Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Lord.VillageAvatar border
TS
Lord.Village
( Fantastis ) Cerita Tentang Kekayaan Anas


TEMPO.CO, Jakarta - Rumah bekas Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Jalan Teluk Langsa, Duren Sawit, Jakarta Timur, seolah berkembang seturut perjalanan karier politiknya.


Kontainer-kontainer itu, menurut Pian, datang dari luar kota membawa kayu-kayu ukir dan perabotan rumah tangga. Sebagian kayu itu, kata dia, dipakai untuk membangun pendopo seluas 10 x 10 meter yang terletak di halaman depan rumah Anas.

Dari luar pagar, pendopo tersebut tampak jelas lantaran atapnya tinggi menjulang. Atap pendopo disangga kayu-kayu yang terukir rapi. Dari pendopo itu, saban hari terdengar orang membaca Quran dengan pengeras suara.

Saat pembangunan rumah berlangsung, Pian sempat heran pada satu bagian rumah. Ada satu bidang lahan digali sangat dalam. Sampai-sampai diperlukan truk untuk membawa tanah sisa galian ke luar area perumahan. "Saya kira akan dibuat kolam renang. Ternyata bukan. Mungkin itu ruang bawah tanah," katanya.

Jika ditilik dari garasi terbuka rumah Anas, di bawah pendopo, tampak masih ada ruang yang dibangun di bawah permukaan tanah. Hal itu terlihat dari adanya ventilasi dan bata bening di bawah lantai pendopo. Dari balik bata bening itu tampak ada lampu putih menyala.

Budi Wicaksono, pemilik toko Sembako di depan kompleks rumah Anas, mengatakan bahwa bangunan baru rumah Anas belum berapa lama dipakai. "Baru dua atau tiga tahun. Pembangunannya sejak dia jadi ketua umum," katanya.

Saat rumahnya baru satu kaveling, kata Budi, Anas masih sering datang ke tokonya. "Datang pakai kaus dan celana pendek, sekalian antar anak mampir ke toko," ujarnya. Tapi belakangan, sejak jadi ketua umum, Anas tak pernah tampak lagi.

Saat ini luas bangunan rumah Anas kira-kira setara dengan tiga lapangan basket. Antara bangunan baru dan lama terpisah jalan dua lajur. Gerbang keluar-masuk mobil Anas tersebar di empat penjuru rumah. Wartawan dibuat kelimpungan memantau pergerakan di dalam karena jarak dari gerbang satu dengan yang lainnya tak dekat.

Sabtu, 23 Februari 2013, Anas menyatakan mundur sebagai Ketua Umum Demokrat. Ia ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas keterlibatannya dalam proyek Hambalang.

Sumber

Mengusik Kembali Sumber Rezeki Anas

M Nazaruddin telah ditangkap. Sehingga, peluang untuk membuktikan tudingannya bahwa Anas Urbaningrum adalah “perampok” APBN, jadi terbuka lebar. Nah, sebelum Nazar tiba di Tanah Air dan “berkoar”, mari kita hitung sejauh mana tudingannya itu mendekati kebenaran.

Ketika masih di alam buron, mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat M Nazaruddin berteriak lantang, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum tidaklah “sebersih” dan “sesuci” penampilannya. Menurut Nazar, Ketua Umum PB HMI 1997-1999 itu juga terlibat dalam permainan kotor proyek pembangunan wisma atlet SEA Games yang dutuduhkan kepadanya.

Tak hanya itu. Nazar juga mengungkapkan, selama aktif menjadi politisi Partai Demokrat dan menduduki kursi wakil rakyat di Senayan, Anas telah bermain cantik mengeruk harta kekayaan negara untuk mengembungkan pundi-pundi uangnya. Modusnya, melalui mekanisme percaloan dalam proses pelaksanaan proyek-proyek pembangunan yang dibiayai APBN.

“Ini sekedar bahan renungan saja, kalau saya dikatakan memfitnah Anas, darimana Anas bisa memiliki beberapa rumah dengan harga puluhan miliar rupiah? Darimana Anas bisa memiliki mobil-mobil mewah seharga miliaran rupiah satu mobilnya? Apakah masyarakat berpikir uang itu hasil halal dari jerih payahnya? Sekali lagi saya hanya membuka fakta saja,” kata Nazaruddin melalui BlackBerry Maengasr (BBM) yang dikutip secara luas oleh media massa di Tanah Air, beberapa waktu lalu.

Dalam tautan BBM-nya itu Nazar menambahkan, sekalipun menjabat sebagai ketua umum partai pemenang Pemilu 2009, Anas bukanlah pengusaha seperti Aburizal Bakrie (Ketua Umum Partai Golkar) atau Setya Novanto (Bendahara Umum Partai Golkar).

Nazar melanjutkan, dengan gajinya sebagai anggota DPR selama hanya satu tahun – oleh Partai Demokrat Anas dipasang sebagai anggota DPR pada tahun 2009 dan menduduki jabatan ketua fraksi, tapi dia mengundurkan diri pada tahun 2010 untuk mengikuti pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat – mustahil Anas bisa memiliki kekayaan itu semua. “Coba tanyakan sama Anas darimana dia mendapatkan uang untuk membeli semuanya itu (rumah puluhan miliar rupiah dan banyak mobil mewah?),” ujar Nazar.

Sebagaimana dilansir banyak media massa, cetak maupun elektronik, setelah mengundurkan diri dari keanggotaan KPU, Anas menyetorkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) pada 10 Mei 2005. Saat itu nilai total harta kekayaannya tercatat sebesar Rp 1,17 miliar.

