- Beranda
- Stories from the Heart
Lika-Liku Kisah Hidupku
...
TS
Kidday
Lika-Liku Kisah Hidupku
Membuka lembar kehidupan baru
Part 1
Nama gue Ade Herfando ( panggil gue Ade). Gue adalah anak ke-2 dari 5 bersaudara ( 3 laki-laki dan 2 perempuan ). Awal mula keluarga bahagia kami hidup di daerah Batam ( Riau ). Tapi, semenjak rumah kami mengalami kebakaran kami terpaksa pindah ke Padang sementara untuk menginap di kampung halaman nyokap gue. Setelah kejadian itu keluarga gue tidak lagi harmonis seperti sebelumnya. Pada saat itu umur gue masih meranjak ke 5 tahun, dan orang tua gue mulai jarang memberi perhatian dan sering pulang malam untuk mencari uang. Sempat gue bertanya.
"Kok ayah pergi terus sih" tanya gue ke bokap.
"Supaya kita bisa buka lembar baru de"
Di umur gue pada waktu itu mungkin belum mengerti apa maksud dari ucapan bokap. Tapi yang pasti, gue yakin yang dilakukan orangtua gue itu untuk mengambil kebahagiaan kami yang dulu.
5 bulan kemudian
Akhirnya harapan bokap gue untuk pindah dari kampung halaman tersampaikan. Kami berangkat menuju ibukota untuk mengadu nasib. Awal mula keberangkatan gue sempet merasa sedih karena belum sempat berpamitan dengan kawan-kawan disana karena kami memulai keberangkatan di malam hari. Keberangkatan kami ke ibukota didukung oleh teman lama bokap yang menjanjikan sebuah pekerjaan berwirausahaan.
Tiba di Jakarta kami meng-kontak rumah sementara untuk meneduh dari kejamnya dunia luar. Tanpa sadar waktu terus berlalu, dan kini gue telah memasuki jenjang pendidikan pertama di Sekolah Dasar (SD). Nyokap gue yang dulu menjadi ibu rumah tangga yang sering mengurus keluarga, kini telah beralih menjadi wirausahawan seperti halnya bokap dan mereka jarang memberi perhatian kepada gue, kakak serta adik pertama gue ( pada saat itu 2 adik gue yang lainnya belum berojol
).
Di sekolah dasar yang sama, gue dan kakak ( perempuan ) menempuh pendidikan dengan bekal yang di ajarkan nyokap pada saat menjadi ibu rumah tangga. Karena kurangnya perhatian, gue pun sering membuat ulah di sekolah dengan maksud mendapatkan perhatian dari teman-teman yang lainnya. Tapi karena pemikiran tumpul dari temen gue, mereka malah menjauhi gue layaknya musuh.
Kini tiba saatnya pembagian rapot semester awal bersekolah. Disamping itu gue ditemani oleh bokap untuk mengambil rapot gue dan kakak yang hanya berselisih 1 tahun itu. Mula-mula rapot yang di ambil dimulai dari kelas kakak gue, dan tak di sangka dia mendapatkan juara ke 3 di kelasnya.
"Ini baru anak ayah." kata bokap kepada kakak sambil mencium keningnya.
Kemudian pengambilan rapot berlayar ke kelas gue yaitu di kelas 1. Saat melihat nilai-nilai gue, ternyata gue adalah anak yang bisa di katakan Bangor/Badung ( Bandel ). Pengambilan rapot gue sukses dengan mendapatkan Juara 6 dari belakang untuk 36 siswa didalamnya.
"Ade, kalo belajar kadang suka jail-in temennya pak"Lapor wali.
"Aduh ade, kenapa gak niru kakak kamu sih, Dasar bandel." Jawab bokap sambil menjewer kuping kanan gue.
Waktu itu gue masih dibilang muda tidak jadi hal yang mustahil untuk mengeluarkan air mata, walaupun belum bisa dibilang menangis.
Selesai mengambil rapot, bokap meminta maaf untuk hal tadi. Namun gue yang pada waktu itu masih belum bisa memaafkan perilaku bokap yang pilih kasih kepada kakak ane tersebut.
