SIANTAR-PM

Habis manis sepah dibuang. Paling tidak pribahasa ini jadi kisah nyata bagi Wangi, sebut saja namanya begitu. Betapa tidak, setelah melahirkan bayi laki-laki, pelajar 16 tahun itu bukannya dinikahi. Sebaliknya, ia tak cuma dicampakkkan begitu saja, tapi ia juga disuruh menyerahkan bayi tak berdosa tersebut untuk diasuh orang lain. Tak terima dengan perlakuan itu, Wani dan keluarganya memilih melaporkan kasus ‘tali air’ itu Polres Siantar.

Salah seorang keluarga Wangi yang ditemui kru koran ini, Selasa (2/4) siang mengatakan, meski tak didampingi JP (17), ayah bayi (pelaku-red), tapi Wangi tetap tegar menjalani proses kelahiran anaknya pada 19 Pebruri lalu. Wangi yakin dirinya akan segera dinikahi kekasihnya usai mengikuti Ujian Nasional (UN) yang akan berlangsung pertengahan April ini. Tapi nasib berkata lain, impiannya kandas setelahJP dan orangtuanya ingkar janji, dan menyarankan agar bayi yang ia lahirkan itu diberikan pada orang lain.

Yang lebih menyakitkan lagi, bayi imut dan menggemaskan itu malah dituding sebagai pembawa sial di keluarganya. Hal itu pula yang membuat David Nainggolan (24) sudara kandung Wangi emosi. “Ini sudah pembohongan namanya dan sudah mencari pasal. Awalnya mereka ngaku mau bertanggung jawab. Sekarang malah kebalikannya. Mereka tak peduli,” kecam wanita itu sembari menggendong anak Wangi. Masih penuturan wanita berusia 30-an itu, kehamilan Wangi terbongkar saat usia kandungannya memasuki bulan ke tujuh. Saat itu persisnya 15 November 2012 di rumahnya, Jl. Mataram Kel. Melayu, Siantar Utara, Wangi sengaja datang dan menceritakan kondisinya yang sudah berbadan dua.

Tak ada jalan lain, David lantas menemui JP di rumahnya Jl. Rakutta Sembiring, Kel. Nagapita, Siantar Martoba. Harapan sedikit membuat keluarga lega, karena orang tua JP mengaku bersedia bertanggung jawab atas bayi yang dikandung Wangi saat itu. Bahkan dalam pengakuannya, Wangi menyebut telah melakukan hubungan layaknya suami istri dengan JP lebih lima kali. Karena sudah sepakat, Wangi bersama David pun pulang dan bayi itu akhirnya lahir normal di Klinik Srimaya tak jauh dari kediaman Wangi. Bahkan biaya persalinan saat itu ditanggung penuh oleh orang tua JP. Karena masih merasa ditanggung jawabi, Wangi kembali ke rumahnya dan sempat bertanya tentang keberadaan JP pada orang tuanya. Tapi terpaksa memaklumi kalau JP sedang sekolah yang saat itu sedang perispan menghadapi Ujian Akhir Semester (UAS).

Tunggu punya tunggu, ternyata JP tak kunjung melihat anak hasil hubungan diluar nikahnya dengan Wangi. Itu pula yang membuat Wangi dan keluarganya mulai curiga. Apalagi komunikasi lewat hape juga tak ada respon. Tak ada cara lain, David kembali memutuskan mendatangi keluarga JP. Tapi diluar dugaan, orang tua JP malah menyebut putra mereka belum siap menikah dengan Wangi. Ia juga menyarankan agar bayi laki-laki itu diserahkan pada orang lain. “Anak kami (JP) belum siap menikahi adikmu (Wangi). Bayinya serahkan saja pada orang lain untuk diasuh,” cetus ibu JP kala itu. Mendengar itu, amarah David langsung memuncak dan sempat terjadi perdebatan mulut di sana, karena menganggap orang tua JP sudah ingkar janji.

Meski menagih janji itu, tetap saja David merasa dibodohi termasuk Wangi dan keluarganya. Tak tau harus berbuat apa lagi, David langsug mendatangi Polres Siantar dan melaporkan JP atas sangkaan pencabulan. Sedangkan Wangi yang mendengar kenyataan itu sontak syok. Begitupun, ia berharap agar polisi segera menangkap JP yang tak bertanggung jawab atas janji-janjinya. Kabag Humas Polres Siantar, AKP Efendi Tarigan menegaskan JP tetap dijerat Pasal 82 Undang-undang RI Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Saat ini, pihaknya tengah memburu JP. (smg/deo)