- Beranda
- The Lounge
[Share] Hati-hati Penawaran "Menjebak" AXA Mandiri Melalui Rekening Payroll
...
TS
suprayoghie
[Share] Hati-hati Penawaran "Menjebak" AXA Mandiri Melalui Rekening Payroll
Hati-hati gan jika Anda nasabah Mandiri. Sering ditelpon pihak yg mengaku dari Bank Mandiri padahal dari AXA Mandiri. Bisa-bisa Anda diiming-imingi Asuransi 25jt misalnya, tp bisa diambil setelah Anda "MATI". Buat apa ???
Efeknya, rekening Anda akan disedot otomatis dengan nominal tertentu.
Saran TS, bilang tidak tertarik dan tutup saja telponnya
Sejak Kamis pagi, 3 Januari lalu, telepon kantor di ruangan kami mendadak sering berdering. Anehnya, penelponnya sama-sama mengaku dari Bank Mandiri, meski orangnya berbeda-beda, pria dan wanita. Yang dicari pun berbeda-beda. semuanya karyawan kami yang bertugas di lapangan/ pabrik. Karena jumlah karyawan kami ratusan dan tersebar di beberapa lokasi perusahaan yang berbeda, hampir semua telepon itu tidak bisa kami sambungkan pada yang bersangkutan. Sebab kami juga tidak mencatat nomor HP semua karyawan. Di lapangan, cukup para Pengawas (Superintendent) yang kami beri ponsel sekaligus simcard dengan operator yang sama. Jadi bisa dibilang kami tak pernah berhubungan dengan karyawan melalui nomor telepon kantor.
Semula saya kira ada penawaran kredit dari Bank Mandiri kepada pekerja kami yang memang menjadi nasabah Bank Mandiri karena gajinya dibayarkan melalui Bank Mandiri. Saya mulai khawatir ketika beberapa telepon itu mencari karyawan kami yang tinggal beberapa bulan lagi akan memasuki usia pensiun. Akhirnya, sore itu saya minta kalau ada telepon lagi dari Bank Mandiri,agar disambungkan ke saya. Kebetulan saat itu penelponnya wanita, saya tanya ada urusan apa mencari karyawan kami, dia tak mau menjawab dan berkilah itu rahasia, hanya nasabah langsung yang boleh tahu. Saya menebak soal kredit dan meminta pihak Bank Mandiri sebaiknya datang saja ke kantor kami lebih dulu untuk membicarakan kredit yang ditawarkan, nanti kami akan membantu memberikan data sisa masa kerja serta rekam jejak karyawan yang kredibel untuk diberi kredit. Sebab jika penerima kredit ternyata karyawan yang buruk catatan disiplinnya dan suatu saat di-PHK, bukankah bank merugi atas kelangsungan angsurannya? Si mbak di ujung telepon tak mengiyakan maupun menolak tebakan dan saran saya, dia lalu menutup telepon.
Hari Jumat, telepon serupa kembali ramai. Kebetulan ada salah seorang yang kemarin dicari oleh penelpon, pagi itu datang ke kantor. Dia memang diminta datang oleh staf kami karena kemarin penelpon mengatakan ada kabar gembira untuk Pak Kasmin (sebut saja begitu). Staf kami mengira Pak Kasmin mengajukan kredit dan disetujui. Ternyata saat kami tanya, Pak Kasmin menjawab dirinya ditawari asuransi dari AXA Mandiri, padahal ia tidak tahu apa itu asuransi. Pak Kasmin orangnya sudah tua dan lugu.
Karyawan lain ada yang mengadu, ia pernah dihubungi melalui ponsel, ditawari ikut program asuransi kesehatan. Karena tak tahu apa yang dibicarakan, orang itu hanya menjawab “iya” dan “iya” saja setiap kali ditanya. Si penelpon mengatakan bahwa pembicaraan mereka direkam dan jawaban dari karyawan kami tersebut dianggap persetujuan. Setelah itu rekening gajinya selalu berkurang sekitar Rp. 500 ribuan setiap kali ada transfer gaji masuk. Tampaknya Bank Mandiri melakukan pemotongan auto debet sebagai pembayaran asuransinya. Karyawan tersebut mengeluh keberatan. Uang sejumlah itu besar sekali dibandingkan gaji pokoknya yang berbasis UMK. Bahkan ia katakan, kalaupun harus menabung, ia tak akan mampu menyisihkan sejumlah itu. Sementara, ia dan keluarganya tak pernah memanfaatkan layanan asuransi kesehatan.
