- Beranda
- The Lounge
Kekuatan Preman Di Jogja [Kasus 4 Preman Dibunuh Di Lapas]
...
TS
MasBatosai
Kekuatan Preman Di Jogja [Kasus 4 Preman Dibunuh Di Lapas]
Quote:
JOGJAIzin operasional atau Surat Izin Usaha Kepariwisataan Hugo`s Cafe akhirnya dicabut oleh Pemerintah Kabupaten Sleman. Cafe yang berlokasi di Jalan Laksda Adisucipto KM 8,7, Maguwoharjo, Depok, Sleman atau satu kompleks dengan Hotel Mustika Sheraton Yogyakarta itu, dinilai sebagai sumber mala petaka yang menewaskan empat orang tersangka pembunuhan di cafe tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman Untoro Budiharjo, Senin (25/03) kemarin, membenarkan bahwa pencabutan izin Usaha Kepariwisataan dengan Nomor: 503/114/RHU/1.12 tanggal 7 Juni 2012 tersebut memang bersumber dari ketidak-mampuan Hugo`s Cafe memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam lampiran izin.
"Surat Izin Usaha Kepariwisataan (SIUK) Hugo`s Cafe tersebut masih berlaku sampai dengan 7 Juni 2013 mendatang," katanya.
Dalam kurun enam bulan terakhir, dua kasus kekerasan yang berujung pada tewasnya pengunjung. Pada akhir 2012 kasus kekerasan di Hugo`s Cafe menimpa mahasiswa perguruan tinggi swasta di Yogyakarta asal Bali Aditya Bisma yang dikeroyok sejumlah orang hingga ditemukan meninggal.
Tanggal 19 Maret 2013 kasus kekerasan kembali terjadi dan mengakibatkan anggota Kopassus Sertu Heru Santosa luka tusuk dan akhirnya meninggal dunia.
Aditiya Bisma (21), asal Bali tinggal di Dusun Dabag, Condongcatur, Depok, Sleman, Jumat (7/12/2012) dini hari terlibat perkelahian dengan sekelompok orang. Korban adalah anggota komunitas Grand Livina.
Terakhir, Selasa (19/3) Sertu Heru Santosa dan dua kawannya, diperkirakan juga terlibat perkelahian yang berujung kematian. Anggota Kopassus tersebut diketahui sedang menikmati hiburan malam.
Tanpa alasan yang jelas, mereka terlibat pertikaian dengan ‘pengawal’ Hugo’s Cafe Hendrik Angel Sahetapy alias Deki (38). Perkelahian itu juga melibatkan Adrianus Candra Galaga, Yohanes Juan Mambait, dan Gameliel Yermiayanto Rohi Riwu.
Menurut sejumlah saksi, Deki lah yang melakukan penusukan dengan pecahan botol minuman. Keempat pelaku langsung mendekam di penjara Polres Sleman sehari sesudahnya, lantas dipindahkan ke Mapolda DIY dan berujung di Lapas Cebongan.
Lantas siapakah keempat orang warga NTT tersebut? Pertanyaan tersebut kian menjadi perbincangan di tengah masyarakat Yogya. Melihat dari umur pelaku, kecuali Gameliel yang baru 23 tahun, ketiganya sudah tidak lagi layak disebut mahasiswa S1.
Yohanes Juan bahkan memiliki status sebagai anggota Polri yang meski baru saja dipecat dari kesatuannya, akibat terlibat kasus narkoba.
Benarkan keempatnya merupakan ‘gerombolan’ preman? Berdasarkan penelusuran ke sejumlah sumber, Deki memang menjadi target Polisi. Sudah dua kali mendekam di penjara dalam kasus yang mirip. Deki diketahui sempat mendekam lima tahun dan baru dua tahun bebas dari tahanan atas kasus pembunuhan mahasiswa asal Papua.
Juan yang kedapatan pesta sabu-sabu, didakwa selama 2,8 tahun. Namun bebas sebelum masa tahanan habis. Juan lantas bergabung dengan rekan-rekan se daerahnya, bahkan terlibat dalam aktivitas pengamanan di sejumlah Cafe. Seorang nara sumber dari pihak Kepolisian yang enggan disebutkan namanya membenarkan bahwa mantan mahasiswa NTT yang rata-rata drop-out, enggan kembali ke kampung halamannya.
