Sungguh tak bisa terbayangkan bagaimana perasaan anak kecil ini, hani, ketika menyadari bahwa ia terlahir dengan kondisi tubuh yang buruk
. Hani terlahir tanpa meiliki anus dan alat kelamin. Dengan kemampuan terbatas yang di milikinya, kedua orang tua hani pernah membawa hani ke RSHS untuk menjalani operasi colostomy pada tahun 2006. Operasi colostomy adalah upaya untuk membuat lubang pembuangan sementara dari bagian perut untuk kemudian di jadikan lubang pembuangan hani. Untuk operasi pertamanya hani mendapatkan bantuan pengobatan penuh dari pemerintah.
Setelah operasi colostomy seharusnya hani mendapatkan proses operasi lanjutan yaitu operasi pembuatan anus
, penutupan colostomy dan pembuatan alat kelamin, tapi karean keterbatasan dana, kedua orang tua hani tak bisa membawa hani ke proses pengobatan berikutnya.
Di usia 3 tahun, kisah sedih keluarga ini bertambah dengan jatuhnya hani saat berjalan dan mengakibatkan kaca jendela mereka pecah. Setelah itu hani tak bisa berjalan sama sekali, kaki dan tangan nya terus mengecil sedang perut semakin membesar
. Hani kemudian di vonis menderita gizi buruk
. Kini dengan tangan kecilnya hani mencoba menyangga badan saat mencoba bergerak dengan mengesot.
Dengan berat badan yang hanya 9 kg dan tinggi 80 cm hani yang kini berusia 7 tahun tinggal bersama ibu dan ayah yang bekerja sebagai pedagang es cincau di jalanan bersama 2 adik kembarnya. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana di kp.Setia Bhakti, RT 03 RW 01, Desa Kompa, kecamatan parakan kuda, sukabumi.
Kampus Pedulisudah membawa hani ke RSHS mulai 18 februari 2013,
alhamdulillah sudah dilakukan beberapa proses pemeriksaan darah, radiologi, kromosom dll. Rencanaya hani akan menjalani operasi pembuatan anus, kelamin, penutupan kolostomi dan perbaikan gizi
.
Kampus Pedulisendiri Selain membantu transportasi, operasional keseharian di rumah sakit, menanggung biaya pengobatan yang tidak di jamin pemerintah juga fokus memberikan bantuan pemenuhan gizi untuk hani sampai hani pulih
.