Part 1
Nama gue Ade Herfando ( panggil gue Ade). Gue adalah anak ke-2 dari 5 bersaudara ( 3 laki-laki dan 2 perempuan ). Awal mula keluarga bahagia kami hidup di daerah Batam ( Riau ). Tapi, semenjak rumah kami mengalami kebakaran kami terpaksa pindah ke Padang sementara untuk menginap di kampung halaman nyokap gue. Setelah kejadian itu keluarga gue tidak lagi harmonis seperti sebelumnya. Pada saat itu umur gue masih meranjak ke 5 tahun, dan orang tua gue mulai jarang memberi perhatian dan sering pulang malam untuk mencari uang. Sempat gue bertanya.
"Kok ayah pergi terus sih" tanya gue ke bokap.
"Supaya kita bisa buka lembar baru de"
Di umur gue pada waktu itu mungkin belum mengerti apa maksud dari ucapan bokap. Tapi yang pasti, gue yakin yang dilakukan orangtua gue itu untuk mengambil kebahagiaan kami yang dulu.
5 bulan kemudian
Akhirnya harapan bokap gue untuk pindah dari kampung halaman tersampaikan. Kami berangkat menuju ibukota untuk mengadu nasib. Awal mula keberangkatan gue sempet merasa sedih karena belum sempat berpamitan dengan kawan-kawan disana karena kami memulai keberangkatan di malam hari. Keberangkatan kami ke ibukota didukung oleh teman lama bokap yang menjanjikan sebuah pekerjaan berwirausahaan.
Tiba di Jakarta kami meng-kontak rumah sementara untuk meneduh dari kejamnya dunia luar. Tanpa sadar waktu terus berlalu, dan kini gue telah memasuki jenjang pendidikan pertama di Sekolah Dasar (SD). Nyokap gue yang dulu menjadi ibu rumah tangga yang sering mengurus keluarga, kini telah beralih menjadi wirausahawan seperti halnya bokap dan mereka jarang memberi perhatian kepada gue, kakak serta adik pertama gue ( pada saat itu 2 adik gue yang lainnya belum berojol
). Di sekolah dasar yang sama, gue dan kakak ( perempuan ) menempuh pendidikan dengan bekal yang di ajarkan nyokap pada saat menjadi ibu rumah tangga. Karena kurangnya perhatian, gue pun sering membuat ulah di sekolah dengan maksud mendapatkan perhatian dari teman-teman yang lainnya. Tapi karena pemikiran tumpul dari temen gue, mereka malah menjauhi gue layaknya musuh.
Kini tiba saatnya pembagian rapot semester awal bersekolah. Disamping itu gue ditemani oleh bokap untuk mengambil rapot gue dan kakak yang hanya berselisih 1 tahun itu. Mula-mula rapot yang di ambil dimulai dari kelas kakak gue, dan tak di sangka dia mendapatkan juara ke 3 di kelasnya.
"Ini baru anak ayah." kata bokap kepada kakak sambil mencium keningnya.
Kemudian pengambilan rapot berlayar ke kelas gue yaitu di kelas 1. Saat melihat nilai-nilai gue, ternyata gue adalah anak yang bisa di katakan Bangor/Badung ( Bandel ). Pengambilan rapot gue sukses dengan mendapatkan Juara 6 dari belakang untuk 36 siswa didalamnya.
"Ade, kalo belajar kadang suka jail-in temennya pak"Lapor wali.
"Aduh ade, kenapa gak niru kakak kamu sih, Dasar bandel." Jawab bokap sambil menjewer kuping kanan gue.
Waktu itu gue masih dibilang muda tidak jadi hal yang mustahil untuk mengeluarkan air mata, walaupun belum bisa dibilang menangis.
Selesai mengambil rapot, bokap meminta maaf untuk hal tadi. Namun gue yang pada waktu itu masih belum bisa memaafkan perilaku bokap yang pilih kasih kepada kakak ane tersebut.
*****
Diubah oleh Kidday 10-06-2013 06:36
anasabila memberi reputasi
1
4K
47
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.4KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru