Original Posted By herif►Kalau dengar kata “
batik” diikuti kata “Malaysia”, apa yang saat ini dirasakan?
Benci? Marah? Kesal?
Jangan dong. Seharusnya yang kita rasakan adalah rasa terima kasih. Yap, nggak salah. Kita harus mengucapkan terima kasih pada Malaysia.
Dulu, sebelum ada kasus “Batik: Indonesia vs Malaysia”, batik identik dengan daster, kondangan, mbok jamu, kuno, orang tua, entah apa lagi.
Kini, setelah kasus “
batik: Indonesia vs Malaysia”, semua orang berlomba-lomba menggunakan batik dan kantor-kantor mendukung hari wajib pakai batik seminggu sekali. Intinya, batik jadi icon fashion terkini. Nggak pakai batik, nggak modis.
Masih banyak budaya Indonesia lainnya yang as great as
Batik. Yuk kita cintai tanpa harus menunggu kasus macam “Batik: Indonesia vs Malaysia”.
Original Posted By herif►Menurut Ibu Tumbu Astiani Ramelan, salah satu tokoh Yayasan
Batik Indonesia, sesungguhnya yang dipatenkan Malaysia adalah SALAH SATU TEKNIK PEWARNAAN. Patut dicatat, mematenkan sesuatu yang memang menggunakan tenaga dan usaha sendiri tidaklah salah, wajib malah.
Salah kaprah? Iya, salah kaprah. Untungnya, salah kaprah yang satu ini membawa berkah tersendiri. Masyarakat Indonesia yang tadinya menganggap batik dengan sebelah mata, kini jadi mencintai bahkan sedikit membabi-buta (main hajar beli batik tanpa tahu yang dibeli adalah tekstil printing motif batik).
Notes:
Batik hanya ada cap, tulis, serta kombinasi cap dan tulis, yang printing itu bukan batik.