delfacAvatar border
TS
delfac
[True Story] Keluarga Buta Yang Luar Biasa..!!



Keluarga Tunanetra Yang Mengingatkan Kita Untuk Senantiasa Bersyukur

Quote:


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillah. Ini adalah sebuah kisah pertemuanku dengan sebuah keluarga buta, yang mana pertemuan itu berdampak besar merubah hidupku dalam memahami tentang bersyukur, untuk lebih pandai bersyukur.


Sore Hari di Trotoar Jl Kaliurang Yogyakarta



Kejadian ini kl tidak salah terjadi di tahun 2006. Waktu itu sekitar pukul 15.00, aku berjalan di trotoar Jalan Kaliurang KM 5 menuju ke masjid yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah kost. Baru sekitar 40 meter aku berjalan meninggalkan kost.. aku berpapasan dg sebuah keluarga. Sepasang suami istri dengan 2 orang anak. 1 anak laki-laki berusia sekitar 7 tahun dan 1 anak perempuan yang masih berusia sekitar 2 tahun. Ada sesuatu yang berbeda pada keluarga tersebut, ternyatapasangan suami istri tersebut adalah penyandang tunanetra.. atau bahasa lainnya pasangan suami istri itu buta. Sang bapak dituntun anak laki-lakinya, sedang istrinya memegang tangan suaminya sambil menggendong anak perempuannya yg masih balita.

Semakin dekat langkahku menuju keluarga tersebut.. hingga akhirnya ketika jarak kami kurang dari 1 meter aku mendengar bapak yang buta tersebut memanggilku (mungkin krn mendengar suara langkahku ktk sdh dekat dengan keluarga tersebut). Dan akhirnya terjadi percakapan singkat..


Bapak Tunanerta:.
"Maaf mas.. maaf, bisa numpang tanya?"
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya:
"Iya pak, ada apa pak?".
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bapak Tunanetra:
"Maaf mas.. nuwun sewu (artinya: mohon maaf) ini tadi sudah masuk waktu Ashar ya?"
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya :
"Sudah pak, sudah adzan beberapa menit yang lalu".
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bapak Tunanetra:
"Oh sudah Ashar ya mas.. kami belum sholat. Ohya mas.. masjid paling dekat dari sini ke arah mana ya mas?"

Mendengar pertanyaan bapak tersebut.. aku terdiam sejenak.. speechless, mataku pun mulai berkaca-kaca. Kupandangi wajah bapak tersebut, sementara beliau memandang ke arah lain karena tak tau posisi berdiriku secara pasti.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya:
"Kebetulan saya juga mau ke masjid pak, monggo kl mau bareng bisa sama saya".
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bapak Tunanetra:
"Ohya mas.. maturnuwun, saya ikut masnya ke masjid. Mohon maaf ya mas kl ngerepotin"
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya:
"Oh tidak apa2 pak.. terima kasih kembali. Mari pak.."


Aku pun meneruskan langkahku ke masjid, sambil diikuti sang anak laki-laki yang menggandeng tangan bapaknya. Dengan langkah pelan sambil terdengar suara lirih ketukan tongkat kayu si bapak tunanetra. Sambil berjalan tak terasa air mataku menetes.. perasaanku campur aduk. Aku merasa sangat terharu, merasa bahagia, sekaligus merasa malu. Saking malunya ingin kutampar wajahku sendiri. Aku merasa terharu sekaligus bahagia, karena Allah mempertemukanku dengan sosok keluarga yg memiliki kekurangan dan hidup dalam keterbatasan.. namun mereka tak pernah melupakan Allah, tak lupa akan shalat, tak lupa terus bersyukur.. meskipun keadaan mereka seperti itu. Betapa mereka menjaga keistiqomahannya, mereka tetap berterima kasih kpd Rabb-nya.. dengan wujud ketaatan.


Merasa Begitu Malu dihadapan Allah

Dan dalam kejadian itupun aku merasa begitu malu.. malu di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mengingat berbagai kesalahan, kelalaian dan dosa. Karena dulu kadang shalat saja masih suka bolong-bolong, jarang baca Al-Qur'an apalagi mau ngaji, kadang saking sibuk dan asyiknya dengan pekerjaan dan hiburan sampai waktu shalat terlalaikan hingga shalat hampir waktu habis. Dan berbagai kelalaian dan dosa-dosa lainnya yang tiba-tiba muncul dalam angan pikiranku ketika itu. Malu sekali.. karena sebagian besar wujud syukur itu hanya tersampaikan sebatas ucapan tanpa praktek yg nyata..

Sepulang dari masjid aku pun duduk merenung di dalam kamar kostku. Di depan cermin aku memandangi wajahku sendiri.. Alhamdulillah aku punya sepasang mata yang sempurna. Aku lihat lagi bagian tubuhku yang lainnya.. alhamdulillah Allah berikan aku tubuh yang sempurna. Lalu aku berpikir lebih dalam lagi.. aku memikirkan nikmat kesehatan ini (tatkala banyak orang tergeletak sakit).. aku memikirkan nikmat memiliki keluarga (tatkala diluar sana banyak anak yatim piatu tanpa keluarga, tanpa orang tua).. nikmat pendidikan (tatkala banyak saudara2 kita yg lain yg tak mampu mengenyam pendidikan).. dan terus meraba-raba berbagai nikmat Allah lainnya yang tak akan mampu kita menghitungnya.

Kadang sedih sekali hati ini.. ketika kadang menemukan teman atau saudara kita yang untuk mengerjakan shalat untuk menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala saja mereka enggan, meskipun sekian banyak nasehat datang kepada mereka. Sementara itu betapa besar kasih sayang Allah kepada mereka di saat mereka lalai dan kufur kepadaNya.. Allah berikan kesehatan kepada kita, tubuh yang sempurna, wajah yang tampan ataupun cantik, harta kekayaan, keluarga yang utuh, pendidikan yang tinggi, fasilitas yang melimpah, pekerjaan yang mapan, dan berbagai nikmat-nikmat lainnya yang seringnya jarang untuk mereka mau merenungi. Semoga saja Allah memberikan hidayah kepada teman atau saudara-saudara kita lainnya yang mungkin hingga saat ini masih lalai dan kufur terhadap nikmat-nikmat yang Allah limpahkan.

Kebanyakan manusia ketika diberi limpahan nikmat, maka mereka lalai dan melupakan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tatkala musibah atau cobaan menimpa, banyak yang lantas baru ingat akan Rabb-nya, lalu seringkali melupakan Allah kembali ketika musibah atau cobaan itu dihilangkan dari dirinya. Betapa mudah mengucapkan kata "aku bersyukur" atau "Alhamdulillah atas segala nikmatNya", dari anak kecil hingga kakek-nenek renta pun dapat mengucapkannya. Namun apakah bersyukur hanya cukup sebatas dibuktikan dengan ucapan semata?

Bahwasanya seorang mukmin dan mukminah yang mau bersyukur dan sadar akan limpahan nikmat Allah Ta'ala, maka ia akan membuktikan wujud syukurnya tersebut dalam wujud ketaatan kepada-Nya. Wallahu a'lam bishawab...

Jadi teringat dengan seorang qari bernama Muhammad Islah, seorang penghafal Al-Quran yang berasal dari Thailand. Dia seorang yang terlahir tunanetra. Namun tidak menyurutkan rasa syukurnya kepada Allah Ta'ala. Ada satu surat Al-Qur'an yang ketika Muhammad Islah membacanya dengan suara yang merdu hampir selalu membuat saya ingin meneteskan air mata, antara air mata syukur dan air mata rasa malu. Dalam surat Ar-Rahmaan ada sebuat ayat yang memiliki arti "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan" yang terus diulang-ulang.

Atau bgmn dg kisah Pak Yono, penjual kerupuk tunanetra di Jakarta. Beliau tidak lupa dengan urusan ibadah dan masih sempat mengaji Al-Quran braile bersama teman-teman tunanetra lainnya.

Quote:


Wahai saudaraku. Ya Subhanallah.. sungguh betapa Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Pengasih dan Penyayang serta Maha Pengampun. Ketika kita kufur kepadaNya, Allah masih bersedia merawat kita, memberi kesehatan, dll. Ketika bnyk yg enggan bersujud menyembahNya, Allah masih menjaga kita dari mara bahaya. Tatkala banyak yg berbangga akan maksiat dan dosa, Allah masih memberi kita kenikmatan lainnya. Terkadang ane berpikir, sungguh keterlaluan dan tercela sikap sebagian manusia terhadap Rabb-nya..

Bayangkan jika agan menjadi seorang ayah dan memiliki anak. Anak tersebut kita besarkan, kita nafkahi, kita sayangi, kita rawat. Namun ia tak memiliki rasa hormat, jauh dr ketaatan, kerap berbuat kurang ajar dan durhaka, tidak pernah bersyukur akan pemberian org tua... maka apa yg akan agan lakukan? Seberapa besar kesabaran yg agan miliki?



Yang belum shalat karena asyik ngaskus.. ambil wudhu dl, shalat dulu.. nanti dilanjut lagi. Barakallahufiikum..


Quote:

Diubah oleh delfac 02-05-2013 04:04
0
24.5K
304
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.