Suatu hari sebuah traffic light yang saya lewati gak berfungsi karena mati listrik. Mobil, motor, becak sampe pengendara sepeda berebut ingin mendahului. Klakson berbunyi dimana-mana berbaur dengan sumpah serapah. Ajaibnya, polisi yang biasa standby di situ pun tiba-tiba lenyap, gak keliatan batang hidungnya. Siang itu, kota saya yang udah panas bertambah "panas" dengan kekacauan yang disebabkan matinya salahsatu traffic light. Gak kebayang deh berapa panjang antrian kemacetan saat itu. Bener-bener chaotic! Iseng-iseng saya berpikir, ini baru di jalan, coba kalo kita analogikan bahwa jalan itu adalah hidup. Traffic light adalah pengatur yang memberitahukan apa yang dilarang (merah), apa yang boleh (hijau) atau apa yang perlu diwaspadai (kuning). Ada lagi rambu-rambu lain yang mengingatkan kita dimana boleh berhenti, parkir, melaju dengan kecepatan sekian, petunjuk arah dsb. Coba kalo gak ada aturan-aturan tadi. Pasti banyak orang yang berkendara seenaknya sendiri, tabrak sana tabrak sini, serobot sana serobot sini. Belum lagi bisa terjadi kecelakaan yang mengakibatkan bahaya untuk diri sendiri dan orang lain. Kacau balau pokoknya! Jadi, hidup itu tetap perlu aturan. Selanjutnya silahkan ditafsirkan sendiri kalimat tersebut.

Tiap mobil atau motor pasti dilengkapi kaca spion yang mempermudah kita "melihat" keadaan di belakang saat kita berkendara. Jadi yang namanya naik motor itu, ga melulu melihat ke depan. Sesekali kita perlu menengok ke belakang untuk berjaga-jaga. Siapa tahu ada yang tiba-tiba nyelonong. Ibaratnya seperti masa lalu. Masa lalu dalam hidup bukan berarti harus dipendam dan dilupakan. Perlu sepintas kita menoleh apa yang dulu telah terjadi dan belajar darinya. Bukan juga kita terus menerus mengingat masa lalu karena itu juga tak baik untuk kita. Liriklah "spion masa lalu kita" sekali-sekali tanpa harus melupakan fokus kita ke depan, ke arah yang kita tuju.

Yang paling saya takutkan saat naik motor adalah menyeberangi jalan yang berlainan arah dengan kita. Perlu hitungan yang tepat kapan harus menyeberang kemudian mengambil keputusan dengan cepat tanpa ada keraguan sedikitpun. Sering saya mengalami ragu-ragu saat menyeberang. Saya terlalu lama berpikir, sekarang atau nanti sekarang atau nanti begitu seterusnya hingga saat saya mulai berjalan dengan keraguan itu tiba-tiba ada kendaraan lain yang melesat. Kadang peristiwa serupa juga terjadi saat mau belok dan lain-lain. Jadi saat keadaan memaksa kita membuat keputusan. Jangan pernah ragu dengan apa yang kita ambil. Yang penting kita yakin bahwa itu yang terbaik, hasil akhir kita lihat saja nanti.

saya menjumpai pengendara arogan di jalanan. Entah yang kebut-kebutan, sok pamer atau apalah. Di hidup saya juga banyak orang arogan ataupun sombong. Tapi saya yakin kesombongan akan berbalik pada "empunya". Pengendara arogan juga banyak yang mendapat pelajaran karena kearoganannya. Saya si kadang sebal dengan orang-orang seperti itu tapi ya sudahlah kita jangan ikutan arogan. Tetap sopan saat berkendara biar si pengendara arogan itu jadi keki karena dia berbuat sesuatu yang "lebay".

Mengendara adalah juga tentang mengatur kecepatan. Kapan pelan dan kapan harus cepat. Kadang kita perlu dipaksa untuk "rush" agar tak terlalu bertele-tele menyelesaikan suatu urusan. Kadang juga kita tak perlu "grusa-grusu" melakukan sesuatu. Keseimbangan di antara kedua tadi yang harus diperhatikan. Ngomong-ngomong saya juga pernah jadi korban karena terlalu ingin cepat sampai hingga akhirnya mencelakai saya dan seorang teman. Sejak saat itu saya agak "menurunkan ritme" kecepatan.

Yang namanya sebuah perjalanan pasti ada tujuannya. Tiap pengendara di jalan juga pasti punya tujuan masing-masing dan entah bagaimana caranya bisa sampai ke tujuan itu. Kalo ga ada tujuan, banyak yang nyasar gak karuan rimbanya. Sama dengan hidup, tanpa tujuan yang jelas kita pun bisa nyasar kemana-mana. Tiap orang punya impian dan itulah salah satu tujuan dalam hidupnya, bagaimana caranya impian itu bisa terwujud. Walaupun kadang selama perjalanan banyak yang "menggoda pandangan", jadi lupa akan tujuan. Tapi ada juga beberapa orang yang tak bisa sampai ke tujuan karena beberapa alasan. Atau sampai namun terlambat disebabkan terjadi sesuatu hal di perjalanannya. Kalo tersesat ya coba tanya ke orang yang kira-kira tahu, karena malu bertanya sesat di jalan

Di jalan yang mempertemukan banyak orang dengan bayak kepentingan tentu mengharuskan kita berinteraksi dengan orang-orang tersebut. "Persaingan" kecil yang terjadi di jalan ini juga pasti terjadi dalam kehidupan kita. Tak mungkin seorang pengendara terus menunggu di belakang angkot yang jalannya pelan misalnya, kalau memungkinkan menyalip ya salip aja. Tapi ingat kanan, kiri, depan, belakang kita. Tak mengindahkan apa yang ada di sekitar juga bisa mencelakai diri sendiri. Kadang juga kita harus rela untuk didahului pengendara lain. Dan ingat, bersainglah secara sehat. Jangan sampai bikin dongkol orang sekitar karena sikap kita saat bersaing.

Saya rasa kalimat di atas cukup jelas mewakili apa yang saya ingin katakan. Kita selalu berharap semua akan berjalan lancar seperti yang kita kehendaki. Tapi kita tak pernah tahu apa yang akan kita temui di perjalanan nanti. Ada kalanya jalan itu terjal dan berbatu, berliku dan penuh debu. Yah... nikmati prosesnya saja lah