Setelah itu, Anas aktif di Partai Demokrat dan menjabat sebagai Ketua Bidang Politik dan Otonomi Daerah di DPP untuk periode 2005-2010. Dua tahun kemudian atau persisnya 28 Desember 2007, alumnus S1 FISIP Unair itu kembali menyetorkan LHKPN ke KPK.

Kekayaan Anas, yang saat itu juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Wakaf Paramadina (2006-sekarang) menggembung jadi Rp 2,23 miliar plus USD 2.300 (sekitar Rp 19,6 juta), nyaris dua kali lipat dari sebelumnya. Versi lain menyebutkan, total harta Anas mencapai Rp 2,4046 miliar

Kemudian, pada tahun 2009 Anas duduk sebagai wakil rakyat di Senayan dan menjabat sebagai ketua fraksi. Setahun setelah itu (2010), Anas mengundurkan diri dari kursi DPR untuk persiapan laga perebutan kursi Ketua Umum Partai Demokrat 2010-2015.


Jadi Rp 50 M Lebih

KPK mengatakan, Anas kembali menyetorkan LHKPN pada Februari 2010 tapi sampai sekarang belum ada kabar tentang hasil verifikasi kekayaan Anas. Sementara, sejumlah media massa, Juli lalu, menyebutkan, saat ini Anas ditengarai tengah membangun rumah senilai Rp 9 miliar dan memiliki sejumlah mobil mewah yang nilainya diperkirakan mencapai Rp 6,89 miliar-Rp 8,89 miliar.

Di bagian lain, menurut berita yang dilansir VIVAnews.com, Rabu, 20 Juli 2011, Anas juga tercatat membeli 30 persen saham Nazar di PT Anugerah Nusantara pada 1 Maret 2007. Kemudian pada tahun 2008, dia membeli 35 ribu lembar saham PT Panahatan, yang total nilainya Rp 35 miliar (senilai Rp 1 juta per lembar saham).

Jika dihitung-hitung dari nilai rumah, mobil mewah dan saham itu saja, maka kekayaan Anas hingga Juli 2011 diperkirakan sudah menggembung jadi Rp 50,89 miliar- Rp 52,38 miliar. Dalam sejumlah pernyataannya kepada pers, Anas tak menyiratkan bantahan mengenai nilai akhir kekayaannya tersebut. Tapi dia tegas membantah tudingan Nazar bahwa semua itu diraihnya melalui “jalan kotor”.

Lantas, siapa yang mendekati kebenaran, Nazar atau Anas? Mari kita mencari tahu dengan menghitung-hitung rezeki arek Blitar berotak encer itu. Sebelum menjadi anggota KPU pada 2001, Anas bukanlah seorang pengusaha atau profesional di bidang apapun. Dia hanyalah aktivis sekaligus pimpinan pengurus besar ormas (HMI) dan penulis beberapa buku tentang politik – buku-bukunya pun tidak tercatat sebagai best seller. Kemudian setelah revolusi Reformasi 1998, Anas tercatat sebagai anggota Tim Revisi Undang-Undang Politik, atau Tim Tujuh.

Ada Sumber Lain

Dari kegiatannya itu, tidak diketahui, berapa penghasilan Anas. Baru setelah dia menjadi anggota KPU pada 2001, kekayaan Anas dapat diestimasi. Berdasarkan PP Nomor 62 Tahun 2003, seorang anggota KPU berhak atas honor sebesar Rp 12,5 juta per bulan.

Anas sendiri menjadi anggota KPU hingga tahun 2005, sehingga total honornya – diasumsikan tak berkurang sedikitpun – akan mencapai Rp 750 juta. Selain itu, berdasarkan Perpres Nomor 83 Tahun 2010, Anas juga berhak mendapat uang kehormatan sebesar Rp 45 juta. Sehingga, setelah “pensiun” dari KPU maka kekayaan Anas – bila dihitung dari honor dan uang kehormatan saja – mencapai Rp 795 juta.

Selama menjadi sebagai anggota KPU, Anas juga aktif mernulis sejumlah buku politik, tapi tidak diketahui, berapa pendapatannya sebagai penulis. Yang jelas, buku-buku karya Anas tidak ada yang tercatat sebagai best seller. Kemudian Anas terjun ke bidang politk praktis dengan bergabung ke Partai Demokrat pada tahun 2005 dan langsung menjabat sebagai salah satu ketua DPP.

Sampai saat itu, Anas masih aktif menulis sejumlah buku politik. Tapi lagi-lagi bukunya tak ada yang mencapai best seller dan pendapatannya dari menulis buku itu tak diketahui. Kemudian setelah Pemilu 2009, Anas menduduki kursi wakil rakyat di Senayan, lantas mengundurkan diri pada 2010.

Sejumlah pihak menghitung, jika cuma mengandalkan honor anggota DPR seperti Anas, maka kekayaan yang terkumpul selama setahun cuma mencapai Rp 692,2 juta-Rp 742 juta. Jika diestimasi, maka total kekayaan Anas hingga 2010 hanya mencapai sekitar Rp 1,5 miliar. Itu pun dengan asumsi, honor Anas tak berkurang sedikit pun.

Nah, jika sekarang harta kekayaan Anas bisa membengkak hingga lebih dari Rp 50 miliar – diduga bahkan mencapai ratusan miliar – maka, dari mana sumber lain rezeki Anas yang demikian deras itu? Apakah tudingan yang dilontarkan Nazar mengandung kebenaran? Wallahu a’lam. Atau kita tunggu saja kedatangan Nazar di Tanah Air, Minggu nanti (14/8) – kalau tak keburu “di-Munir-kan” di tengah perjalanannya pulang. ins


Sumber


Jangan berprasangka buruk gan siapa tau Anas sering menang lotere pas masuk Demokrat ... emoticon-Malu (S)

0
16.3K
171
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.3KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.