Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

9satutigaAvatar border
TS
9satutiga
Jangan Tertipu Kartini


21 April bagi kaum hawa di negeri ini tentu saja merupakan hari yang istimewa. Karena pada tanggal tersebutlah salah seorang putri “kebanggan” Indonesia dilahirkan di bumi Jepara, Jawa Tengah. Raden Ajeng Kartini (1879-1904) namanya. Sebagai salah satu anak manusia yang pernah mengenyam bangku sekolah di negeri ini tentunya saya juga menaruh rasa hormat yang dalam kepada sosok wanita yang oleh masyarakat kadung dianggap sebagai figure teladan perempuan pejuang dan tokoh emansipasi wanita ini. Hal itu memang sudah terdoktrinkan secara sistematis ke dalam otak saya dan juga kepada jutaan alumni sekolah di republik tercinta ini bahwa memang demikianlah sosok harum Kartini. Namun setelah Liang Pikir saya (baca: Otak) perlahan beranjak dewasa, kini saya mulai sadar bahwa Kartini ternyata tak se-sakral itu. Dan kini saya juga tertarik tuk meng-kritisi sosok Putri Kebanggan Indonesia ini, secara Objektif tentunya.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada sang “Putri Yang Mulia” (Sebutan beliau dalam salah satu lirik lagu nasional Ibu Kita Kartini), izinkanlah saya mengungkapkan beberapa kegundahan yang mengganjal di benak saya tentang Raden Ajeng Kartini ini.

Pertama-tama bolehlah saya cuplikkan beberapa lirik dalam Lagu Ibu Kita Kartini yang juga bisa menjadi renungan kita bersama. Berikut beberapa petikan lirik lagu “Sakral” tersebut yang masih saya ingat :

Ibu Kita Kartini//

Putri sejati//

Putri Indonesia//

Harum namanya//

Wahai ibu kita Kartini//

Putri yang mulia//

Sungguh besar cita-citanya//

Bagi Indonesia//

Dalam lirik lagu tersebut nampak jelas begitu terpujinya Kartini ini. Terbukti dengan diproklamirkannya penyebutan putri yang mulia pada beliau. Dan ada lagi satu bait dalam lirik lagu tersbut yang juga dapat kita kritisi bersama, yaitu pada kata”Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia.”

Sebenarnya apakah gerangan cita-cita besar Kartini yang oleh banyak orang disebut sebagai cita-cita yang mulia itu. Jawabannya konon adalah perjuangan mengenai emansipasi dan kesetaraan Gender. Untuk membahas masalah ini (Emansipasi dan Kesetaraan Gender) sungguh membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan tentunya akan selalu menimbulkan Pro dan Kontra setelahnya. Maka dalam seduhan (tulisan) ini saya mencoba mengambil sisi lain yang juga layak tuk dicermati. Yaitu mengenai kelayakan Kartini menyandang gelar Tokoh Emansipasi sehingga dijadikan Inspirator dan simbol sakral para wanita di negeri ini hingga hari ini.


Kisah “Mini” Kartini


Nama Kartini sebenarnya baru meledak sedemikian tenar pasca diterbitkannya kumpulan surat-menyuratnya (Korespondensi) dengan para Nonik Belanda. Kumpulan surat yang diberi judul ”Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang) itu sendiri diterbitkan 14 tahun setelah kematiannya. Dan inilah yang patut digaris bawahi, penerbitnya adalah Belanda sang penjajah negeri ini. Menjadi menarik jika kita cermati apakah gerangan maksud Belanda di balik semua itu. Mengapa kita patut curiga dengan maksud negeri yang tlah mengeruk kekayaan perut Indonesia selama 3,5 Abad ini. Karena tidak mungkin negara yang tabiatnya adalah penjajah melakukannya dengan tanpa tujuan yang besar di baliknya. Belanda boleh saja tak menjajah Indonesia lagi secara fisik namun haram bagi mereka jika melepaskan Indonesia secara cuma-cuma karena negara inilah (baca: Indonesia) yang telah menghidupi negeri Kincir Angin tersebut selama 350 Tahun. Pengkultusan Kartini adalah salah satu buah manis yang dihasilkan dari penanaman benih sejarah oleh Belanda melalui diterbitkannya buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Melalui buku itu Belanda ingin mendoktrin otak-otak generasi Indonesia selanjutnya (utamanya wanitanya) agar mempelajari sosok Kartini dan meniru serta melanjutkan ide-ide Kartini yang tentunya telah dipoles sedemikian rupa oleh Belanda. Jika kita berfikir lebih jernih, mengapa hanya Kartini saja tokoh wanita yang di Blow-Up sebegitu besarnya dalam sejarah yang dikonstruksi oleh Belanda? Bukankah di negeri ini dahulu juga banyak tokoh wanita yang juga tak kalah dengan Kartini dan bahkan lebih hebat dan besar jasanya bagi bangsa ini daripada Kartini. Jika Kartini hanya berkutat pada ide-ide dan diskusi dengan para Tokoh Belanda melalui surat-menyurat, maka masih lebih hebat Dewi Sartika (1884-1947) yang tidak hanya sekedar berwacana tentang pendidikan kaum wanita, namun juga mendirikan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Kemudian ada lagi Rohana Kudus yang menyebarkan ide-idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan). Apalagi dengan Cut Nyak Dhien yang merupakan sosok wanita pejuang yang sangat tangguh hingga membuat Belanda sangat merasa terancam dengan pengaruh wanita yang satu ini di tengah-tengah masyarakat Aceh kala itu. Beliau berjuang bahkan dengan mengangkat senjata bahu-membahu hingga akhir nafasnya bersama sang suami, Teuku Umar. Nah, bandingkan dengan Kartini. Sungguh mereka lebih hebat daripada Kartini yang masih berkutat pada wilayah ide-ide dan cita-cita saja. Contohnya adalah Rohana Kudus yang sangat kenyang dalam merasakan tekanan pihak penjajah Belanda. Terbukti dengan sering dibredelnya media massa yang dipimpinnya oleh Belanda kala itu. Cut Nyak Dhien, jangan tanya lagi, meski seorang perempuan namun Belanda menganggapnya sama berbahayanya dengan para pejuang laki-laki. Jiwa, harta dan segala miliknya adalah sesuatu yang sungguh sangat ingin dimatikan oleh Belanda. Lantas mengapa hanya Kartini yang dielu-elukan hari ini.
Diubah oleh 9satutiga 27-04-2013 13:23
0
9.3K
125
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.