan sebuah ponsel yang dikenal dengan sebutan Project Pink. Targetnya, ponsel ini harusnya bisa menjadi pesaing iPhone, BlackBerry, dan Android.

Gagalnya Project Pink

Menurut ComputerWorld, Project Pink menderita penyakit klasik di sebuah perusahaan besar. Karena proyeknya cukup bergengsi, ia diperebutkan oleh beberapa pihak. Lebih parahnya lagi, perkembangannya makin melenceng dari yang diinginkan.

Contohnya, awalnya ponsel itu akan dikembangkan dengan basis Java, tetapi kemudian diminta untuk menggunakan sistem operasi Microsoft. Sayangnya, Windows Phone 7, yang seharusnya bisa digunakan untuk Project Pink, belum siap.

Walhasil, saat diluncurkan, ponsel yang akhirnya bernama Microsoft Kin ini menggunakan sistem operasi Windows untuk ponsel yang "lawas". Sambutan pasar yang dingin pun membuat Kin akhirnya harus ditutup, hanya beberapa bulan sejak diluncurkan.

Nasib layanan Sidekick, yang diwarisi Microsoft dari Danger, juga tak terlalu baik. Dalam satu insiden, yang masih belum diketahui pasti apa penyebabnya, pelanggan Sidekick tiba-tiba kehilangan semua data mereka.

Satu yang perlu diketahui, semua data pada Sidekick memang disimpan "di awan" (dalam hal ini pada server yang dikelola Microsoft dan bisa diakses melalui internet). Nah, ketika server itu mengalami gangguan, semua data pengguna Sidekick pun lenyap.

Memikat pendiri Google

Pada awal 2002, Rubin sempat memberikan sebuah kuliah di Stanford mengenai pengembangan Sidekick. Pasalnya, meski penjualan Sidekick di pasaran tak meledak, perangkat itu dinilai cukup baik dari sisi engineering.

Sebuah kebetulan bahwa Larry Page dan Sergei Brin, pendiri Google, ikut hadir dalam kuliah tersebut. Selepas kuliah, Page menemui Rubin untuk melihat Sidekick dari dekat.

Rupanya, Page melihat perangkat itu menggunakan mesin cari Google. "Keren," ujar Page.

Ini adalah sebuah titik tolak bagi Page untuk sebuah ide yang dalam beberapa tahun kemudian akan terwujud: sebuah ponsel Google.

Lanjut Ke bawah...
0
3.3K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.