damarwulan212Avatar border
TS
damarwulan212
[HOT] curhatan pengawas UN!!!!!
Ane nemu tulisan bagus, curhatan
pengawas UN SMA kemaren.
copas langsung dari sumbernya,
tanpa editan
Quote:
Tahun ini pertama kali saya
memperoleh kehormatan sebagai
pengawas Ujian Nasional! Wow. Saya
menyebut kehormatan karena sejak
bertugas sebagai guru PNS, baru
tahun ini saya mendapatkan
kesempatan. Keren sekali rasanya.
Hi
hi
Jauh-jauh hari sebelum UN, saya
melakukan survei kecil-kecilan ke
teman-teman guru. Hasil surveinya
sangat menarik dan membuat saya
penasaran. Mereka bilang kalau
nantinya pengawas itu akan jadi
boneka di ruang ujian. Waktu saya
tanya, Kenapa? Kok gitu? Mereka
menjawab, “Ntar kamu tahu
sendiri”.
Nah looh..
Senin (14/4), saya tiba di sekolah
tempat saya bertugas. Sekolah kecil
yang ramai. Ada 2 lembaga
pendidikan di sini, pendidikan
menengah dan atas.
Pukul 7.00 WIB kami, para
pengawas, memasuki ruang ujian.
Anak-anak sudah berbaris rapi
menunggu kami membuka pintu.
Kami lalu mempersilahkan mereka
masuk.
Hari pertama yang diujikan adalah
Bahasa Indonesia. Soal dan Lembar
Jawab Ujian Nasional (LJUN) kami
bagikan. Segera saja mereka larut
mengerjakan soal-soal. Wajah-wajah
berpikir, mulut komat-kamit
membaca soal dan tangan yang
sesekali mencoretkan pensil ke soal
ujian untuk menemukan jawaban itu
membuat saya dan teman pengawas
saya –yang kebetulan juga baru
pertama kali jadi pengawas UN—
saling memandang, saling menukar
senyum dan lega.
Ya, UN kali ini berbeda. UN tahun
ini
tidak akan membuat kami seperti
boneka! Dengan 20 paket soal dan
barcode itu, pasti akan memaksa
anak-anak untuk belajar. Dengan
anak-anak menuliskan kalimat “saya
jujur dalam mengerjakan soal-soal
ujian” di LJUN itu, mudah-mudahan
berhasil memberi sugesti untuk
benar-benar berlaku jujur!
“Terima kasih atas hari ini ya.
Terima
kasih karena kalian sudah jujur,
serius dan tertib dalam mengerjakan
soal-soal ujian,” begitu kalimat
spontan saya sebagai apresiasi untuk
mereka saat bel tanda berakhirnya
ujian berbunyi.
Hari pertama sukses!
Selasa (15/4). Jam pertama yang
diujikan adalah Ekonomi. Anak-anak
tenang dalam mengerjakan. Seperti
kemarin
Dua puluh menit pertama, 2 orang
panitia memasuki ruang ujian
setelah
sebelumnya meminta ijin kami
untuk
memberikan lembar kertas coret-
coretan. Teman saya
mempersilahkan mereka masuk.
Saya hanya melihat mereka sekilas,
lalu melanjutkan kembali melengkapi
beberapa lembar administrasi UN.
Berikutnya, saya merasa ada yang
aneh. Saya melihat mereka sewaktu
memberikan kertas dengan
mendatangi anak satu persatu,
sambil membisikkan sesuatu.
Saya mencoba mencari tahu.
Tetapi teman pengawas saya bilang,
“Nggak ada apa-apa. Biasa…”
Well, saya kembali tenang karena
saat itu Pengawas Satuan Pendidikan
datang untuk menandatangani
lembar Pakta Integeritas. Beliau
jelas
melihat apa yang dikerjakan 2
panitia
tadi. Jadi, mungkin memang benar
tidak ada apa-apa ya?
Belakangan, setelah ujian berakhir
dan para pengawas menuju ke
ruang pengawas, teman seruangan
lain cerita kalau dia tahu dan
melihat
dengan jelas bahwa yang panitia
edarkan tadi adalah kunci jawaban!
bodoh!
Saya merutuki diri saya sendiri.
Kenapa sampai tidak ngeh? Kenapa
mata saya tertipu waktu Pengawas
Satuan Pendidikan masuk tadi?
Hancur hati saya. Saya merasa
ditampar di depan anak-anak. Saya
malu semalu-malunya!
Selanjutnya, ruang pengawas
kedatangan tamu pengawas dari
Dinas Dikpora Kabupaten. Beliau
ngobrol dengan kepala sekolah, lalu
berpesan kepada kami,
“Hari ini tidak ada kasus apa pun di
sekolahan lho, ya? Tidak boleh ada
cerita yang keluar dari sekolahan
ini!”
Jam kedua dimulai. Bahasa Inggris
kali ini. Saya melihat anak-anak
tenang dalam mengerjakan. Jam
kedua yang sangat lama karena saya
terus meneteskan air mata. Saya
memang bukan jenis orang yang
bisa menahan apa-apa yang saya
rasakan. Saya ingin ketemu kepala
sekolah lagi. Saya ingin bicara.
Jam kedua berakhir.
Di ruang pengawas saya tidak
menemukan Kepala Sekolah. Hanya
ada 2 orang panitia yang tadi masuk
ke ruang ujian. Mereka tersenyum
dan menghampiri kami satu per
satu.
Dimulai dari teman saya yang duduk
paling ujung sendiri.
“Ini buat ganti transport ke sini,
Pak.”
Yang lalu direspon dengan
ungkapan-ungkapan terima kasih.
Demikian seterusnya hingga sampai
di meja saya.
“Saya tidak usah, Pak. Terima kasih.
Buat Bapak saja”, kata saya sambil
meninggalkan ruang pengawas.
Saya mencari kepala sekolah dan
akhirnya bertemu.
Kepala sekolah mohon maaf. Beliau
sampaikan juga alasan kenapa
sebelumnya tidak ada di tempat
karena ada wartawan yang
mewawancarainya.
Saya sampaikan kalau saya tidak
dapat menerima kejadian tadi.
Saya tidak terima.
Hati saya sakit.
Saya bicara dalam keadaan marah
sambil menangis lagi.
Kepala sekolah diam. Bengong. Lalu
bicara.
“Ooh, tadi ada panitia masuk ya? Itu
inisiatif panitia. Saya akan bicara ke
mereka.”
Hari ke-3, Rabu (17/4).
Datang panitia sambil membawa
kopi
pagi.
“Ibu, nanti saya mau bicara,” begitu
katanya.
Sambil mengawasi saya memantau
anak-anak. Mereka tenang dan
serius membaca soal-soal ujian.
Tidak dapat jawaban soal lagi. Itu
jawaban mereka waktu saya tanya,
apa mereka dapat kunci jawaban
lagi?
“Ibu, saya mohon maafkan saya.
Saya khilaf sudah memasukkan
kunci jawaban ke ruangan-ruangan.
Saya tidak tega dengan anak-anak.
Saya cuma ingin membantu anak-
anak. Saya mohon ibu tidak bicara
ke siapa pun. Saya mohon
amplopnya
diterima..”
Tidak tega rasanya melihat ibu
panitia yang satu ini. Beliau
dikorbankan sebagai martir sekolah
ini untuk mengakui bahwa yang
mereka lakukan kemarin merupakan
inisiatif dari beliau sendiri.
Sederhana saja saya menjawab.
“Karena ini kebenaran, saya tidak
bisa berjanji tidak akan bicara.
Karena kebenaran pasti akan
terbuka pada waktunya.”
“Karena ini kebenaran, saya tidak
bisa berjanji tidak akan bicara.
Karena kebenaran pasti akan
terbuka pada waktunya.”
Saya merasa tidak ada beban,
karena
memang ini yang seharusnya
dilakukan pengawas. Sesederhana
itu.
“Pengawas itu tugasnya bukan
untuk mengawasi. Tetapi membantu
siswa. Membantu siswa untuk jujur!”
Pesan Kepala Sekolah tempat saya
bekerja saat memberikan briefing
pengawas UN, Kamis (11/4) lalu
seperti menjadi mantera dan
menjadi
sumber kekuatan. Karena dari
kalimat tersebut saya tahu bahwa
beliau punya sikap yang sama. Jujur
dalam UN!
Kamis (18/4) hari ke-4 Ujian
Nasional! Last day!
Whispered conversation. “Apa itu?
Sini kasih ke ibu. Ibu lihat
dari tadi tanganmu sibuk terus di
bawah meja. Ibu lihat ada kertas
yang kamu bawa. Sini lihat.” “Nggak,
Bu. Saya nggak bawa apa-
apa.” “Coba berdiri. Ibu Cuma
pengen cek
aja.” “Tidak, Bu. Saya tidak bawa
apa-
apa,” jawabnya. Sambil menutup
muka. Gemetar. “Kertasnya bawa
sini. Ibu mau lihat
itu kertas apa. Kalau tidak mau, Ibu
polisikan kamu!” “Saya mau berikan,
Bu. Tapi tolong
nanti dikembalikan.” “Baik. Ibu
janji. Gurumu, Kepala
Sekolahmu, tidak ada yang tahu
kamu ngasih kertas itu ke Ibu.”
Deal.
Kunci Jawaban Geografi!
Dari ceritanya, anak tadi mendapat
cetakan kunci jawaban dari luar.
Bukan dari sekolah setempat.
Tiba saatnya pulang. Sengaja saya
pulang paling akhir
agar saya dapat berbincang dengan
Kepala Sekolah. Sambil memberikan
DVD Film
Dokumenter tentang kecurangan UN
“Temani Aku Bunda“, saya kembali
menegaskan sikap saya bahwa saya
menolak untuk berkompromi. Saya
juga menyampaikan pesan kepada
beliau untuk mengapresiasi anak-
anak didiknya. Mereka telah
berusaha dengan baik. Saya juga
berharap pelaksanaan UN tahun
depan lebih baik lagi. Percakapan di
mobil. “Aku tahu arahmu, Nin. Kalau
kamu
nggak kuat melihat hal-hal seperti
ini
ya jangan jadi pengawas UN!”
Kalimat ini terus terang membuat
hati
saya sakit.
Teman senior ini bilang bahwa
tahun
ini pelaksanaan UN lebih baik
karena
tidak ada handphone yang terlihat di
meja-meja. Waktu saya tanya kenapa
hp-hp itu
tidak diambil, dijawabnya, “Buat
apa? Ini sama saja bunuh diri!
Ini sudah sistemik. Tiap sekolah
melakukan pembiaran seperti ini.
Mungkin sekolah kita juga. Percuma
dilawan!” Bunuh diri. Pembiaran.
Sistemik.
Pesismisme. Kata-kata tersebut di
atas
terpampang jelas.
Dengan hati-hati saya mohon agar
dia buang pesismisnya jauh-jauh.
Yang perlu kita lakukan hanya
bersikap. Cuma itu. Sangat
sederhana. Kalau dia butuh teman,
dia juga tahu sekarang siapa
temannya. Saya maklum dengan
segala yang
teman ini utarakan. Saya tahu
bahwa
teman-teman pengawas ketakutan.
Mereka takut karena merasa sudah
mendukung kejahatan. Sejak Rabu
memang ada yang aneh di tiap kali
saya berganti pasangan pengawas.
Selalu ada cerita bahwa UN tahun
ini
lebih baik. Ada cerita bagaimana
efeknya ke pimpinan juga sekolah
tempat pelapor bekerja jika sampai
ada laporan tentang hal yang tidak
seharusnya selama ujian. Ada cerita
jika justru pelapor yang akan
mendapat sanksi.
Malam setelah kejadian itu saya
mendapat sms dari seorang senior
yang juga panitia inti Ujian Nasional
di tempat saya bekerja, ada guru
lain
yang sudah memberitahu mereka
bahwa saya menolak berkompromi
dan guru ini ketakutan. Saya sempat
merasa akan sendirian, tetapi sms
selanjutnya sungguh menenangkan
karena beliau bilang bahwa seluruh
guru termasuk kepala sekolah
tempat saya bekerja memberikan
dukungan apapun langkah yang
akan saya lakukan. Alhamdulillah..
Memang semuanya butuh proses ya.
Dan jika tidak dimulai, kapan lagi?
Miris melihat anak-anak didik kami
ini. Mereka bangkrut. Mendapat
ilmu yang cukup saja tidak.
Apalagi mendapat didikan moral.
Tidak sama sekali. Kemampuan
akademik, sangat bisa
dikejar dalam waktu 3-6 bulan
intensif. Tetapi pembentukan moral
akan membutuhkan waktu yang
sangat panjang. Lebih dari 15 tahun
dan mungkin saja 2-3 generasi.
Untuk berani kadang memang perlu
ditemani ya. Teman seperjalanan.
Teman yang sanggup menemani di
jalan-jalan yang sunyi. Teman yang
berani untuk menabahkan hati
mendengar cibiran dan nyinyiran
dari orang-orang yang mungkin
sudah dikenal baik. Dan ini lebih
menyakitkan. Mau menemani kami?
***************************
#baru tau kalo sampai separah ini
UN
nya
0
3.4K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.