Saat ini banyak sekali tokoh-tokoh nasional yang berkeinginan mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia, baik yang malu-malu tersipu menunggu dilamar bak putri pingitan, hingga yang dengan yakin diri bahkan cenderung narsis mengiklankan dirinya dengan figur yang sudah dibuat oleh konsultan pencitraannya.

Iklan para calon pun bertebaran, dari yang mulai layanan kesehatan, figur kepala rumah tangga yang baik, hingga tampilnya acara seremonial kepartaian maupun yangkatanyamasih ormas (meski nantinya kalau banyak dukungan akan menjelma menjadi partai) tanpa jeda iklan karena ditayangkan di media milik sendiri.

Meskipemilihan orang nomor satu di Indonesia (bersaing dengan kecap) masih tahun depan, tetapi sudah banyak nama yang bertebaran di media dengan beragam profesi diantaranya ada yang masih perwira aktif, ada tokoh media, pengusaha, menteri bahkan dai yang juga seniman berjuta fans.

Dengan beragam metode pencitraan melalui media, masyarakat kita yang “katanya” cerdas tetapi masih mudah bersikap emosional terpengaruh oleh media, sebaiknya melihat jejak rekam para kandidat Presiden pada tahun-tahun sebelumnya, perhatikan apakah mereka memiliki ciri-ciri berikut :

Berani untuk mengatakan tidak pada pihak asing, orator dan negosiator ulung, berkharisma, dan memiliki jiwa seni yang tinggi (seperti Soekarno)

Ahli strategi dan kemampuan beradaptasi dalam segala keadaan, serta mampu mengontrol jajaran di bawahnya(seperti Soeharto)

Cerdas, romantis, dan demokratis (seperti Habibie)

Memiliki jiwa budayawan, merakyat, senang humor, dan memiliki visi sangat jauh sekali ke depan (seperti Gus Dur)

Tidak banyak bicara, dan nasionalisme tinggi (seperti Megawati)

Mampu berbahasa Indonesia dengan santun, bergelar Doktor dan pandai membuat nasi goreng(seperti SBY)

Untuk satu kriteria lagi yaitu BELUM PERNAH SATU KALIPUN melakukan tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme sebaiknya tidak diperhatikan saja dulu, karena bila kriteria ini dimasukkan, bisa bisa hingga negeri ini bubarpun tak akan pernah memiliki seorang Presiden.

('HUMOR' ini hanya mungkin fakta belaka. Apabila tidak ada kesamaan nama tokoh, sifat, waktu, dan peristiwa, hanyalah kebetulan belaka dan itu karena kekurangtahuan pereka cerita. Silahkan lho kalau mau ditambah atau dikurangi, mumpung gratis)

Tidak ada manusia yang sempurna, presiden pun demikian. Yang dicontoh sisi positifnya saja. Terima kasih bagi yang telah berkenan membuka, membaca, dan berkomentar.