- Beranda
- Berita dan Politik
Alasan bandara Indonesia Sulit Terbaik di Dunia
...
TS
NoTaRiuZ
Alasan bandara Indonesia Sulit Terbaik di Dunia
Alasan Bandara Indonesia Sulit Terbaik Dunia
Quote:
Minggu, 14 April 2013 - 04:57:27 WIB
Bandar Udara di Indonesia tidak ada satu pun yang masuk daftar 100 bandara terbaik dunia versi Majalah Skytrax edisi bulan lalu. Pengamat penerbangan Alvin Lie menilai sampai 30 tahun ke depan, kondisi ini sulit berubah selama pemerintah dan pengelola bandara tidak membentuk rencana jangka panjang mumpuni.
Dia mencontohkan kondisi Bandara internasional tersibuk Tanah Air, yaitu Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten. Ada tiga alasan mengapa bandara yang paling bagus itu sulit bersaing di level dunia.
Pertama soal kapasitas penumpang. Upaya PT Angkasa Pura II menambah infrastruktur pada akhir 2014 bisa jadi mubazir karena gagal mengikuti perkembangan orang yang diprediksi lalu-lalang di bandara itu.
"Bandara kita semuanya overload, Soekarno-Hatta itu seharusnya melayani 22 juta penumpang per tahun, tapi tahun lalu saja sudah 53,6 juta orang. Dua tahun lagi penumpang yang lewat Soekarno-Hatta sudah 60 juta lebih. Sedangkan proyeksi (Angkasa Pura II) setelah diekspansi kapasitasnya menjadi 60 juta, begitu selesai (renovasi) kita sudah overload lagi," ujar Alvin lewat telepon, Sabtu (13/4).
Faktor kedua, pengelola bandara di Indonesia masih abai pada kenyamanan penumpang, termasuk kenyamanan para awak maskapai. Indikatornya adalah kapasitas pengatur lalu lintas udara, lama pesawat antre terbang, serta antrean penumpang masuk ke area bandara.
"Bandara yang baik itu melayani kepentingan penumpang, kepentingan penerbang termasuk waktu antre, karena itu semua terkait keselamatan penerbangan," paparnya.
Alasan ketiga kenapa bandara Indonesia belum masuk jajaran terbaik adalah pengelolaan lingkungan. Skytrax menobatkan Bandara Changi, Singapura sebagai yang paling top sejagat karena alasan ramah lingkungan dan efisien dalam hal energi. Terminal 3 bandara negeri pulau itu bahkan menerapkan sumber energi dari sinar matahari.
Sebaliknya, bandara Indonesia sumber energinya kurang ramah lingkungan. Tingkat emisi karbon juga tinggi lantaran banyak kendaraan roda empat dibolehkan masuk area penjemputan penumpang.
"Coba kita lihat jumlah mobil di dalam kawasan Soekarno-Hatta. Itu berapa banyak emisi karbonnya, masalah seperti itu selama tidak diatasi sulit membuat bandara kita jadi yang terbaik," bebernya.
Sebelumnya, Direktur Utama Angkasa Pura II Tri Sunoko mengaku bakal mempersiapkan dua bandara agar masuk jajaran 100 terbaik sedunia dalam waktu dekat. Selain Soekarno-Hatta, Bandara Kuala Namu juga jadi gacoan BUMN ini.
Namun, Alvin mengaku pesimis. Pemerintah dan BUMN seharusnya fokus mengembangkan road map industri lalu lintas udara sampai 30 tahun ke depan. Jika tidak, kebijakan pengelolaan bandara hanya akan disesuaikan lonjakan penumpang, bukan mempersiapkan diri menghadapi situasi itu.
"Saya sangat pesimis (bandara Indonesia segera masuk 100 terbaik). Kalau mau mengembangkan bandara harus membuat proyeksi 15-20 tahun, butuh visi jangka panjang, termasuk mengembangkan akses ke bandara, bagaimana supaya tidak ada kemacetan, pemerintah dan BUMN harus kerja sama," tegasnya seperti dilansir merdeka.com.
Pada daftar Skytrax, hanya tiga bandara di Asia Tenggara yang masuk dalam daftar 100 bandara terbaik dunia. Tidak ada satu pun bandara di Indonesia yang masuk dalam jajaran terbaik dunia. Survei majalah penerbangan ini didasarkan pada 39 item yang menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan bandara. *mc
Bandar Udara di Indonesia tidak ada satu pun yang masuk daftar 100 bandara terbaik dunia versi Majalah Skytrax edisi bulan lalu. Pengamat penerbangan Alvin Lie menilai sampai 30 tahun ke depan, kondisi ini sulit berubah selama pemerintah dan pengelola bandara tidak membentuk rencana jangka panjang mumpuni.
Dia mencontohkan kondisi Bandara internasional tersibuk Tanah Air, yaitu Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten. Ada tiga alasan mengapa bandara yang paling bagus itu sulit bersaing di level dunia.
Pertama soal kapasitas penumpang. Upaya PT Angkasa Pura II menambah infrastruktur pada akhir 2014 bisa jadi mubazir karena gagal mengikuti perkembangan orang yang diprediksi lalu-lalang di bandara itu.
"Bandara kita semuanya overload, Soekarno-Hatta itu seharusnya melayani 22 juta penumpang per tahun, tapi tahun lalu saja sudah 53,6 juta orang. Dua tahun lagi penumpang yang lewat Soekarno-Hatta sudah 60 juta lebih. Sedangkan proyeksi (Angkasa Pura II) setelah diekspansi kapasitasnya menjadi 60 juta, begitu selesai (renovasi) kita sudah overload lagi," ujar Alvin lewat telepon, Sabtu (13/4).
Faktor kedua, pengelola bandara di Indonesia masih abai pada kenyamanan penumpang, termasuk kenyamanan para awak maskapai. Indikatornya adalah kapasitas pengatur lalu lintas udara, lama pesawat antre terbang, serta antrean penumpang masuk ke area bandara.
"Bandara yang baik itu melayani kepentingan penumpang, kepentingan penerbang termasuk waktu antre, karena itu semua terkait keselamatan penerbangan," paparnya.
Alasan ketiga kenapa bandara Indonesia belum masuk jajaran terbaik adalah pengelolaan lingkungan. Skytrax menobatkan Bandara Changi, Singapura sebagai yang paling top sejagat karena alasan ramah lingkungan dan efisien dalam hal energi. Terminal 3 bandara negeri pulau itu bahkan menerapkan sumber energi dari sinar matahari.
Sebaliknya, bandara Indonesia sumber energinya kurang ramah lingkungan. Tingkat emisi karbon juga tinggi lantaran banyak kendaraan roda empat dibolehkan masuk area penjemputan penumpang.
"Coba kita lihat jumlah mobil di dalam kawasan Soekarno-Hatta. Itu berapa banyak emisi karbonnya, masalah seperti itu selama tidak diatasi sulit membuat bandara kita jadi yang terbaik," bebernya.
Sebelumnya, Direktur Utama Angkasa Pura II Tri Sunoko mengaku bakal mempersiapkan dua bandara agar masuk jajaran 100 terbaik sedunia dalam waktu dekat. Selain Soekarno-Hatta, Bandara Kuala Namu juga jadi gacoan BUMN ini.
Namun, Alvin mengaku pesimis. Pemerintah dan BUMN seharusnya fokus mengembangkan road map industri lalu lintas udara sampai 30 tahun ke depan. Jika tidak, kebijakan pengelolaan bandara hanya akan disesuaikan lonjakan penumpang, bukan mempersiapkan diri menghadapi situasi itu.
"Saya sangat pesimis (bandara Indonesia segera masuk 100 terbaik). Kalau mau mengembangkan bandara harus membuat proyeksi 15-20 tahun, butuh visi jangka panjang, termasuk mengembangkan akses ke bandara, bagaimana supaya tidak ada kemacetan, pemerintah dan BUMN harus kerja sama," tegasnya seperti dilansir merdeka.com.
Pada daftar Skytrax, hanya tiga bandara di Asia Tenggara yang masuk dalam daftar 100 bandara terbaik dunia. Tidak ada satu pun bandara di Indonesia yang masuk dalam jajaran terbaik dunia. Survei majalah penerbangan ini didasarkan pada 39 item yang menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan bandara. *mc
emang bener sih..toiletnya aja bau
mdh2an ada perbaikan
0
52.3K
Kutip
816
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
677.9KThread•47.2KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya