Demi kelangsungan hidup.
Alexander Pulalo! Masih ingatkan dengan nama itu? Yup! Dia adalah mantan pemain tim nasional yang tenaganya dipakai banyak klub papan atas Indonesia, dari tahun 1994 sampai 2011. Klub terakhir yang dia bela adalah Mitra Kutai Kartanegara, klub yang bermarkas di Tenggarong, Kalimantan Timur. Dia ikut mengantarkan tim berjuluk Naga Mekes promosi ke ISL musim lalu.

Jika kita mengingat namanya, kita pun mengingat Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandy, dan Bima Sakti. Keempat pemain ini sama-sama jebolan PSSI Primavera. Alex sudah tak muda lagi, tentunya. Lahir di Jayapura, Papua, 8 Mei 1973, mantan pilar Persija Jakarta, Persib Bandung, dan Arema Malang itu kini berusia 38 tahun. Kita, setidaknya anak-anak remaja sekarang, tak bisa lagi melihat aksi seorang pemain belakang yang bermain penuh elan, tanpa kompromi, dan spartan.

Dulu, tatkala masih berkecimpung di pentas sepak bola nasional, Alex begitu dielu-elukan. Boleh dibilang, saudara Herman Pulalo ini, selalu menjadi tulang punggung tim. Aksinya ditunggu, tanda tangannya diburu. Sepak bola membawa nama Alex membumbung tinggi. Dia terkenal, dikenal di mana-mana.

Kini, jalan hidup Alex benar-benar melenceng dari profesinya. Bukannya menjadi pelatih, pria yang murah senyum itu tercatat sebagai supir perusahaan salah satu televisi swasta ternama di Jakarta.

Keputusan Alex untuk menjadi driver bukan tanpa alasan. Karut marut persepakbolaan dalam negeri yang berujung lahirnya dualisme kompetisi membuat Alex ragu meneruskan kariernya di dunia yang telah membesarkan namanya itu. Banyak klub yang tak mampu membayar gaji pemain, bahkan sampai berbulan-bulan, turut mempengaruhi keputusannya.

Menurut Alex, dirinya sebenarnya masih kuat bermain sepak bola. “Buktinya, ada dua klub Divisi Utama yang menawari saya untuk bergabung,” kata Alex kepada Super Soccer dalam suatu percakapan santai saar bermain futsal bersama di salah satu rental di kawasan Jakarta Selatan, pekan silam.

Sebenarnya, Alex mengaku berminat dengan tawaran itu. Akan tetapi, kedua klub tersebut tak memberikan garansi soal finansial. Dari pada pusing di belakangan hari, Alex pun memilih menjadi driver.

Tak malu menjadi driver? “Tidak. Saya bahagia. Apalagi di tempat saya bekerja, semuanya baik-baik,” kata Alex sembari menambahkan bahwa banyak pihak yang tak habis pikir dengan keputusan yang diambilnya. “Yang penting saya bekerja dengan halal dan ini demi anak dan istri saya,” tukasnya.
Sebagai ‘orang bola’, Alex mengaku tak bisa jauh-jauh dari sepak bola. Suatu saat nanti, menurut Alex, dia ingin mewujudkan mimpinya menjadi pelatih. “Tapi itu nanti, kalau kondisi sepak bola nasional kita sudah baik,” ujarnya.

Karier Senior:

1992-1996 : Semen Padang
1997-1999 : Pelita Jaya
2000-2001 : PSM Makassar
2002-2003 : PSIS Semarang
2003-2004 : Persija Jakarta
2004-2005 : Pesib Bandung
2005-2009 : Arema Malang
2009-2010 : Semen Padang
2010- : Mitra Kukar

Karir timnas:

PSSI Primavera
PSSI Senior

SUMBER