Karena sepanjang hari Jumat itu telepon yang sama masih cukup banyak yang masuk, saya putuskan untuk menghadapi penelpon dengan lebih tegas. Saya pesankan agar telepon berikutnya disambungkan ke saya. Kali ini petugas telemarketer-nya pria. Saya tanya “dari mana” ia menjawab “dari Bank Mandiri”. Langsung saja saya ‘tembak’ : “dari AXA Mandiri kan? Bukan Bank Mandiri!”. Akhirnya penelpon mengiyakan tebakan saya. Selanjutnya, saya berusaha menguasai pembicaraan, sebelum di ujung sana bertanya, sayalah yang lebih dulu menanyainya.
Saya cecar penelpon dengan pertanyaan dari mana ia mendapat nomor telepon perusahaan kami. Dijawabnya dari data karyawan kami sebagai nasabah Bank Mandiri. Jelas itu tak mungkin, sebab kami baru pindah kanrtor ke gedung baru awal Desember 2012 dan telepon itu baru diaktifkan. Bahkan karyawan kami pun tidak tahu. Rupanya mereka mendapatkan nomor telepon baru ini setelah menghubungi nomor lama kami yang tersambung pada resepsionis Grup Perusahaan kami. Si penelpon menyebutkan nama perusahaan kami yang ternyata itu nama perusahaan tahun 2009, padahal pada awal 2010 perusahaan kami sudah berganti nama karena perluasan lini usaha. Begitu pun alamat kantor yang dia sebutkan, sebuah alamat di kampung, tak tertera nama jalan, hanya nama lingkungan serta RT/RW-nya saja. Padahal Grup Perusahaan kami memiliki lahan sendiri dimana semua anak perusahaan berkantor di alamat yang sama meski menempati gedung-gedung yang berbeda. Tidak pernah perusahaan kami berkantor di perkampungan/ perumahan.
Lanjutan klik link berikut :
Sumber: http://ekonomi.kompasiana.com/monete...g-payroll.html
Efeknya, rekening Anda akan disedot otomatis dengan nominal tertentu.
Saran TS, bilang tidak tertarik dan tutup saja telponnya
Quote:
Sejak Kamis pagi, 3 Januari lalu, telepon kantor di ruangan kami mendadak sering berdering. Anehnya, penelponnya sama-sama mengaku dari Bank Mandiri, meski orangnya berbeda-beda, pria dan wanita. Yang dicari pun berbeda-beda. semuanya karyawan kami yang bertugas di lapangan/ pabrik. Karena jumlah karyawan kami ratusan dan tersebar di beberapa lokasi perusahaan yang berbeda, hampir semua telepon itu tidak bisa kami sambungkan pada yang bersangkutan. Sebab kami juga tidak mencatat nomor HP semua karyawan. Di lapangan, cukup para Pengawas (Superintendent) yang kami beri ponsel sekaligus simcard dengan operator yang sama. Jadi bisa dibilang kami tak pernah berhubungan dengan karyawan melalui nomor telepon kantor.
Semula saya kira ada penawaran kredit dari Bank Mandiri kepada pekerja kami yang memang menjadi nasabah Bank Mandiri karena gajinya dibayarkan melalui Bank Mandiri. Saya mulai khawatir ketika beberapa telepon itu mencari karyawan kami yang tinggal beberapa bulan lagi akan memasuki usia pensiun. Akhirnya, sore itu saya minta kalau ada telepon lagi dari Bank Mandiri,agar disambungkan ke saya. Kebetulan saat itu penelponnya wanita, saya tanya ada urusan apa mencari karyawan kami, dia tak mau menjawab dan berkilah itu rahasia, hanya nasabah langsung yang boleh tahu. Saya menebak soal kredit dan meminta pihak Bank Mandiri sebaiknya datang saja ke kantor kami lebih dulu untuk membicarakan kredit yang ditawarkan, nanti kami akan membantu memberikan data sisa masa kerja serta rekam jejak karyawan yang kredibel untuk diberi kredit. Sebab jika penerima kredit ternyata karyawan yang buruk catatan disiplinnya dan suatu saat di-PHK, bukankah bank merugi atas kelangsungan angsurannya? Si mbak di ujung telepon tak mengiyakan maupun menolak tebakan dan saran saya, dia lalu menutup telepon.
Hari Jumat, telepon serupa kembali ramai. Kebetulan ada salah seorang yang kemarin dicari oleh penelpon, pagi itu datang ke kantor. Dia memang diminta datang oleh staf kami karena kemarin penelpon mengatakan ada kabar gembira untuk Pak Kasmin (sebut saja begitu). Staf kami mengira Pak Kasmin mengajukan kredit dan disetujui. Ternyata saat kami tanya, Pak Kasmin menjawab dirinya ditawari asuransi dari AXA Mandiri, padahal ia tidak tahu apa itu asuransi. Pak Kasmin orangnya sudah tua dan lugu.
Karyawan lain ada yang mengadu, ia pernah dihubungi melalui ponsel, ditawari ikut program asuransi kesehatan. Karena tak tahu apa yang dibicarakan, orang itu hanya menjawab “iya” dan “iya” saja setiap kali ditanya. Si penelpon mengatakan bahwa pembicaraan mereka direkam dan jawaban dari karyawan kami tersebut dianggap persetujuan. Setelah itu rekening gajinya selalu berkurang sekitar Rp. 500 ribuan setiap kali ada transfer gaji masuk. Tampaknya Bank Mandiri melakukan pemotongan auto debet sebagai pembayaran asuransinya. Karyawan tersebut mengeluh keberatan. Uang sejumlah itu besar sekali dibandingkan gaji pokoknya yang berbasis UMK. Bahkan ia katakan, kalaupun harus menabung, ia tak akan mampu menyisihkan sejumlah itu. Sementara, ia dan keluarganya tak pernah memanfaatkan layanan asuransi kesehatan.
Karena sepanjang hari Jumat itu telepon yang sama masih cukup banyak yang masuk, saya putuskan untuk menghadapi penelpon dengan lebih tegas. Saya pesankan agar telepon berikutnya disambungkan ke saya. Kali ini petugas telemarketer-nya pria. Saya tanya “dari mana” ia menjawab “dari Bank Mandiri”. Langsung saja saya ‘tembak’ : “dari AXA Mandiri kan? Bukan Bank Mandiri!”. Akhirnya penelpon mengiyakan tebakan saya. Selanjutnya, saya berusaha menguasai pembicaraan, sebelum di ujung sana bertanya, sayalah yang lebih dulu menanyainya.
Saya cecar penelpon dengan pertanyaan dari mana ia mendapat nomor telepon perusahaan kami. Dijawabnya dari data karyawan kami sebagai nasabah Bank Mandiri. Jelas itu tak mungkin, sebab kami baru pindah kanrtor ke gedung baru awal Desember 2012 dan telepon itu baru diaktifkan. Bahkan karyawan kami pun tidak tahu. Rupanya mereka mendapatkan nomor telepon baru ini setelah menghubungi nomor lama kami yang tersambung pada resepsionis Grup Perusahaan kami. Si penelpon menyebutkan nama perusahaan kami yang ternyata itu nama perusahaan tahun 2009, padahal pada awal 2010 perusahaan kami sudah berganti nama karena perluasan lini usaha. Begitu pun alamat kantor yang dia sebutkan, sebuah alamat di kampung, tak tertera nama jalan, hanya nama lingkungan serta RT/RW-nya saja. Padahal Grup Perusahaan kami memiliki lahan sendiri dimana semua anak perusahaan berkantor di alamat yang sama meski menempati gedung-gedung yang berbeda. Tidak pernah perusahaan kami berkantor di perkampungan/ perumahan.
Lanjutan klik link berikut :
Sumber: http://ekonomi.kompasiana.com/monete...g-payroll.html
0
3.3K
Kutip
8
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.2KThread•83.5KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru