- Beranda
- Berita dan Politik
Sulu Pilih Perang, Indonesia Siaga
...
TS
partaimerah
Sulu Pilih Perang, Indonesia Siaga
Minggu, 03/03/2013 | 13:01 WIB
Lahad Datu - Malaysia menegaskan, pintu negosiasi dengan kelompok penyusup mengatasnamakan Kesultanan Sulu di Sabah telah tertutup setelah pecah bentrokan yang menewaskan 14 orang. Satu-satunya jalan adalah menyerah atau perang.
Ancaman tersebut ternyata tak mempan, sebab Kesultanan Sulu memastikan pasukannya akan bertahan hingga titik darah penghabisan. Hal itu dinyatakan secara resmi oleh pemimpin kelompok Sulu, Raja Muda Azzimudie Kiram melalui pesan teks (SMS) kepada kakaknya, Sultan Jamalul Kiram III di Manila Minggu (3/3) pukul 05.00 tadi.
Warga negara asing maupun penduduk setempat pun mulai diungsikan. Ada sekitar 600 Warga Negara Indonesia (WNI) yang ikut dievakuasi dari Sabah.
Tak hanya itu, wilayah Indonesia yaitu Kalimantan yang berada di satu pulau dengan Sabah mulai siaga. Kepolisian Kawasan Pelabuhan Tunon Taka, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur memperketat keluar dan masuk orang di wilayah perbatasan itu.
Menurut Kepala Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan Ajun Komisaris Sumarwanta, belum ada peningkatan intensitas kedatangan warga Indonesia dari Tawau ke pelabuhan Tunon Taka. Tapi, lanjut dia, polisi tetap waspada kepada setiap orang yang datang sebagai langkah antisipasi. "Kami seleksi betul-betul setiap TKI atau penumpang yang datang dari Tawau Malaysia," kata Sumarwanta saat dihubungi di Samarinda, Minggu (3/3).
Kepolisian Kawasan Pelabuhan Tunon Taka, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur memperketat keluar dan masuk orang di wilayah perbatasan itu. Pengetatan penjagaan ini menyusul kerusuhan di Tawau, Sabah Malaysia yang mengakibatkan dua polisi Malaysia tewas dan 12 tentara Kerajaan Sulu, Filipina tewas. "Kami seleksi betul-betul setiap TKI atau penumpang yang datang dari Tawau Malaysia," kata Sumarwanta saat dihubungi di Samarinda, Ahad 3 Maret 2013.
Menurut Kepala Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan Ajun Komisaris Sumarwanta, belum ada peningkatan intensitas kedatangan warga Indonesia dari Tawau ke pelabuhan Tunon Taka. Tapi, lanjut dia, polisi tetap waspada kepada setiap orang yang datang sebagai langkah antisipasi.
Sebelumnya, sekitar 600 warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di ladang perkebunan kelapa sawit diungsikan ke tempat yang aman terkait gejolak antara warga Filipina dan Malaysia di Sabah.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sabah Soepeno Sahid menjelaskan, kawasan perkebunan kelapa sawit yang diduduki warga Filipina bersenjata itu adalah Felda Sahabat 17 milik Pemerintah Kerajaan Malaysia di Lahaddatu, Sabah, sejak 11 Februari 2013. Soepeno menjelaskan, pihaknya langsung mengungsikan para WNI ke kawasan lain demi keamanan mereka meskipun lokasi baru itu tidak jauh dari kawasan konflik itu.
Seperti diketahui, ultimatum Perdana Menteri Datuk Najib Tun Razak untuk menyerah diikuti oleh pesan serupa dari Menteri Dalam Negeri Datuk Seri Hishamuddin Hussein dan Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Ismail Omar serta Presiden Filipina Benigno Aquino tak bakal mereka gubris. “Kami akan tinggal dan mati di Tanduo,” begitu cuplikan SMS-nya.
Raja Muda Azzimudie Kiram mengaku telah mengubur 10 pengikutnya, termasuk seorang wanita. Saat ini ada sekitar 224 orang yang siap bertahan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak memerintahkan pasukan Kesultanan Sulu untuk menyerah atau harus bersiap menghadapi aksi dari pasukan Malaysia. Dia juga menegaskan pintu untuk bernegosiasi sudah tertutup.
"Pemerintah Malaysia kini hanya memberikan dua pilihan, menyerah atau bersiap menghadapi serangan yang diluncurkan tentara Malaysia," kata Najib Razak seperti dikutip laman The Shanghai Daily.
Najib mengatakan apa yang telah dilakukan oleh pihak pasukan Kesultanan Sulu terhadap tentara Malaysia merupakan perbuatan kriminal yang serius. "Mereka telah menerobos masuk wilayah negara lain dan membunuh serta melukai petugas kepolisian kami," tegasnya.
Dalam peristiwa baku tembak yang terjadi pada Jumat kemarin, dua polisi Malaysia dilaporkan tewas. Mereka adalah Zulkifli Mamat (29) dan Sabaruddin Daud (46). Kedua jenazah polisi tersebut telah diterbangkan kembali ke Kuala Lumpur dan dimakamkan hari Jumat. Prosesi pemakaman militer pun digelar untuk memberikan penghormatan terakhir.
PM Malaysia, Datuk Seri Najib Razak dan Ratu Kerajaan Malaysia terlihat menghadiri prosesi pemakaman itu dan memberikan semangat kepada keluarga korban.
Menurut laporan yang diterima Shanghai Daily, kedua polisi tersebut tewas oleh serangan mortir yang dilakukan oleh tentara Sulu. Najib bahkan menuduh tentara Sulu telah menjebak tentara Malaysia dengan berpura-pura menyerah tetapi kemudian menembaki pihak keamanan Malaysia. "Mereka benar-benar pengecut bila hal itu benar-benar terjadi," katanya.
Untuk menyelesaikan konflik ini Najib mengaku telah berkomunikasi dengan Presiden Filipina, Benigno Aquino. Namun belum diketahui hasil pembicaraan di antara dua kepala negara tersebut.
Sejak kejadian baku tembak yang terjadi pada Jumat kemarin, pihak keamanan Malaysia memperketat keamanan dengan memberlakukan jam malam di Lahat Datu. Jam malam dimulai sejak pukul empat sore waktu setempat sehingga mengakibatkan posisi tentara Sulu yang masih bertahan di desa Tanduo semakin terpojok.
Parlemen Panas
Beberapa lembaga non-pemerintah di Malaysia menyerukan rakyat Malaysia untuk bersatu dalam menghadapi kasus Lahat Datu. Mereka juga meminta agar kasus Lahat Datu ini tidak digunakan oleh sebagian orang untuk kepentingannya pribadi.
Hal itu diungkapkan Presiden Pakta LSM Pro-Barisan Nasional, Zulkarnain Mahdar seperti dikutip laman The Sun Daily.
Dalam pernyataannya tersebut, dia mengatakan rakyat Malaysia harus berterima kasih kepada tentara keamanan Malaysia yang sedang berperang menghadapi sengketa lahan dengan tentara Kesultanan Sulu di Kampung Tanduo, sekitar 130 kilometer dari kota Lahat Datu.
Dalam serangan yang terjadi pada Jumat pagi kemarin, dilaporkan dua tentara keamanan Malaysia tewas, sedangkan 3 komandan polisi terluka. Sementara 12 orang tentara Sulu ikut tewas dalam baku tembak tersebut.
Pakta yang mewakili 72 LSM yang terdaftar mengutuk aksi politisi yang berusaha memanfaatkan isu Lahat Datu ini untuk mengumpulkan dukungan politis.
"Ketika banyak nyawa yang melayang, para politis hanya sibuk beropini bahwa kasus ini merupakan konspirasi dan justru menyalahkan lawan politik mereka. Benar-benar memalukan. Saat ini ketika kerabat dan keluarga korban yang terbunuh sedang berduka, ini kah reaksi yang ditunjukkan oleh para politis itu?" ujar Mahdar geram.
Mahdar berpendapat demikian untuk mengomentari pernyataan yang dikeluarkan oleh salah satu anggota parlemen asal Batu, Tian Chua di situs Keadilan Daily.
Dalam situs tersebut, Chua mengatakan bahwa aksi penembakan di Lahat Datu merupakan konspirasi yang diotaki oleh partai UMNO untuk mengalihkan perhatian dan menakuti rakyat.
Sementara Koordinator Selangor Barisan Nasional, Datuk Seri Mohd. Zin Mohamed mengatakan Chua tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi rakyat Malaysia karena telah mempolitisasi isu yang menyangkut keamanan nasional.
"Tian Chua melemparkan tuduhan yang tidak berdasar kepada UMNO. Kalimat seperti itu seharusnya tidak keluar dari mulut seorang anggota parlemen yang salah satu tugasnya membuat aturan hukum dan bertanggung jawab mempertahankan negara," ungkapnya.ins
sumber :
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=b...506f582af3676a
berani sekali memilih perang nih. makin panas asia
Lahad Datu - Malaysia menegaskan, pintu negosiasi dengan kelompok penyusup mengatasnamakan Kesultanan Sulu di Sabah telah tertutup setelah pecah bentrokan yang menewaskan 14 orang. Satu-satunya jalan adalah menyerah atau perang.
Ancaman tersebut ternyata tak mempan, sebab Kesultanan Sulu memastikan pasukannya akan bertahan hingga titik darah penghabisan. Hal itu dinyatakan secara resmi oleh pemimpin kelompok Sulu, Raja Muda Azzimudie Kiram melalui pesan teks (SMS) kepada kakaknya, Sultan Jamalul Kiram III di Manila Minggu (3/3) pukul 05.00 tadi.
Warga negara asing maupun penduduk setempat pun mulai diungsikan. Ada sekitar 600 Warga Negara Indonesia (WNI) yang ikut dievakuasi dari Sabah.
Tak hanya itu, wilayah Indonesia yaitu Kalimantan yang berada di satu pulau dengan Sabah mulai siaga. Kepolisian Kawasan Pelabuhan Tunon Taka, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur memperketat keluar dan masuk orang di wilayah perbatasan itu.
Menurut Kepala Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan Ajun Komisaris Sumarwanta, belum ada peningkatan intensitas kedatangan warga Indonesia dari Tawau ke pelabuhan Tunon Taka. Tapi, lanjut dia, polisi tetap waspada kepada setiap orang yang datang sebagai langkah antisipasi. "Kami seleksi betul-betul setiap TKI atau penumpang yang datang dari Tawau Malaysia," kata Sumarwanta saat dihubungi di Samarinda, Minggu (3/3).
Kepolisian Kawasan Pelabuhan Tunon Taka, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur memperketat keluar dan masuk orang di wilayah perbatasan itu. Pengetatan penjagaan ini menyusul kerusuhan di Tawau, Sabah Malaysia yang mengakibatkan dua polisi Malaysia tewas dan 12 tentara Kerajaan Sulu, Filipina tewas. "Kami seleksi betul-betul setiap TKI atau penumpang yang datang dari Tawau Malaysia," kata Sumarwanta saat dihubungi di Samarinda, Ahad 3 Maret 2013.
Menurut Kepala Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan Ajun Komisaris Sumarwanta, belum ada peningkatan intensitas kedatangan warga Indonesia dari Tawau ke pelabuhan Tunon Taka. Tapi, lanjut dia, polisi tetap waspada kepada setiap orang yang datang sebagai langkah antisipasi.
Sebelumnya, sekitar 600 warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di ladang perkebunan kelapa sawit diungsikan ke tempat yang aman terkait gejolak antara warga Filipina dan Malaysia di Sabah.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sabah Soepeno Sahid menjelaskan, kawasan perkebunan kelapa sawit yang diduduki warga Filipina bersenjata itu adalah Felda Sahabat 17 milik Pemerintah Kerajaan Malaysia di Lahaddatu, Sabah, sejak 11 Februari 2013. Soepeno menjelaskan, pihaknya langsung mengungsikan para WNI ke kawasan lain demi keamanan mereka meskipun lokasi baru itu tidak jauh dari kawasan konflik itu.
Seperti diketahui, ultimatum Perdana Menteri Datuk Najib Tun Razak untuk menyerah diikuti oleh pesan serupa dari Menteri Dalam Negeri Datuk Seri Hishamuddin Hussein dan Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Ismail Omar serta Presiden Filipina Benigno Aquino tak bakal mereka gubris. “Kami akan tinggal dan mati di Tanduo,” begitu cuplikan SMS-nya.
Raja Muda Azzimudie Kiram mengaku telah mengubur 10 pengikutnya, termasuk seorang wanita. Saat ini ada sekitar 224 orang yang siap bertahan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak memerintahkan pasukan Kesultanan Sulu untuk menyerah atau harus bersiap menghadapi aksi dari pasukan Malaysia. Dia juga menegaskan pintu untuk bernegosiasi sudah tertutup.
"Pemerintah Malaysia kini hanya memberikan dua pilihan, menyerah atau bersiap menghadapi serangan yang diluncurkan tentara Malaysia," kata Najib Razak seperti dikutip laman The Shanghai Daily.
Najib mengatakan apa yang telah dilakukan oleh pihak pasukan Kesultanan Sulu terhadap tentara Malaysia merupakan perbuatan kriminal yang serius. "Mereka telah menerobos masuk wilayah negara lain dan membunuh serta melukai petugas kepolisian kami," tegasnya.
Dalam peristiwa baku tembak yang terjadi pada Jumat kemarin, dua polisi Malaysia dilaporkan tewas. Mereka adalah Zulkifli Mamat (29) dan Sabaruddin Daud (46). Kedua jenazah polisi tersebut telah diterbangkan kembali ke Kuala Lumpur dan dimakamkan hari Jumat. Prosesi pemakaman militer pun digelar untuk memberikan penghormatan terakhir.
PM Malaysia, Datuk Seri Najib Razak dan Ratu Kerajaan Malaysia terlihat menghadiri prosesi pemakaman itu dan memberikan semangat kepada keluarga korban.
Menurut laporan yang diterima Shanghai Daily, kedua polisi tersebut tewas oleh serangan mortir yang dilakukan oleh tentara Sulu. Najib bahkan menuduh tentara Sulu telah menjebak tentara Malaysia dengan berpura-pura menyerah tetapi kemudian menembaki pihak keamanan Malaysia. "Mereka benar-benar pengecut bila hal itu benar-benar terjadi," katanya.
Untuk menyelesaikan konflik ini Najib mengaku telah berkomunikasi dengan Presiden Filipina, Benigno Aquino. Namun belum diketahui hasil pembicaraan di antara dua kepala negara tersebut.
Sejak kejadian baku tembak yang terjadi pada Jumat kemarin, pihak keamanan Malaysia memperketat keamanan dengan memberlakukan jam malam di Lahat Datu. Jam malam dimulai sejak pukul empat sore waktu setempat sehingga mengakibatkan posisi tentara Sulu yang masih bertahan di desa Tanduo semakin terpojok.
Parlemen Panas
Beberapa lembaga non-pemerintah di Malaysia menyerukan rakyat Malaysia untuk bersatu dalam menghadapi kasus Lahat Datu. Mereka juga meminta agar kasus Lahat Datu ini tidak digunakan oleh sebagian orang untuk kepentingannya pribadi.
Hal itu diungkapkan Presiden Pakta LSM Pro-Barisan Nasional, Zulkarnain Mahdar seperti dikutip laman The Sun Daily.
Dalam pernyataannya tersebut, dia mengatakan rakyat Malaysia harus berterima kasih kepada tentara keamanan Malaysia yang sedang berperang menghadapi sengketa lahan dengan tentara Kesultanan Sulu di Kampung Tanduo, sekitar 130 kilometer dari kota Lahat Datu.
Dalam serangan yang terjadi pada Jumat pagi kemarin, dilaporkan dua tentara keamanan Malaysia tewas, sedangkan 3 komandan polisi terluka. Sementara 12 orang tentara Sulu ikut tewas dalam baku tembak tersebut.
Pakta yang mewakili 72 LSM yang terdaftar mengutuk aksi politisi yang berusaha memanfaatkan isu Lahat Datu ini untuk mengumpulkan dukungan politis.
"Ketika banyak nyawa yang melayang, para politis hanya sibuk beropini bahwa kasus ini merupakan konspirasi dan justru menyalahkan lawan politik mereka. Benar-benar memalukan. Saat ini ketika kerabat dan keluarga korban yang terbunuh sedang berduka, ini kah reaksi yang ditunjukkan oleh para politis itu?" ujar Mahdar geram.
Mahdar berpendapat demikian untuk mengomentari pernyataan yang dikeluarkan oleh salah satu anggota parlemen asal Batu, Tian Chua di situs Keadilan Daily.
Dalam situs tersebut, Chua mengatakan bahwa aksi penembakan di Lahat Datu merupakan konspirasi yang diotaki oleh partai UMNO untuk mengalihkan perhatian dan menakuti rakyat.
Sementara Koordinator Selangor Barisan Nasional, Datuk Seri Mohd. Zin Mohamed mengatakan Chua tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi rakyat Malaysia karena telah mempolitisasi isu yang menyangkut keamanan nasional.
"Tian Chua melemparkan tuduhan yang tidak berdasar kepada UMNO. Kalimat seperti itu seharusnya tidak keluar dari mulut seorang anggota parlemen yang salah satu tugasnya membuat aturan hukum dan bertanggung jawab mempertahankan negara," ungkapnya.ins
sumber :
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=b...506f582af3676a
berani sekali memilih perang nih. makin panas asia
0
14.1K
130
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
680.5KThread•48.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya