- Beranda
- The Lounge
Italia Menyelundup di Teks Proklamasi
...
TS
goldinar
Italia Menyelundup di Teks Proklamasi
Spoiler for PEMBUKAAN:
Halo semua.
Banyak yang bilang Bahasa Indonesia itu susah, banyak jg yang bilang mudah. Yang bilang susah biasanya anak sekolahan yang menghadapi Ujian Nasional hahaha. Yang bilang mudah biasanya orang-orang yang sudah nyoba mempelajari berbagai macam bahasa asing dan menurut mereka Bahasa Indonesia tergolong mudah. Buktinya, banyak orang asing di Indonesia yang fasih berbahasa Indonesia, meskipun msh dengan aksen yang terdengar lucu. Nah, edisi kali ini ane akan share informasi tentang Bahasa Indonesia dengan segala akar katanya yang di copy dari buku favorit ane “9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing” (Alif Danya Munsyi) dgn sedikit pengubahan.
Untuk moderator/admin, kalau salah naro trit-trit ini di Lounge, mohon kabari ya atau pindahin aja ke forum yang dikira tepat.
Banyak yang bilang Bahasa Indonesia itu susah, banyak jg yang bilang mudah. Yang bilang susah biasanya anak sekolahan yang menghadapi Ujian Nasional hahaha. Yang bilang mudah biasanya orang-orang yang sudah nyoba mempelajari berbagai macam bahasa asing dan menurut mereka Bahasa Indonesia tergolong mudah. Buktinya, banyak orang asing di Indonesia yang fasih berbahasa Indonesia, meskipun msh dengan aksen yang terdengar lucu. Nah, edisi kali ini ane akan share informasi tentang Bahasa Indonesia dengan segala akar katanya yang di copy dari buku favorit ane “9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing” (Alif Danya Munsyi) dgn sedikit pengubahan.
Untuk moderator/admin, kalau salah naro trit-trit ini di Lounge, mohon kabari ya atau pindahin aja ke forum yang dikira tepat.
Agak panjang sih gan..tapi nikmati aja bacanya. Cukup beberapa menit.
Quote:
Siapa nyana bahasa Italia ‘menyelundup’ dalam teks proklamasi tulisan tangan asli Bung Karno. Yang dimaksud tak lain adalah kata tempoh, dari tempo, artinya waktu.
Dalam catatan yang kita punya, tempomeluas pemakaiannya dalam bahasa Indonesia setelah hadir terjemahan Gottlob Brϋckner atas puisi-puisi Nabi Sulaiman, Qolheleth, yang dicetak di Semarang pada 1816, untuk bacaan Masehi. Kita kutip beberapa larik di bawah ini:
Waktu itu, Gottlob Brϋckner tidak menemukan padan kata tjiduntuk terjemahan Melayu, maka dia pilih mengambil kata bahasa Italia yg dianggapnya serasi di kuping. Baginya, “bahasa Melayu adalah bahasa Italia dari Timur.”. Pernyataan ini dikatakan juga oleh Douwes Dekker, Multatuli, ketika ia coba menulis puisi dalam bahasa Melayu.
Kata tempo dengan ‘h’, sesuai tulisan Bung Karno dalam teks proklamasi tersebut, dibakukan oleh Sutan Mohammad Zain dalam Kamus Moderen Bahasa Indonesia, diterangkan berasal dari bahasa Portugis. Tetapi baik Anton M . Moeliono, selaku penyunting-penyelia Kamus Besar Bahasa Indonesia, maupun W.J.S Poerwadarminta, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, sama-sama membakukan kata ini sesui bahasa aslinya tempo, walau tanpa keterangan dari bahasa mana asalnya.
Selanjutnya, jika diperiksa pidato dan artikel Bung Karno selama itu masih ditemukan beberapa lagi kata bahasa Italia yang digunakan tanpa mengubah ejaan atau lafal. Salah satu yang amat popular adalah manifesto. Kata ini muncul pada 1959, melalui judul pidato 17-an. Manifesto Politik, yang diterima sebagai GBHN sebulan setelah diucapkan. Di luar sebagai peristiwa perlintasan bahasa dalam kebudayaan nasional, akibat Manifesto Politik, masalah kebudayaan yang diacu di sini dirasakan sebagai langkah yang menguntungkan komunis.
Pada suatu ketika, para intelektual, umumnya seniman, budayawan, merasa tergerak hati mencetuskan Manifes Kebudayaan sbg langkah lain untuk menyadarkan pemahaman kebudayaan bangsa. Pers umumnya menyebut Manifes Kebudayaan sebagai Manikebu. Bung Karno geram padanya. Ia suruh pencetus Manifes Kebudayaan mohon maaf dan selanjutnya bubar pada 8 Mei 1964. Kata Bung Karno, “Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai pancaran Pancasila telah menjadi GBHN dan tidak mungkin didampingi dengan Manifesto lain, apalagi kalau Manifesto lain itu menunjukkan sikap ragu-agu terhadap Revolusi.” Dalam kalimat ini jelas nyata Bung Karno ngotot menggunakan kata bahasa Italia, walau para pencetus Manifes Kebudayaan mengacu ‘manifes’ sesua lafal Inggris manifest.
Perlintasan bahasa Italia dan bahasa Indonesia tidaklah sedikit, dan itu meliputi beberapa bidang – terkecuali tentu saja jangan sebut bidang musik, sebab istilah-istilah music di dunia memang terdaulat penuh ke Italia. Istilah-istilah di luar musik, yang diterima oleh bahasa Indonesia dari Italia, ada yang dipertahankan ejaan aslinya, ada pula yang dibekukan menurut perkembangan yang berlangsung dalam lafal sehari-hari, misalnya inkaso, impresario, motto, saldo, animo, mozaik, lingua franca, dst.
Di samping itu, ada pula kata bahasa Italia, yang mungkin membuat kita terkesiap. Kata yang dimaksud adalah bank. Bahasa Italianya banca, bukan banco. (BahasaSpanyol dan Portugis mengejarnya banco: Prancis mengejanya banque: dan Inggris-Jerman-Belanda mengjanya bank. Kita menyerap asal-muasal bahasa Italia tersebut melalui Belanda).
Dalam bahasa Belanda sendiri, bank juga berarti ‘papan panjang untuk duduk’. Dari bank pula turun kata bangku dalam bahasa Indonesia. Di Italia zaman dulu, orang melakukan tukar-menukar uang memang di atas banca, yang artinya ‘papan panjang untuk duduk’ tersebut. Pada suatu ketika, pemilik banca melakukan kecurangan, sehingga orang-orang yang berurusan dengannya naik pitam, lantas merusak banca itu. Rusak dalam bahasa Italia adalah rotto. Maka, bangku yang rusak dalam bahasa Italia adalah banca rotto. Dari istilah inilah turun kata bangkrut, artinya sekarang ‘pailit’.
Dan, siapa pula menyangka kepala juga berasal dari kata bahasa Italia, diserap secara salah-kaprah, dari cupola, yakni kubah kecil sebagai hiasan di bagian paling atas bangunan bergaya lama.
Dalam catatan yang kita punya, tempomeluas pemakaiannya dalam bahasa Indonesia setelah hadir terjemahan Gottlob Brϋckner atas puisi-puisi Nabi Sulaiman, Qolheleth, yang dicetak di Semarang pada 1816, untuk bacaan Masehi. Kita kutip beberapa larik di bawah ini:
Adalah tempo orang akan diperanakkan
Dan ada tempo orang akan mati
Adalah tempo orang akan bertanam
Dan adalah tempo orang mencabut yang ditanam
Adalah tempo orang akan meluka
Dan adalah tempo orang akan menyembuhkan
Dan ada tempo orang akan mati
Adalah tempo orang akan bertanam
Dan adalah tempo orang mencabut yang ditanam
Adalah tempo orang akan meluka
Dan adalah tempo orang akan menyembuhkan
Dari bahasa Italia:
Vi e tempo nascere
E tempo di morire
Tempo di piantare
E tempo divelle cio che e pianranto
Tempo di uccideree
Tempo di sanare
Vi e tempo nascere
E tempo di morire
Tempo di piantare
E tempo divelle cio che e pianranto
Tempo di uccideree
Tempo di sanare
Waktu itu, Gottlob Brϋckner tidak menemukan padan kata tjiduntuk terjemahan Melayu, maka dia pilih mengambil kata bahasa Italia yg dianggapnya serasi di kuping. Baginya, “bahasa Melayu adalah bahasa Italia dari Timur.”. Pernyataan ini dikatakan juga oleh Douwes Dekker, Multatuli, ketika ia coba menulis puisi dalam bahasa Melayu.
Kata tempo dengan ‘h’, sesuai tulisan Bung Karno dalam teks proklamasi tersebut, dibakukan oleh Sutan Mohammad Zain dalam Kamus Moderen Bahasa Indonesia, diterangkan berasal dari bahasa Portugis. Tetapi baik Anton M . Moeliono, selaku penyunting-penyelia Kamus Besar Bahasa Indonesia, maupun W.J.S Poerwadarminta, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, sama-sama membakukan kata ini sesui bahasa aslinya tempo, walau tanpa keterangan dari bahasa mana asalnya.
Selanjutnya, jika diperiksa pidato dan artikel Bung Karno selama itu masih ditemukan beberapa lagi kata bahasa Italia yang digunakan tanpa mengubah ejaan atau lafal. Salah satu yang amat popular adalah manifesto. Kata ini muncul pada 1959, melalui judul pidato 17-an. Manifesto Politik, yang diterima sebagai GBHN sebulan setelah diucapkan. Di luar sebagai peristiwa perlintasan bahasa dalam kebudayaan nasional, akibat Manifesto Politik, masalah kebudayaan yang diacu di sini dirasakan sebagai langkah yang menguntungkan komunis.
Pada suatu ketika, para intelektual, umumnya seniman, budayawan, merasa tergerak hati mencetuskan Manifes Kebudayaan sbg langkah lain untuk menyadarkan pemahaman kebudayaan bangsa. Pers umumnya menyebut Manifes Kebudayaan sebagai Manikebu. Bung Karno geram padanya. Ia suruh pencetus Manifes Kebudayaan mohon maaf dan selanjutnya bubar pada 8 Mei 1964. Kata Bung Karno, “Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai pancaran Pancasila telah menjadi GBHN dan tidak mungkin didampingi dengan Manifesto lain, apalagi kalau Manifesto lain itu menunjukkan sikap ragu-agu terhadap Revolusi.” Dalam kalimat ini jelas nyata Bung Karno ngotot menggunakan kata bahasa Italia, walau para pencetus Manifes Kebudayaan mengacu ‘manifes’ sesua lafal Inggris manifest.
Perlintasan bahasa Italia dan bahasa Indonesia tidaklah sedikit, dan itu meliputi beberapa bidang – terkecuali tentu saja jangan sebut bidang musik, sebab istilah-istilah music di dunia memang terdaulat penuh ke Italia. Istilah-istilah di luar musik, yang diterima oleh bahasa Indonesia dari Italia, ada yang dipertahankan ejaan aslinya, ada pula yang dibekukan menurut perkembangan yang berlangsung dalam lafal sehari-hari, misalnya inkaso, impresario, motto, saldo, animo, mozaik, lingua franca, dst.
Di samping itu, ada pula kata bahasa Italia, yang mungkin membuat kita terkesiap. Kata yang dimaksud adalah bank. Bahasa Italianya banca, bukan banco. (BahasaSpanyol dan Portugis mengejarnya banco: Prancis mengejanya banque: dan Inggris-Jerman-Belanda mengjanya bank. Kita menyerap asal-muasal bahasa Italia tersebut melalui Belanda).
Dalam bahasa Belanda sendiri, bank juga berarti ‘papan panjang untuk duduk’. Dari bank pula turun kata bangku dalam bahasa Indonesia. Di Italia zaman dulu, orang melakukan tukar-menukar uang memang di atas banca, yang artinya ‘papan panjang untuk duduk’ tersebut. Pada suatu ketika, pemilik banca melakukan kecurangan, sehingga orang-orang yang berurusan dengannya naik pitam, lantas merusak banca itu. Rusak dalam bahasa Italia adalah rotto. Maka, bangku yang rusak dalam bahasa Italia adalah banca rotto. Dari istilah inilah turun kata bangkrut, artinya sekarang ‘pailit’.
Dan, siapa pula menyangka kepala juga berasal dari kata bahasa Italia, diserap secara salah-kaprah, dari cupola, yakni kubah kecil sebagai hiasan di bagian paling atas bangunan bergaya lama.
Quote:
Bahasa Indonesia memang umurnya masih muda, gan. Bagaimana dengan bahasa gaul yang sering kita pakai sehari-hari? Atau bahasa alay?
Quote:
TRIT TENTANG BAHASA INDONESIA..AYO MENGENAL BAHASA INDONESIA LEBIH DALAM
1.Antara Bahasa Indonesia dengan Malayalam
2. Italia Menyelundup di Teks Proklamasi
1.Antara Bahasa Indonesia dengan Malayalam
2. Italia Menyelundup di Teks Proklamasi
Diubah oleh goldinar 18-03-2013 02:43
0
2.5K
Kutip
12
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.2KThread•83.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru