- Beranda
- Berita dan Politik
SBY Semprot Fotografer Istana
...
TS
vikiejeleek
SBY Semprot Fotografer Istana
Quote:
TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendadak memutuskan memberikan keterangan pers kepada para pewarta di kantor kepresidenan, Jakarta, Rabu malam, 17 April 2013. Keterangan pers disampaikan dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Dalam jumpa pers itu, SBY membantah Ketua Umum Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru, Yenny Wahid, gagal bergabung ke Demokrat lantaran adanya permintaan jabatan dari putri almarhum Abdurrahman Wahid itu. "Saya harus menyampaikan penjelasan karena beritanya agak simpang-siur," kata SBY. (simak: alasan Yenny ogah ke Demokrat)
Di tengah penjelasannya, SBY sempat marah ke seorang fotografer Istana yang terus mengabadikan momen saat dia berpidato. "Coba jangan jeprat-jepret terus. Itu mengganggu," kata SBY menghadap ke arah si tukang foto, dengan mimik muka agak kesal.
Melihat sikap SBY, si fotografer segera menghentikan aktivitasnya. Tukan foto ini, yang tadinya berdiri, segera merendahkan posisi badannya dengan agak membungkuk, cenderung berjongkok. Blitz dan suara jepretan kameranya mungkin yang menjadi pemicu utama kemarahan SBY.
Seusai insiden ini, SBY melanjutkan pidatonya. Di akhir pidato, Ia menegaskan hubungannya dengan Yenny dan keluarga almarhum Gus Dur tetap terjalin dengan baik meski Yenny tak bergabung ke partainya.
Dalam jumpa pers itu, SBY membantah Ketua Umum Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru, Yenny Wahid, gagal bergabung ke Demokrat lantaran adanya permintaan jabatan dari putri almarhum Abdurrahman Wahid itu. "Saya harus menyampaikan penjelasan karena beritanya agak simpang-siur," kata SBY. (simak: alasan Yenny ogah ke Demokrat)
Di tengah penjelasannya, SBY sempat marah ke seorang fotografer Istana yang terus mengabadikan momen saat dia berpidato. "Coba jangan jeprat-jepret terus. Itu mengganggu," kata SBY menghadap ke arah si tukang foto, dengan mimik muka agak kesal.
Melihat sikap SBY, si fotografer segera menghentikan aktivitasnya. Tukan foto ini, yang tadinya berdiri, segera merendahkan posisi badannya dengan agak membungkuk, cenderung berjongkok. Blitz dan suara jepretan kameranya mungkin yang menjadi pemicu utama kemarahan SBY.
Seusai insiden ini, SBY melanjutkan pidatonya. Di akhir pidato, Ia menegaskan hubungannya dengan Yenny dan keluarga almarhum Gus Dur tetap terjalin dengan baik meski Yenny tak bergabung ke partainya.
sumber
tolong itu yang lagi tidur bangunkan *gaya sby*
Quote:
Original Posted By satrianegara77►Fotografer emang ditugaskan cari foto jurnalistik. Sebuah foto jurnalistik akan lebih diterima oleh redaktur foto kalau fotonya bagus, dalam hal ini foto ketika gesture dan ekspresi subjek yg difoto (SBY) terlihat ekspresif.
coba bedakan 2 foto ini gan
atau
mana yg lebih ekspresif?
Nggak usah redaktur foto yg menilai, dari mata awam yg merupakan konsumen berita aja tentu lebih memilih foto ke dua.
Untuk mendapatkan foto jurnalistik seperti ini nggak mudah, sering fotonya nggak pas momentnya, gerakannya kurang maksimal atau SBY pas merem atau flashnya barengan ama wartawan lain (over exposure), nggak fokus, shake, ketutupan tangan wartawan, bocor dan lain-lain.
Makanya untuk menghindari hal itu fotografer akan memakai fitur continuous shot pret-pret-pret-pret-pret dan flash juga dinyalain, sehingga kemungkinan mendapat foto jurnalistik yg bagus semakin besar.
Tapi di sisi lain kalau semua wartawan melakukan hal itu selama konferensi pers tentu itu sangat mengganggu konsentrasi yg presiden sedang berbicara.
Bagusnya sih win win solution. Fotografer butuh foto, presiden butuh pesannya nyampe ke rakyat.
Protokol istana harus mengatur
1. Misalnya ada sesi foto khusus selama 3-5 menit saat awal mula konf pers presiden,ketika presiden memberikan pidato pengantar awal sebelum masuk pokok-pokok bahasan yg butuh konsentrasi,
2. Lighting ruangan yg sangat mencukupi sehingga wartawan foto ngga perlu pake flash.
3. Setelah sesi foto berakhir, tidak ada lagi wartawan yg motret, kalo ada fotografer yg ngak disiplin, protokol boleh menyeret fotografer itu keluar ruangan.
coba bedakan 2 foto ini gan
atau
mana yg lebih ekspresif?
Nggak usah redaktur foto yg menilai, dari mata awam yg merupakan konsumen berita aja tentu lebih memilih foto ke dua.
Untuk mendapatkan foto jurnalistik seperti ini nggak mudah, sering fotonya nggak pas momentnya, gerakannya kurang maksimal atau SBY pas merem atau flashnya barengan ama wartawan lain (over exposure), nggak fokus, shake, ketutupan tangan wartawan, bocor dan lain-lain.
Makanya untuk menghindari hal itu fotografer akan memakai fitur continuous shot pret-pret-pret-pret-pret dan flash juga dinyalain, sehingga kemungkinan mendapat foto jurnalistik yg bagus semakin besar.
Tapi di sisi lain kalau semua wartawan melakukan hal itu selama konferensi pers tentu itu sangat mengganggu konsentrasi yg presiden sedang berbicara.
Bagusnya sih win win solution. Fotografer butuh foto, presiden butuh pesannya nyampe ke rakyat.
Protokol istana harus mengatur
1. Misalnya ada sesi foto khusus selama 3-5 menit saat awal mula konf pers presiden,ketika presiden memberikan pidato pengantar awal sebelum masuk pokok-pokok bahasan yg butuh konsentrasi,
2. Lighting ruangan yg sangat mencukupi sehingga wartawan foto ngga perlu pake flash.
3. Setelah sesi foto berakhir, tidak ada lagi wartawan yg motret, kalo ada fotografer yg ngak disiplin, protokol boleh menyeret fotografer itu keluar ruangan.
Diubah oleh vikiejeleek 19-04-2013 03:52
0
11.4K
Kutip
137
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
677.9KThread•47.2KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya