Sejarah Tari Kecak (Monkey Dance) dan Orang-orang Dibalik Penciptaannya

Beranda

...

The Lounge
Sejarah Tari Kecak (Monkey Dance) dan Orang-orang Dibalik Penciptaannya

djatayu717

13-01-2013 04:22

Sejarah Tari Kecak (Monkey Dance) dan Orang-orang Dibalik Penciptaannya

Quote:

Halo para kaskuser, terimakasih sebelumnya karena sudah mampir di trit ini. Trit ini dibuat untuk kita bisa lebih memperkaya pengetahuan khususnya dibidang budaya. mohon disimak baik-baik dan semoga berguna. Trimakasih.

Spoiler for Sejarah Kecak:

Sejarah Tari Kecak (Monkey Dance) dan Orang-orang Dibalik Penciptaannya

Bisa dipastikan kita semua sudah pernah mendengar/melihat baik secara langsung maupun secara tidak langsung tari cak/kecak tersebut. Jika kalian berwisata ke Bali, tentunya kalian tahu bahwa selain pemandangan alam yang luar biasa, magnet bali bagi para wisatawan asing adalah kebudayaannya, salah satunya adalah the monkey danceini(tari kecak).

Tari kecak sendiri merupakan tari yang masih muda(ditemukan sekitar tahun 40-an). Tari ini sebenarnya terinspirasi dari koor pria dan wanita yang mengiringi tari Sanghyang Dedari. Tarian sanghyang dedari merupakan tarian sakral yang tidak sembarangan dalam pementasannya (baik waktu maupun persiapannya), tarian ini dipentaskan ketika desa sedang dilanda wabah penyakit atau tertimpa kesialan lainnya, misalnya kematian yang sering terjadi. Tarian ini dipercaya sebagai pengusir kesialan-kesialan yang sedang menimpa desa tersebut. Dua orang gadis kecil(mereka berdua memerankan dua orang bidadari yang bernama Supraba dan Tilutama) yang masih perawan dan belum menstrulasi menarikan tarian ini diiringi oleh koor sekelompok wanita, setelah kedua gadis kecil ini kesurupan (keasukan oleh roh dua bidadari), maka koor pria yang sekarang bertugas untuk mengiringi. Kedua gadis yang sudah kerasukan tersebut pada akhir pementasan dibopong keliling desa yang sedang tertimpa wabah penyakit, dan mereka mempercayai bahwa kedua bidadari yang telah hinggap dalam tubuh gadis kecil tersebut akan membersihkan penyakit-penyakit yang menimpa desa mereka.

Awalnya seorang seniman asal Jerman bernama Walter Spies menyaksikan pertunjukan sanghyang dedari di desa Bedulu kabupaten Gianyar. Walter Spies sangat tertarik dengan iringan suara dari koor pria dan wanita yang mengiringi tarian ini, maka dia mengusulkan untuk membuat tarian inovasi baru dengan menggunakan iringan vocal seperti yang terdapat pada tarian sanghyang dedari namun tariannya menggunakan tarian bercerita klasik yang sangat tidak asing bagi kita, yakni cerita ramayana.

Tantangan ini dijawab oleh grup tari desa Bedulu yang dipimpin oleh I wayan Limbak. Mereka berhasil menciptakan tari kecak mula-mula yang sangat luar biasa digemari oleh para wisatawan. Tarian ini bercerita tentang episode penculikan Sinta oleh Rahwana. Episode ini digambarkan secara sederhana. Kemudian sebuah pertarungan ditambahakan, mengambil sebuah adegan pertarungan Sugriwa melawan Indrajit(Putra Rahwana). Seluruh adegan diiringi oleh koor pria yang berteriak “cak” secara terus menerus dengan ritme tertentu, sehingga menghasilka suara yang sangat kompleks.

Tahun 1969 merupakan tahun yang tidak dapat dilupakan dalam perkembangan tari kecak di bali. Para siswa KOKAR (Konservatori Karawitan Indonesia) memperkenalkan sebuah gaya baru dalam tari kecak, dan gaya baru ini dengan cepat diadopsi oleh kelompok-kelompok kecak di Bali yang lainnya. Bahkan, para agen perjalanan mengancam bahwa mereka tidak akan memberhentikan bus wisatawan asing ke desa yang tidak mau mengadaptasi gaya baru tari kecak tersebut.

Pada perkembangannya saat ini tari kecak telah mengalami perubahan-perubahan, bahkan muncul kecak-kecak dengan inovasi yang sangat banyak. I Wayan Dibia merupakan satu nama yang harus diperhatikan dalam konteks pembahasan tari kecak ini. I Wayan Dibia merupakan seorang seniman kelahiran Singapadu, Bali 12 April 1948, dan beliau adalah seniman besar bali yang memperoleh gelar PhD dari UCLA(University of California), di USA. Beliau menciptakan banyak sekali tarian-tarian Bali dan salah satunya adalah beberapa modifikasi tari kecak seperti : Kecak Subali dan Sugriwa (1976) dan Kecak Dewa Ruci (1982). Lebih jauh mengenai I Wayan Dibia bisa dilihat di situs-situs atau blog yang mengangkat profil beliau.

Setelah mengetahui sejarah dari tari kecak, perlu diketahui bahwa tarian ini bukan merupakan tarian sakral. Tarian ini murni merupakan pertunjukan bagi para wisatawan. Jadi tidak ada ritual-ritual khusus dalam persiapannya. Inilah hebatnya bali, selain menjunjung tinggi nilai kultur mereka, bali bisa berinovasi dengan menyajikan kesenian-kesenian yang bernuansa kultural, namun pada dasarnya kesenian tersebut berfungsi sebagai pertunjukan. Prof. Dr. R.M Soedarsono mengatakan jika ingin menjadikan budaya sebagai pertunjukan pariwisata, maka nilai kesakralan dan makna simbolisnya harus dihilangkan. Ini bisa menjadi tips bagi daerah kita yang ingin memajukan dunia pariwisatanya dari segi pertunjukan budaya.

Demikianlah sejarah singkat tentang tari kecak yang sangat tenar di Bali dan telah mendunia. Semoga tulisan singkat ini bisa berguna bagi kita. Amin.

Spoiler for Sumber-sumber:

Buku berjudul Kaja dan Kelod; Tarian Bali dalam Tradisi, ditulis oleh Frederik Eugene deBoer dan diterjemahkan oleh I Made Bandem.

Kuliah sejarah dan cabang-cabang seni tanggal 21 nov 2012 , pengampu Prof. Dr. R.M Soedarsono, Prodi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Fak. Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.