Coba deh dipikirin, kalau seandainya di kitab suci ada satu ayat saja yang menyuruh umat manusia untuk melakukan pacaran, Saya pikir ajaran tersebut justru akan mengakibatkan berbagai kerusakan moral dan kebobrokan tatanan pergaulan antar manusia.

Bayangkan, lha wong pacaran yang (sebenernya) nggak pernah diajarkan dalam ajaran agama aja udah bikin pelakunya menderita (bacah: patah hati,galau, bahkan hilang keperawanan/keperjakaan, hamil di luar nikah, nikah dini, dll).

Apalagi kalau kata pacaran sempet menghiasi ayat-ayat di kitab suci. Satu ayat aja deh, udah nggak kebayang kan dampaknya? Padahal agama adalah tuntunan hidup yang langsung diberikan Tuhan kepada manusia demi kebahagiaan manusia itu sendiri. Lihat saja nasib orang-orang yang ngeyel denga perintah Tuhan. Kaum Sodom hancur lebur karena berlaku homoseks (maho). Fir'aun ditenggelamkan bersama kesombongannya. kaum Nabi Nuh, dilanda banjir bandang. Dan kaum-kaum Nabi seterusnya yang tidak mau patuh pada aturan-aturan-Nya pasti akan menemui kebinasaan. Merugi...

Sayangnya, entah karena angkuh atau karena kurang pemahamannya manusia seringkali lalai dari hal ini. dalam hal ini saya fokus pada masalah pacaran.

Sekarang coba deh direnungkan, khususnya buat yang punya pacar (belom nikah), jawab SEJUJUR-JUJURNYA dari lubuk hati kalian yang paling dalam:

Pernah nggak sih merasa berdosa ato merasa bersalah waktu kalian pacaran? Coba dilogika sedikit demi sedikit. Gimana perasaanmu kalau habis sholat, terus pacaran. Habis pengajian, pulangnya boncengan. Habis ngaji Qur’an keluar kencan bareng pacar. Habis ibadah terus maksiat. Rajin ibadah tapi mesum jalan terus (na’udzubillah).

Coba deh direnungin baik-baik saat ini sebelum semuanya terlambat menjadi penyesalan. Sudah nggak kehitung lagi berapa banyak korban pacaran yang konon diniatkan serius tapi ujung-ujungnya malah saling merusak masa depan pasangannya. Belom lagi dosa-dosa akibat zina yang dilakukannya.

Saya hanya ingin ngajak agan-agan mikir kritis di sini. Terserah agan mau menghujat saya atau menganggap saya sok suci, terserah. Itu hak agan selaku pembaca dan kaskuser. Tapi tolong lah, renungkan sedikit apa yang saya utarakan di sini.

Saya pribadi pernah merasa sangat bersalah dan berdosa manakala masih pacaran dulu. Setelah saya nggak tahan dengan perasaan berdosa itu, saya putuskan pacar saya. Berat memang, tapi mesti bagaimana lagi. Setiap kali sholat nggak pernah tenang jiwanya karena kepikiran dosa pacaran. Tiap kali ibadah apapun selalu dikejar perasaan berdosa seperti itu. Alhamdulillah, 3 tahun berlalu, saya udah jomblo. Mencoba kehidupan normal kembali dengan tetap bersikap baik dengan mantan saya, sekedar menjaga silaturahmi.

Apa saya memang terlalu berlebihan dalam hal ini? Tapi bukankah kata hati terkadang lebih banyak benar? Saya pikir memang ada baiknya kita mulai memikirkan hal ini sebelum kerusakan moral dan mentalitas yang lebih buruk terjadi di masa depan. Tidak hanya Anda, tapi juga orang-orang di sekitar Anda.

“Cinta itu indah bila kita menyandarkan cinta itu pada Sang Pemberi Cinta Tuhan Yang Maha Kuasa.” Bila memang jodoh tak bakal ke mana. Kalau sudah mapan, nikah (ada yang bilang lebih aik begitu, saya kurang tahu pastinya. minta sarannya dong).

Kemapanan lebih penting daripada ketampanan!

Kalau ada yang punya pengalaman serupa atau mau kasih saran, makasih banyak deh gan.