Mereka lebih memilih tetap tinggal di Yogya atau kota-kota lain untuk bekerja. Namun ladang pekerjaan buat mereka tidak seluas jika mereka mampu menamatkan pendidikan. Berdasar rasa primodialisme, sebagian besar, para pemuda NTT itu bergabung dengan preman gaek.
Kelompok Cebongan, diduga merupakan pemain baru di dunia malam Kota Yogyakarta.
Geng yang menyandang nama kelompok NTT itu baru muncul lima tahun terakhir.
Namun mereka punya nyali yang cukup besar dan mampu menggeser preman-preman lokal. Terakhir, kelompok NTT ini pun terlibat perkelahian antar geng dengan kelompok Sotong di Karangkajen yang juga sebuah kelompok preman.
Bahkan, kelompok preman yang cukup berpengaruh di Yogyakarta, sempat takluk oleh geng NTT ini. “Kabarnya mereka bisa menundukkan geng Harun dalam pengamanan hiburan malam,” kata sumber tersebut.
Diketahui, geng Harun identik dengan Komando Inti Keamanan (Kotikam) yang menyatakan diri sebagai LSM diketuai Harun Al-Rasyid.
Beberapa waktu lalu, kelompok ini memang menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam pembunuhan anggota Kopassus di Hugo’s Cafe.
Ketua Umum Kotikam ini, bahkan mengatakan, pelaku penusukan anggota Kopasus di Hugos Cafe dan pembacokan intel TNI di Jalan Dr Supomo tidak terkait organisasi mereka. Meskipun organisasi Kotikam sering diidentikkan dengan preman. “Mereka bukan anak buah saya dan bukan anggota Kotikam,” ujarnya.
Harun bahkan berjanji akan membantu aparat menyelesaikan kasus tersebut. Juan, desersi polisi dari Polresta Yogyakarta, terlibat narkoba. Dia pernah ditahan dua tahun delapan bulan, juga menjalani rehabilitasi di RS Grhasia, Pakem, Sleman. Pasca desersi, Juan bak amunisi baru bagi geng NTT tersebut.
Selain menguasai Hugo’s Cafe, geng ini juga berkuasa di beberapa kafe lain, bahkan mampu menggeser kedudukan preman-preman tua di Yogya.
Geng NTT, kerap berkumpul di kawasan Babarsari, yang tidak jauh dari Hugo"s Cafe. Kawasan Babarsari tersebut memang sebuah wilayah yang akrab dengan pendatang dari kawasan timur.
Kematian Sertu Heru Santosa, anggota Denintel Kodam IV/Diponegoro yang pernah menjadi anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Kartasura, menguak keberadaan mereka secara transparan.
Lalu, sejauh apa perkembangan kelompok preman impor tersebut? Seorang nara sumber yang juga enggan disebut namanya, membenarkan bahwa kelompok preman di Yogyakarta terbagi atas kelompok-kelompok daerah.
Bahkan menurutnya komunitas copet yang dimonopoli warga Palembang, hidup berkelompok di sebuah bantaran sungai di Kota Yogya.
Belum lagi kelompok Medan yang juga memberikan jasa keamanan.
Kelompok preman di Yogyakarta, menurut sumber dari kalangan seniman ini mengatakan, salah satu dari empat preman yang tewas ditembak gerombolan bersenjata di Lapas Cebongan memang dianggap ‘ketua’ bagi kelompok NTT.
Namun kata dia, kelompok NTT tidak pernah menguasai keamanan kafe-kafe. Mereka hanyalah gerombolan yang ikut dengan preman-preman tua.
Kawasan strategis atau markas mereka memang berada di kawasan Tambak Bayan Babarsari Sleman yang diketahui juga sampai Jalan Solo. Namun, di pusat kota, kekuasaan masih berada di tangan preman-preman asli Yogya.
Kue dari pengamanan di wilayah Kota Yogya, utamanya kawasan Malioboro, masih monopoli orang-orang atau gali (Preman) tua. Kelompok pendatang tidak mungkin punya akses ke kawasan Pasar Kembang hingga ujung selatan Malioboro.
Kini, peta-peta penguasa jalanan tersebut berevolusi dengan nama ormas, hingga kelompok ormas berkedok keagamaan hingga partai politik.
Dimanakan posisi gang NTT? Sumber itu menyatakan bahwa kawasan pinggiran memang menjadi lahan empuk buat mereka, seiring dengan maraknya hiburan malam dan cafe-cafe yang menyuguhkan minuman beralkohol hingga hotel-hotel kecil.
Apakah keempat korban penembakan Cebongan adalah bagian dari kelompok NTT? Sumber itu menyatakan tidak begitu kenal dengan Adrianus Candra Galaga alias Dedi dan Gameliel Yermiayanto Rohi Riwu alias Adi. “Saya hanya akrab dengan nama Deki dan Juan itu, yang duanya, saya kira preman baru yang ikut-ikutan. Kan buktinya mereka pengangguran,” katanya.
Lalu siapakan ninja assassins yang memberondong peluru keempatnya? Sumber itu menggeleng. Sulit menyebutkannya. Tapi jelas mereka orang terlatih. Apakah mereka TNI, belum tentu juga, pasalnya, banyak orang terdidik layaknya TNI atau Polri yang disebut ‘binaan’ dan mereka juga dibekali dengan ilmu-ilmu militer termasuk menembak hingga menggunakan bom.
Sumber itu hanya berkomentar, tunggu saja apa hasil menyelidikan Polisi. “Masa, mengungkap teroris saja bisa, ini gak bisa,” katanya. [152]
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman Untoro Budiharjo, Senin (25/03) kemarin, membenarkan bahwa pencabutan izin Usaha Kepariwisataan dengan Nomor: 503/114/RHU/1.12 tanggal 7 Juni 2012 tersebut memang bersumber dari ketidak-mampuan Hugo`s Cafe memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam lampiran izin.
"Surat Izin Usaha Kepariwisataan (SIUK) Hugo`s Cafe tersebut masih berlaku sampai dengan 7 Juni 2013 mendatang," katanya.
Dalam kurun enam bulan terakhir, dua kasus kekerasan yang berujung pada tewasnya pengunjung. Pada akhir 2012 kasus kekerasan di Hugo`s Cafe menimpa mahasiswa perguruan tinggi swasta di Yogyakarta asal Bali Aditya Bisma yang dikeroyok sejumlah orang hingga ditemukan meninggal.
Tanggal 19 Maret 2013 kasus kekerasan kembali terjadi dan mengakibatkan anggota Kopassus Sertu Heru Santosa luka tusuk dan akhirnya meninggal dunia.
Aditiya Bisma (21), asal Bali tinggal di Dusun Dabag, Condongcatur, Depok, Sleman, Jumat (7/12/2012) dini hari terlibat perkelahian dengan sekelompok orang. Korban adalah anggota komunitas Grand Livina.
Terakhir, Selasa (19/3) Sertu Heru Santosa dan dua kawannya, diperkirakan juga terlibat perkelahian yang berujung kematian. Anggota Kopassus tersebut diketahui sedang menikmati hiburan malam.
Tanpa alasan yang jelas, mereka terlibat pertikaian dengan ‘pengawal’ Hugo’s Cafe Hendrik Angel Sahetapy alias Deki (38). Perkelahian itu juga melibatkan Adrianus Candra Galaga, Yohanes Juan Mambait, dan Gameliel Yermiayanto Rohi Riwu.
Menurut sejumlah saksi, Deki lah yang melakukan penusukan dengan pecahan botol minuman. Keempat pelaku langsung mendekam di penjara Polres Sleman sehari sesudahnya, lantas dipindahkan ke Mapolda DIY dan berujung di Lapas Cebongan.
Lantas siapakah keempat orang warga NTT tersebut? Pertanyaan tersebut kian menjadi perbincangan di tengah masyarakat Yogya. Melihat dari umur pelaku, kecuali Gameliel yang baru 23 tahun, ketiganya sudah tidak lagi layak disebut mahasiswa S1.
Yohanes Juan bahkan memiliki status sebagai anggota Polri yang meski baru saja dipecat dari kesatuannya, akibat terlibat kasus narkoba.
Benarkan keempatnya merupakan ‘gerombolan’ preman? Berdasarkan penelusuran ke sejumlah sumber, Deki memang menjadi target Polisi. Sudah dua kali mendekam di penjara dalam kasus yang mirip. Deki diketahui sempat mendekam lima tahun dan baru dua tahun bebas dari tahanan atas kasus pembunuhan mahasiswa asal Papua.
Juan yang kedapatan pesta sabu-sabu, didakwa selama 2,8 tahun. Namun bebas sebelum masa tahanan habis. Juan lantas bergabung dengan rekan-rekan se daerahnya, bahkan terlibat dalam aktivitas pengamanan di sejumlah Cafe. Seorang nara sumber dari pihak Kepolisian yang enggan disebutkan namanya membenarkan bahwa mantan mahasiswa NTT yang rata-rata drop-out, enggan kembali ke kampung halamannya.
Mereka lebih memilih tetap tinggal di Yogya atau kota-kota lain untuk bekerja. Namun ladang pekerjaan buat mereka tidak seluas jika mereka mampu menamatkan pendidikan. Berdasar rasa primodialisme, sebagian besar, para pemuda NTT itu bergabung dengan preman gaek.
Kelompok Cebongan, diduga merupakan pemain baru di dunia malam Kota Yogyakarta.
Geng yang menyandang nama kelompok NTT itu baru muncul lima tahun terakhir.
Namun mereka punya nyali yang cukup besar dan mampu menggeser preman-preman lokal. Terakhir, kelompok NTT ini pun terlibat perkelahian antar geng dengan kelompok Sotong di Karangkajen yang juga sebuah kelompok preman.
Bahkan, kelompok preman yang cukup berpengaruh di Yogyakarta, sempat takluk oleh geng NTT ini. “Kabarnya mereka bisa menundukkan geng Harun dalam pengamanan hiburan malam,” kata sumber tersebut.
Diketahui, geng Harun identik dengan Komando Inti Keamanan (Kotikam) yang menyatakan diri sebagai LSM diketuai Harun Al-Rasyid.
Beberapa waktu lalu, kelompok ini memang menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam pembunuhan anggota Kopassus di Hugo’s Cafe.
Ketua Umum Kotikam ini, bahkan mengatakan, pelaku penusukan anggota Kopasus di Hugos Cafe dan pembacokan intel TNI di Jalan Dr Supomo tidak terkait organisasi mereka. Meskipun organisasi Kotikam sering diidentikkan dengan preman. “Mereka bukan anak buah saya dan bukan anggota Kotikam,” ujarnya.
Harun bahkan berjanji akan membantu aparat menyelesaikan kasus tersebut. Juan, desersi polisi dari Polresta Yogyakarta, terlibat narkoba. Dia pernah ditahan dua tahun delapan bulan, juga menjalani rehabilitasi di RS Grhasia, Pakem, Sleman. Pasca desersi, Juan bak amunisi baru bagi geng NTT tersebut.
Selain menguasai Hugo’s Cafe, geng ini juga berkuasa di beberapa kafe lain, bahkan mampu menggeser kedudukan preman-preman tua di Yogya.
Geng NTT, kerap berkumpul di kawasan Babarsari, yang tidak jauh dari Hugo"s Cafe. Kawasan Babarsari tersebut memang sebuah wilayah yang akrab dengan pendatang dari kawasan timur.
Kematian Sertu Heru Santosa, anggota Denintel Kodam IV/Diponegoro yang pernah menjadi anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Kartasura, menguak keberadaan mereka secara transparan.
Lalu, sejauh apa perkembangan kelompok preman impor tersebut? Seorang nara sumber yang juga enggan disebut namanya, membenarkan bahwa kelompok preman di Yogyakarta terbagi atas kelompok-kelompok daerah.
Bahkan menurutnya komunitas copet yang dimonopoli warga Palembang, hidup berkelompok di sebuah bantaran sungai di Kota Yogya.
Belum lagi kelompok Medan yang juga memberikan jasa keamanan.
Kelompok preman di Yogyakarta, menurut sumber dari kalangan seniman ini mengatakan, salah satu dari empat preman yang tewas ditembak gerombolan bersenjata di Lapas Cebongan memang dianggap ‘ketua’ bagi kelompok NTT.
Namun kata dia, kelompok NTT tidak pernah menguasai keamanan kafe-kafe. Mereka hanyalah gerombolan yang ikut dengan preman-preman tua.
Kawasan strategis atau markas mereka memang berada di kawasan Tambak Bayan Babarsari Sleman yang diketahui juga sampai Jalan Solo. Namun, di pusat kota, kekuasaan masih berada di tangan preman-preman asli Yogya.
Kue dari pengamanan di wilayah Kota Yogya, utamanya kawasan Malioboro, masih monopoli orang-orang atau gali (Preman) tua. Kelompok pendatang tidak mungkin punya akses ke kawasan Pasar Kembang hingga ujung selatan Malioboro.
Kini, peta-peta penguasa jalanan tersebut berevolusi dengan nama ormas, hingga kelompok ormas berkedok keagamaan hingga partai politik.
