Dalam dunia pewayangan nama Lokananta bukanlah nama sembarangan. Lokananta adalah gamelan kahyangan yang bersuara amat merdu tanpa ditabuh. Itu di dunia pewayangan. Di dunia nyata, di Indonesia ini juga ada Lokananta. Namun nasib Lokananta ini tak semerdu gamelan kahyangan itu. Di Indonesia ini, Lokananta adalah nama sebuah perusahaan rekaman (label) milik pemerintah yang pernah jaya di era 70-80-an. Lokananta Recording, begitulah orang mengenalnya dahulu. Namun kini, mungkin hanya segelintir orang tua saja yang mengenal namanya. Kali ini penulis akan mengupas perjalanan perusahaan label pertama yang berdiri di Indonesia itu.
Dua orang pegawai Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta, kala itu tengah sibuk merintis sebuah pabrik piringan hitam sederhana. Oetojo Soemowidjojo dan Raden Ngabehi Soegoto Soerjodipoero sepakat bekerja sama mendirikan pabrik piringan hitam itu pada 1950. Siapa sangka enam tahun kemudian, usaha kedua pegawai RRI ini dilirik pemerintah. Pada 29 Oktober 1956, secara resmi berdirilah Lokananta. Nama resminya sendiri adalah Pabrik Piringan Hitam Lokananta, Djawatan Radio Kementrian Penerangan RI. Diresmikan secara langsung oleh Mentri Penerangan kala itu, Soedibyo.
Nama Lokananta sendiri digagas oleh musisi legendaris R. Maladi, pencipta lagu Di Bawah Sinar Bulan Purnama. Lokananta di awal pendiriannya Lokananta mengemban dua tugas, yaitu merekam dan memproduksi (menggandakan) piringan hitam untuk bahan siaran 27 studio RRI di seluruh Indonesia. Dua tahun kemudian, Lokananta diperbolehkan menjual piringan hitam produksinya untuk umum melalui Pusat Koperasi Angkasawan RRI (Pusat) Jakarta. Semua piringan hitam itu berlabel Lokananta.
Selain sebagai perusahaan label milik pemerintah, Lokananta juga menjadi salah satu (atau satu-satunya?) tempat penyimpanan arsip budaya yang bisa dibilang sangat lengkap. Semuanya tersimpan dalam format piringan hitam dan kaset. Semuanya ada sekitar 40.000 keping piringan hitam yang merekam lagu-lagu daerah, lagu hiburan (pop), keroncong, wayang, gending Jawa, lagu Bali, Sunda, Batak, hingga pidato kenegaraan oleh Presiden Soekarno dan beberapa kepala negara asing yang berkunjung ke Indonesia. Semua koleksi ini tersimpan dalam ruangan khusus berukuran 6 x 8 meter di kompleks Lokananta. Itu hanya sebagian dari sisa produksi yang berhasil diselamatkan.
Sebanyak 5.000 lagu daerah dari seluruh Indonesia berhasil dikumpulkan oleh Lokananta. Ini merupakan bukti otentik dari salah satu bentuk seni budaya Indonesia yang dicoba lestarikan oleh Lokananta. Di dalamnya ada lagu Rasa Sayange yang berasal dari Maluku. Beberapa waktu lalu lagu ini diklaim oleh Malaysia. Ada pula rekaman lagu Indonesia Raya versi tiga stanza yang juga pernah jadi polemik.
Koleksi lain yang dimiliki Lokananta adalah master rekaman lagu-lagu pop, keroncong, gending Jawa, dan wayang. Semuanya berupa terekam dalam pita reel yang disimpan dalam lemari besi di ruangan khusus. Pada sebuah ruangan yang kini difungsikan sebagai sebuah museum, Lokananta menyimpan koleksi perangkat mesin rekaman yang digunakan sepanjang tahun 1950 hingga 1980-an. Semua mesin rekaman itu adalah produksi Jerman bermerek Studer. Ada pula mikrofon buatan Jerman bermerek Neumann yang merupakan mikrofon terbaik di zamannya.
selengkapnya bisa dibaca di sini