alibaba182Avatar border
TS
alibaba182
Kenapa "IPA" dianggap LEBIH?
Sistem pendidikan di Indonesia sudah mengelompokkan program studi di SMA menjadi tiga klasifikasi (kelas IPA, kelas IPS dan kelas Bahasa). Namun entah kenapa, hal ini kemudian malah berubah menjadi suatu bentuk baru RASIS PENDIDIKAN. Yg menempatkan siswa IPA sebagai ras tertinggi dunia akademis, that give IPA students a privilege to force students of IPS and Bahasa to SHIT themselves.

Berikut adalah alasan yg menempatkan kelas IPA sebagai jurusan primadona:

1. (MEREKA PIKIR) PELAJARAN IPA ITU LEBIH SULIT
Dan yang lebih sulit, adalah yang lebih membanggakan

Memasuki kelas 10 SMA semester akhir memang saatnya untuk memacu jiwa dan raga. Bukan apa-apa, masalahnya syarat untuk bisa masuk kelas IPA minimal nilai pelajaran matematika, fisika, kimia, dan biologi (MAFIKIBI) semua harus diatas 7,5. Orang tua pun sibuk cari tempat bimbingan belajar untuk anaknya. Kemudian sepulang dari bimbel, masih juga ada guru privat yang sudah menunggu di rumah. Les tambahan dengan guru di sekolah pun tidak lupa diikuti, yah siapa tahu bisa dapat bocoran soal ulangan. Yah, begitu sulitnya pelajaran IPA dan begitu lelahnya kesana kemari ikut bimbel sampai lupa ganti seragam sekolah.
Faktanya, belajar ilmu pasti sebenarnya tidak sesulit itu (yeah right, talk to my hand!). Karena seluruh variable-nya teridentifikasi dengan jelas. Objek-objek yang dipelajari kebanyakan benda mati, atau kalaupun tidak, perilakunya mudah diprediksi. Pokoknya pasti-pasti semua.Berbeda dengan pemodelan sosial yang banyak memperhitungkan aspek pola perilaku manusia, dimana variabelnya lebih banyak, lebih rumit, dan tidak dapat diprediksi dengan jelas. Menurut para ahli, justru studi sosial perlu dilakukan dengan analisa yang membutuhkan kemampuan logis yang kuat. Dan tidak ada rumus jempol untuk pelajaran sosial yang dapat dibuat, bahkan oleh seseorang sekelas Einstein sekalipun.

Lagipula setiap orang dilahirkan dengan bakat yang berbeda-beda. Tidak adil rasanya bila kita mengatakan pelajaran IPA lebih sulit dari pelajaran lainnya. Karena dengan bakat orang yang berbeda-beda, parameter ‘sulit’ pun seharusnya menjadi berbeda-beda. Adalah suatu hal yang wajar apabila seorang matematikawan dapat menguasai deret fourier tanpa kesulitan, sebab bisa jadi parameter sulit menurutnya adalah memainkan Donkey Kong hingga mendapatkan Kill Screen (istilah dalam game tersebut). Sementara itu di tempat lain ada orang-orang yang bisa melakukannya, menjadi legenda, dan bahkan di-film-kan. Dan kalau pun ada orang yang bisa melakukan semua hal tanpa pernah merasa kesulitan, mungkin dia adalah Ultramen yang selalu berhasil mengalahkan musuh-musuhnya di akhir film.

2. (MEREKA PIKIR) ANAK IPA ITU SUPER PINTAR
Dan yang lebih pintar, adalah yang lebih membanggakan

“Selamat anda kini diterima dikelas IPA”. Suka atau tidak, anda lah kini strata tertinggi dalam piramida dunia pendidikan. Pakai lah kacamata, tenteng buku fisika kemana-mana, dan masuk perpustakaan sekali-kali. Orang-orang akan tahu bahwa anda PINTAR. Untuk lebih meyakinkan, bolehlah diskusikan tentang rumus-rumus trigonometri atau reaksi hidrolisis di tempat publik. Maka orang-orang pun akan memandang anda dengan kagum dan berkata lirih, “This is the man who is gonna change the world”. Biarkan semua orang tahu, bahwa siswa IPA adalah produk akademis paling pintar sejagad raya. Yang lain, NOTHING.

Faktanya, sejak tahun 1983, seorang psikolog dan peneliti Harvard University bernama Howard Garner telah mengatakan bahwa kecerdasan dasar manusia itu dapat terbagi atas beberapa macam, yaitu:

1. Kecerdasan Visual-Spatial, berhubungan dengan kemampuan mengingat gambar dan visualisasi objek di dalam pikiran.
2. Kecerdasan Linguistik, berhubungan dengan kemampuan berbahasa dan mengolah kata.
3. Kecerdasan Logika-Matematika, berhubungan kemampuan berlogika, menghubungkan sebab-akibat, bermain angka-angka. Memiliki korelasi yang erat dengan konsep kecerdasan tradisional atau yang dulu dikenal dengan istilah ‘IQ’.
4. Kecerdasan Fisik-Kinestetik, berhubungan dengan ketangkasan, kontrol tubuh, dan kemampuan meng-handle benda dengan terampil.
5. Kecerdasan Musikal, berhubungan dengan kemampuan mengenali dan mengolah suara, nada, ritme dan musik baik hanya dengan vokal maupun menggunakan alat.
6. Kecerdasan Interpersonal, berhubungan dengan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
7. Kecerdasan Intrapersonal, berhubungan dengan kemampuan untuk mengenali diri, introspeksi dan pengembangan diri.
Dan pada tahun 1999, ia menambahkan satu kecerdasan dasar lagi kedalam daftarnya.
8. Kecerdasan Naturalis, berhubungan dengan alam, merawat dan menjaga ekosistem lingkungan.

Dan ternyata pelajaran IPA hanya berkisar di urusan logika angka, dimana satu ditambah satu sama dengan dua, atau hanya ada x dan y saja, dan itu selalu benar. Ini berarti hanya kecerdasan logika-matematik dan kecerdasan naturalis saja yang digunakan. Atau dengan kata lain, anak IPA belajar di kelas hanya dengan menggunakan ¼ (seperempat) potensi kecerdasannya.
Jadi, masih menganggap yang lain NOTHING?

3. MASUK IPA ADALAH RUMUS PASTI UNTUK SUKSES DI MASA DEPAN
Dan yang lebih sukses, adalah yang lebih membanggakan

Berada di kelas IPA, berarti anda kelak akan menjadi insinyur, ilmuwan atau dokter. Yang mana (mereka pikir) pasti akan mendapatkan pekerjaan tetap yang mapan, menghasilkan banyak uang, punya rumah mewah, mobil bagus, istri cantik dan masuk surga. Lupakan cita-cita masa kecil ingin jadi pelukis, designer pakaian atau guru bahasa inggris. Karena anda tinggal di Indonesia, dimana semua itu (mereka pikir) tidak ada masa depannya. Kini tujuan anda adalah jurusan-jurusan unggulan di bangku universitas. Pilih salah satu jurusan dari Science, Technology, Engineering, atau Mathematic (STEM), maka anda (kalau beruntung) akan sukses dikemudian hari. Well.
Faktanya, memang harus diakui, STEM subjects begitu digemari bukan tanpa alasan. Sumber penghasilan 6 dari 10 orang terkaya versi Forbes berasal dari bidang ini, kecuali Warren Buffet (Berkshire Hathaway), Bernard Arnault (Luis Vitton), Amancio Ortega (Zara), dan Crishty Walton (Walmart). Wait! Berarti 4 dari 10 tadi bukanlah dari STEM. Dan lagi, coba pikir dengan jernih, apa mungkin 10 orang terkaya tadi dapat sedemikian sukses tanpa kemampuan bisnis dan interpersonal skill yang luar biasa?
Tapi mungkin kemudian kalian berpikir, “Hey, tuan penulis tunggu dulu! Kami ini orang Asia, kami tidak seambisius itu, kami cuma sekedar ingin hidup normal, mapan, menikmati gaji besar dengan anak dan istri-istri kami kelak“.
Oke, lalu simak yang berikut ini. Dalam sebuah survey yang mengelompokkan 171 bidang studi dalam 15 kategori di Amerika sana, para responden diminta menyebutkan gelar S1-nya dan menyebutkan penghasilannya. Ternyata dari 15 kategori tadi, penghasilan orang Asia mendominasi di 3 kategori yaitu: Hukum dan kebijakan publik, psikologi dan pekerjaan sosial, serta biologi dan ilmu hayati. Lalu sekarang coba tebak, responden Asia sebagian besar berasal dari lulusan mana? Ya, Ilmu Komputer dan Matematika.
Dan kalaupun memang seseorang bisa mendapat harta yang melimpah serta kehidupan yang mapan dari kemampuan tersebut, lantas bisakah harta yang melimpah itu menjamin kebahagiaan hidup seseorang tersebut?

4. BANYAK LAPANGAN KERJA UNTUK ANAK IPA
Dan yang kerja, adalah yang lebih membanggakan

“Selamat, kini ijazah kuliah sudah ditangan”. Kalau orang gedongan bilang, “Sudah memiliki daya saing di dunia kerja”. Thanks to kelas IPA dulu semasa SMA. Nah, sekarang saatnya mulai cari kerja.
Faktanya, sebagian besar produk IPA adalah memang dicetak untuk bekerja kepada orang lain. Seperti tehnisi, insinyur, arsitek, dll. Karena memang tidak ditanamkan jiwa berwirausaha yang justru akan menghasilkan harta yang melimpah seperti yang dicita-citakan ketika akan masuk IPA.
Tapi mau gimana lagi, bahkan ternyata pendidikan Indonesia memang sama sekali tidak berharap agar penduduknya mandiri lewat pendidikan. Coba saja tengok Poin terakhir Misi Pendidikan Indonesia yang saya kutip di bawah ini:

“Menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Adanya jaminan bagi lulusan sekolah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya atau mendapatkan lapangan kerja sesuai kompetensi”.

Jadi kawan, demi suksesnya pendidikan nasional, masuk lah kelas IPA. Maka tidak perlu heran jika jumlah Entrepreneurship di Indonesia hanya berkisar di angka 0.18%. Sungguh angka yang sangat kecil bila dibandingkan dengan Negara-negara tetangga kita di Asia Tenggara, apalagi Amerika Serikat (11.5%). Padahal, menurut sosiolog David Mc Clelland,”Suatu negara bisa menjadi makmur bila ada Entrepreneur (pengusaha) sedikitnya 2% dari jumlah penduduknya”.
Sekarang seandainya saja minimum requirement yang 2% ini terpenuhi, berarti seharusnya akan ada tambahan pengusaha di Indonesia sebanyak (2% – 0.18%) x 238 juta jiwa = 4.3316 juta jiwa. Dan apabila 1 orang pengusaha paling tidak punya 1 orang pekerja, maka jumlah orang yang tidak menganggur meningkat hingga menjadi 4.3316 x 2 = 8.6632 juta jiwa. Coba saja bandingkan dengan tingkat pengangguran di Indonesia yang di awal 2011 lalu mencapai 9.25 juta jiwa. Waw, dengan ini anda telah berhasil mengurangi 93.65% tingkat pengangguran di Indonesia. Yeah. Anda layak dapat nobel.

Mohon dipahami, tulisan ini bukanlah tulisan anti IPA, karena pada kenyataannya penulis kini berada di kelas IPA. The thing that I’m trying to say is no matter what your class is, but I try to kick racism out of education. Setiap manusia berhak untuk menentukan jalan hidupnya, sesuai dengan passion dan cita-cita yang ingin diraihnya. Boleh pilih jurusan manapun, entah IPA, IPS atau Bahasa. Namun yang penting jangan pernah memilih hanya agar hidup “aman”. Dan jangan pernah memaksakan kehendak atau membeda-bedakan atas dasar satu sudut pandang, sekali lagi “setiap orang adalah special”.

Mohon dimaklumi gan, masih NEWBIE emoticon-Kiss[removed]void(0);
0
6.2K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
EducationKASKUS Official
22.5KThread13.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.