Dimanakan posisi gang NTT? Sumber itu menyatakan bahwa kawasan pinggiran memang menjadi lahan empuk buat mereka, seiring dengan maraknya hiburan malam dan cafe-cafe yang menyuguhkan minuman beralkohol hingga hotel-hotel kecil.
Apakah keempat korban penembakan Cebongan adalah bagian dari kelompok NTT? Sumber itu menyatakan tidak begitu kenal dengan Adrianus Candra Galaga alias Dedi dan Gameliel Yermiayanto Rohi Riwu alias Adi. “Saya hanya akrab dengan nama Deki dan Juan itu, yang duanya, saya kira preman baru yang ikut-ikutan. Kan buktinya mereka pengangguran,” katanya.
Lalu siapakan ninja assassins yang memberondong peluru keempatnya? Sumber itu menggeleng. Sulit menyebutkannya. Tapi jelas mereka orang terlatih. Apakah mereka TNI, belum tentu juga, pasalnya, banyak orang terdidik layaknya TNI atau Polri yang disebut ‘binaan’ dan mereka juga dibekali dengan ilmu-ilmu militer termasuk menembak hingga menggunakan bom.
Sumber itu hanya berkomentar, tunggu saja apa hasil menyelidikan Polisi. “Masa, mengungkap teroris saja bisa, ini gak bisa,” katanya. [152]
Quote:
Original Posted By Mr.Kethip►ane asli jogja gan... cuma udah 2 taun ini hijrah ke jakarta
bertahun2 tinggal di condcat n babarsari. memang ga salah kalo kawan2 mahasiswa luar jogja utamanya dari timur seperti ntt, papua, sulawesi, makasar dll banyaknimbrung di sekitaran babarsari. banyak juga koq customer ane duluyang sewa modem ke ane dari papua, baik yang cew maupun yang cow.. n ga semua mabuk lho gan.yang baek pun banyak koq... cewek nya juga banyak yang cakep
jadi terkait tragedi di LP Sleman
BERIKUT INI PESAN SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO X:
"Wahai warga pendatang, KALIAN ADALAH ANAK- ANAK KU JUGA, saya tidak menghendaki kalian menjadi orang Jawa,tetaplah menjadi orang NTT, orang MALUKU, orang BATAK, orang MADURA, ORANG PAPUA, orang BALI, orang DAYAK KALIMANTAN, orang MAKASAR, orang MANADO dan lainnya TETAPI YANG BERPERILAKU BAIK.
Kalian memiliki identitas sendiri yang dijamin Undang-undang , karena pendiri negeri ini mengakui adanya perbedaan yang adalah MODAL dan BUKAN SUMBER MASALAH". Jadikan Yogyakarta tempat yg indah damai tanpa kekerasan. YOGYAKARTA HADININGRAT MERUPAKAN KOTA BUDAYA YANG AMAN DAN NYAMAN...
bertahun2 tinggal di condcat n babarsari. memang ga salah kalo kawan2 mahasiswa luar jogja utamanya dari timur seperti ntt, papua, sulawesi, makasar dll banyaknimbrung di sekitaran babarsari. banyak juga koq customer ane duluyang sewa modem ke ane dari papua, baik yang cew maupun yang cow.. n ga semua mabuk lho gan.yang baek pun banyak koq... cewek nya juga banyak yang cakep
jadi terkait tragedi di LP Sleman
BERIKUT INI PESAN SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO X:
"Wahai warga pendatang, KALIAN ADALAH ANAK- ANAK KU JUGA, saya tidak menghendaki kalian menjadi orang Jawa,tetaplah menjadi orang NTT, orang MALUKU, orang BATAK, orang MADURA, ORANG PAPUA, orang BALI, orang DAYAK KALIMANTAN, orang MAKASAR, orang MANADO dan lainnya TETAPI YANG BERPERILAKU BAIK.
Kalian memiliki identitas sendiri yang dijamin Undang-undang , karena pendiri negeri ini mengakui adanya perbedaan yang adalah MODAL dan BUKAN SUMBER MASALAH". Jadikan Yogyakarta tempat yg indah damai tanpa kekerasan. YOGYAKARTA HADININGRAT MERUPAKAN KOTA BUDAYA YANG AMAN DAN NYAMAN...
Diubah oleh MasBatosai 26-03-2013 16:49
0
18.2K
Kutip
133
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.3KThread•83.9KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru