Terletak di bagian ujung selatan Semenanjung Melayu, kota yang sangat kosmopolitan Singapura dianggap sebagai suatu negara kepulauan kelas dunia. Mengingat beragam 5 juta penduduk, itu adalah pusat keuangan terdepan keempat di dunia. Pemerintah memiliki rencana untuk memperluas populasi dengan target 6,5 juta dalam waktu dekat, atau setidaknya, menciptakan infrastruktur dengan jumlah tertentu dalam pikiran.

Mengingat ukuran kecil negara-bangsa, akan idealis menganggap bahwa Singapura akan mampu bertahan hidup pada sumber daya alamnya sendiri. Bahkan, sudah tidak ada untuk berbicara tentang. Oleh karena itu, Singapura sangat bergantung pada perdagangan, pariwisata, dan sumber daya manusia untuk membuat kota ekonomis di mana sekarang. Bahkan air keran yang dibeli dari negara tetangga Malaysia, meskipun kontrak antara 2 pihak berakhir pada tahun 2011. Di sinilah letak tantangan bagi Singapura untuk menyediakan bagi orang-orang yang berkelanjutan - melalui sarana desalinasi dan proses untuk mengubah air limbah menjadi air minum.

Dalam semangat dari apa yang beberapa lihat sebagai kota peluang, gagasan Singapura sebagai "PossibiCity" ini dilahirkan pada bulan Agustus 2009, sebagai tag-line untuk Hari Nasional ke-44 nya. Sebagai hasil dari jelas "brain drain" dari 90-an dan seterusnya, dengan meningkatnya jumlah orang muda meninggalkan negara itu untuk padang rumput hijau (sering dijuluki sebagai "berhenti merokok" di mata negara), pemerintah Singapura telah kuat pada mencari tenaga kerja asing.

Seperti banyak kota-kota metropolitan dalam dirinya sendiri, Singapura memiliki sesuatu untuk memenuhi semua orang, baik untuk bekerja atau bermain. Dengan sektor jasa berkembang dan sektor swasta yang memperkuat pesat, telah menjadi salah satu kota paling layak huni di dunia (peringkat ke-34 pada Top 100 indeks Kota Paling Layak Huni yang Business Week Dunia), kadang-kadang lebih jadi untuk ekspatriat dan imigran dari penduduk setempat.