Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Memperbaiki Citra, Polisi Bali Memperingatkan Turis Asing dan Membuat Video Tandingan

cocioAvatar border
TS
cocio
Memperbaiki Citra, Polisi Bali Memperingatkan Turis Asing dan Membuat Video Tandingan
Spoiler for no repost:


video milik jurnalis Belanda, Kees Van der Spek, tentang polisi di Bali, yang meminta uang damai kepada Van der Spek, yang diunggah di You Tube sejak 1 April 2013 lalu itu sudah membuat heboh Indonesia. Mulai dari masyarakat, Kapolda Bali, Gubernur Bali, sampai Kapolri telah memberi perhatian khususnya. Sampai saat tulisan ini dibuat sudah dilihat sebanyak 1.123.998 kali. Sebenarnya yang mengunggah video berjudul Polisi Korupsi di Bali / Corruption Police in Bali itu bukan Van der Spek sendiri. Dia mengaku kepada wartawan Merdeka.com yang mewawancarainya, bukan dia yang mengunggah video tersebut di You Tube. Namun, video tersebut sudah ditayangkan di Belanda, di SBS6 TV, di acara yang dibawakannya, Oplichters in het Buitenland, Penipu-penipu di Luar Negeri. Jadi, sudah ditonton publik di Belanda.

Video dokumentasi hasil investigasi Van der Spek itu di You Tube memang tercantum nama samaran pengunggahnya, yakni “gil4sekali.” Selain video tentang pungli polisi Bali yang bernama Aipda Komang Sarjana, dia juga mengunggah empat video lainnya milik Van der Speak dari acara Oplichters in het Buitenland itu. Empat video lainnya itu adalah sebagai berikut: dua video diberi judul sama, yakni, Penipuan Turis di Bali/Fraud to Tourists in Bali. Yang pertama, isinya tentang penipuan di dua lokasi money changer perorangan/tak resmi, dan yang kedua tentang penipuan pemandu wisata freelance tentang voucher hotel berhadiah. Video keempat berjudul Bribes to Customs of Officials Ngurah Rau Air Port, yang menampilkan adegan petugas Bea Cukai Bandara Ngurah Rai meminta dan menerima suap dari Van der Spek. Sedangkan video kelima berjudul Cheat Tourist with Scratch Cards in Bali. Kelima video di You Tube tersebut bisa anda lihat dengan klik disini.

Jadi, sejak masuk pintu gerbang Indonesia di Bali, di Bandara Ngurah Rai itu, Van der Spek sudah disambut dengan perilaku petugas negara yang bobrok. Padahal dia mengaku, baru pertamakali ini ke Bali (Indonesia), bersama dua orang koleganya. Sedangkan, bandara di setiap negara/kota, adalah wajah dari negara / kota tersebut. Kebobrokan pelayanan petugas di bandara mencerminkan bagaimana wajah sebenarnya negara / kota tersebut.

Dengan sampai lima video itu sudah ditayangkan di Belanda, dan kemudian diunggah di You Tube itu entah sudah berapa juta orang yang melihatnya di seluruh dunia. Bisa dibayangkan bagaimana nanti efeknya bagi pariwisata di Bali. Padahal Bali merupakan tempat tujuan wisata yang paling diandalkan pemerintah Indonesia bagi turis manca negara.

Dari hasil penelusuran di Google, saya dapatkan juga informasi bahwa ternyata Bali sudah cukup “terkenal” di mata turis asing sebagai tempat tujuan wisata yang paling rawan penipuan. Sampai-sampai banyak turis asing yang takut berbelanja di Bali dengan menggunakan kartu kredit.

Laman www.budgettravel.comsejak 2011 telah memasukkan Bali sebagai salah satu dari sepuluh tempat tujuan wisata yang paling rawan penipuan (“Trick Crimnal Use: 10 Popular Travel Scams Around the World”).

dengan latar belakang seperti ini, maka sangat konyol reaksi yang ditunjukkan Kapolda Bali Irjen Pol. Arif Wachyunadi, yang menyatakan akan menangkap Van der Spek (kalau dia datang lagi di Bali), dengan alasan dia adalah pelaku penyuapan itu. Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga mendukung upata Polda Bali itu.

Padahal apa yang dilakukan oleh Van der Spek adalah bagian dari tugas jurnalis investigasinya yang berkaitan dengan begitu rawannya turis asing yang menjadi korban pemerasan, penipuan, dan pemalakan di Bali. Seharusnya, pihak Polda Bali itu berterima kasih kepada Van der Spek yang telah mengungkapkan secara begitu terang-terangan praktek-praktek kotor tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan upaya perbaikan yang serius, terintegrasi, dan menyeluruh, melibatkan semua pihak terkait, demi memperbaiki citra Bali yang sudah mulai rusak parah di mata turis asing itu.

Pihak Bank Indonesia di Bali juga perlu berperan serta, dengan misalnya, menertibkan bisnis-bisnis money chager perorangan yang tidak resmi itu. Pihak pemerintah daerah Bali menertibkan pemandu-pemandu wisata freelance yang lebih mengesankan penipu yang menyamar sebagai pemandu wisata itu, membina moralitas petugas-petugas yang biasa berhadapan langsung dengan turis asing, seperti petugas Bea dan Cukai, polisi, dan lain-lain seterusnya.

Tetapi, apa yang dilakukan pihak Kepolisian Bali sekarang ini?

Menindaklanjuti peredaran tayangan Polisi Korupsi di Bali dan tekad Polda Bali untuk menangkap Van der Spek dengan sangkaan telah melakukan tindak pidana penyuapan itu, kini pos polisi tempat kejadian perkara yang semula bernama Pos Polisi Lio Square di dekat perempatan Jalan Kerobokan-Pettienget, Kuta, Bali itu, diganti namanya menjadi Pos Simpang LP Kerobokan. Entah alasan apa yang membuat polisi di sana merasa perlu mengganti nama pos polisi itu. Apakah ini bagian dari menutup-nutupi aib? Mudah-mudahan saja setelah nama posnya diganti, bisa mujarab. Sehingga Pos Polisi Kerobokan itu tidak lagi menjadi pos polisi kebobrokan.

Selanjutnya di situ, dan beberapa pos polisi lainnya di Kabupaten Badung dipasang spanduk yang cukup mencolok mata memperingatkan orang agar jangan memberi suap kepada petugas. Sebab penerima suap, dan pemberi suap sama-sama akan diancam hukuman sampai lima tahun penjara. “Pungli, Penerima dan Pemberi Sama-sama Kena Sanksi Pidana, Pasal 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap. …. “

“Jangan sampai (ada lagi) anggota menerima suap, maupun masyarakat memberi suap,” ujar Kasat Lantas Polres Badung AKP Mohammad Joko Arif, Minggu (7/4/2013) (Kompas.com).

Spanduk peringatan anti suap yang dipasang polisi di Pos Polisi Kerobokan, sebelumnya pos polisi ini bernama Pos Polisi Lio Square (Sumber: Kompas.com)
Rencananya, Polres Badung juga akan segera menyebarkan spanduk dan selebaran dalam bahasa Inggris yang ditujukan kepada turis-turis asing di Bali.

Apakah reaksi turis-turis asing di Bali itu nantinya? Apa dampaknya? Kesannya kok, Polisi Bali ini bukannya melakukan introspeksi diri, memperbaiki diri ke dalam, malah bertindak defensif. Bukan membina secara lebih intensif anggota-anggotanya yang memang sudah dikenal lama sebagai tukang cari-cari kesalahan orang untuk diminta uang damai, malah “mengancam,” memperingatkan masyarakat. Kalau petugasnya tidak suka mencari-cari kesalahan orang, tegas dan jujur, siapakah yang bisa menyuap mereka?

Peringatan seperti ini bisa jadi malah mendampak negatif bagi turisme Bali. Dengan adanya peringatan itu, mereka bukan merasa semakin aman, tetapi sebaliknya. Siapa yang mau memberi suap kepada petugas-petugas polisi itu kalau memang tidak melakukan kesalahan apa-apa?

Sebaliknya, kalau memang ada turis yang melanggar hukum, polisi saja yang bertindak tegas menjalankan tugasnya sesuati dengan hukum yang berlaku. Tetapi, yang lazim terjadi, kan biasanya petugas-petugas itu sering mempersulit, menjebak, dan mencari-cari kesalahan orang lain. Apalagi turis asing, yang dianggap tidak memahami kondisi di Bali. Setelah itu ditawari uang damai.

Penerapan hukum pun tidak perlu sampai terlalu kaku. Kalau pelanggarannya ringan, apalagi karena tidak memahami/salah paham, cukuplah diberi peringatan.

Yang terjadi selama ini, seperti yang bisa disaksikan di tayangan You Tube tersebut adalah turis-turis asing itu diperas, dijebak, menjadi korban penipuan, dan sebagainya. Dalam kondisi seperti itu, berada di negara orang, mereka pasti bingung harus berbuat apa. Ketika diminta uang, biasanya akan segera dilakukan, meskipun dengan terpaksa, agar bisa selamat.

Dengan adanya peringatan polisi seperti ini, bisa jadi mereka malah akan menjadi semakin was-was berwisata di Bali. Dengan begitu banyaknya petugas yang tukang pungli, dan tukang peras, bisa-bisa selain menjadi korban mereka juga akan diproses di Kepolisian dengan sangkaan telah menyuap petugas. Daripada kelak berada dalam posisi yang serba salah dengan risiko yang tinggi, “maju kena mundur kena,” mendingan tidak usah saja ke Bali. Tentu saja, kondisi Bali seperti ini akan diteruskan ke keluarga dan teman-teman, menjadi iklan buruk dari mulut ke mulut. Apalagi di era internet seperti sekarang ini. Setiap informasi akan dengan sangat cepat menyebar ke seluruh dunia.

Reaksi lain dari Polantas Polres Badung atas peredaran video Polisi Korupsi di Bali di You Tube itu adalah membuat video tandingannya!

Dengan menggunakan jasa salah satu production house yang ada di sana video tandingan itu dibuat. Lokasinya di sekitar perempatan Pos Polisi Lio Square, yang telah berubah namanya menjadi Pos Polisi Kerobokan, tempat Van der Spek membuat film dokumenternya itu.

Isi video tandingan yang telah syuting pada Minggu, 7 April kemarin itu, menceritakan layanan prima dari polisi-polisi Bali yang serba humanis, ramah dan jujur. Kompas.com menyaksikan akting polantas-polantas itu melaporkan kemampuan polantas-polantas yang berakting menampilkan polisi-polisi Bali yang serba humanis dan ramah itu, melayani pengendara motor yang melintas. Tentu saja tanpa suap, tanpa bir.

“Untuk mengembalikan citra Polri, bagaimana pelayanan ke depan kita jangan sampai terulang kembali tentang kejadian tersebut,” ujar Kasat Lantas Polres Badung AKP Mohammad Joko Arif di sela-sela pembuatan video kepada Kompas.com.

Rencananya setelah melalui proses editing, video hasil syuting tersebut akan diunggah pula di You Tube. Menandingi Video-nya Van der Spek.

Apakah akan berhasil?

sumber

emoticon-No Hope
0
6.8K
56
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.