Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Collapsenya GTI & Raihan Dikawatirkan Berimbas ke Perusahaan Sejenis yaitu GBI

new.dodozakariaAvatar border
TS
new.dodozakaria
Collapsenya GTI & Raihan Dikawatirkan Berimbas ke Perusahaan Sejenis yaitu GBI
Efek Kaburnya Bos Golden Traders International , Michael Ong dari Malaysia yang sudah meraup Trilyunan rupiah , dikawatirkan berimbas kepada perusahaan sejenis yaitu GBI ( Gold Bullion Indonesia ).


Inilah Penyebab Kolaps / kaburnya Pemilik GTIS KLIK LINK BERIKUT

penyebab sesungguhnya kaburnya pemilik gtis

Para Nasabah GBI dan Marketing dikabarkan sudah mulai merasa was-was mengenai keamanan dana investasi mereka.

Dengan harga emas 30% diatas harga normal , maka sesuai perhitungan dana nasabah BEP setelah 1 tahun.

Beban membayar bunga nasabah itulah yang membuat perusahaan tersebut collapse.

BOS GTI MELARIKAN DIRI




JAKARTA. Pemilik Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) Taufiq Michael Ong, dikabarkan menghilang dari Indonesia. Pria kewarganegaraan Malaysia itu disebutkan telah meninggalkan Indonesia plus meninggalkan para nasabah investasi emasnya di GTIS.

Informasi tentang kepergian Michael Ong ke luar negeri ini beredar luas di situs sosial, salah satunya Kaskus. Tak hanya itu, ada nasabah GTIS yang berkomunikasi dengan KONTAN mengaku tak tahu lagi dimana wujud Michael Ong berada.

“Bahkan saya dapat informasi, rekening dia di BCA sudah kosong semua,” kata salah satu nasabah yang enggan menyebut nama kepada KONTAN hari ini, (27/2).

Untuk mendapatkan konfirmasi ke yang bersangkutan. KONTAN berusaha mencari informasi keberadaan Michael Ong, namun sayangnya situs perusahaan GTIS yang biasanya bisa di temui di http://www.goldentradersinternational.com/, kini sama sekali tak bisa diakses.

Sementara itu, Jafrianto Wiza, Marketing Executive Senior (SAP) PT Golden Traders Indonesia yang dihubungi KONTAN tak mau berkomentar. Bahkan, sebelum KONTAN mengajukan pertanyaan tentang keberadaan Michael Ong, sambungan telepon langsung diputus. “No comment, maaf ya, ” kata Jafrianto yang langsung menutup saluran telepon.

Kepergian Michael Ong tentu mengundang tanda tanya besar dan meresahkan, terutama bagi nasabah yang telah menanamkan uangnya di GTIS. Wajar mereka bertanya keberadaan bos GTIS itu, sebab bonus rutin yang biasanya mengalir dari rekening GTIS, sejak Senin (25/2) sudah tak menetes lagi.

Sampai saat ini, belum ada informasi berapa dana masyarakat yang sudah dikumpulkan GTIS. Namun boleh jadi, angkanya akan jauh lebih besar ketimbang dana nasabah yang tersimpan di Raihan Jewellery yang kini juga tak jelas rimbanya.

Perlu diketahui, GTIS merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang menawarkan skema investasi berbalut emas batangan sejak tahun 2009. Jaringan kantor cabangnya pun menyebar merata mulai dari beberapa tempat di Jakarta, Medan, Surabaya, hingga di Bangka-Belitung.



MARZUKI ALIE PENASEHAT GTIS

JAKARTA. PT Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS), perusahaan yang menawarkan investasi emas dengan imbal hasil tinggi ternyata menggaet sejumlah tokoh. Salah satunya adalah Ketua DPR Marzuki Alie.

Marzuki Alie mengaku bertindak sebagai penasihat GTIS. "Sebagai penasihat itu tidak ada dalam struktur perusahaan. Yang ada itu pemegang saham, komisaris dan direksi," kata Marzuki lewat pesan singkatnya kepada KONTAN.

Marzuki sendiri mengaku mengenal pemilik GTIS sebagai orang berkebangsaan Malaysia. Dia mengaku tidak mempunyai kaitan bisnis secara formal dengan GTIS. "Saya jelaskan saja bahwa saya tidak hobi ngumpulin harta kecuali yang bermanfaat untuk banyak orang. Jadi, tidak ada 1 gram pun saya pernah beli emas," ujar Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat ini.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'arud Amin yang juga menjadi Pengawas dan Penasihat GTIS membenarkan ucapan Marzuki Alie tersebut. Dia mengatakan, Marzuki Alie berposisi sebagai penasihat GTIS. Selain Marzuki ada juga mantan anggota DPR Aziddin. Aziddin adalah bekas anggota DPR dari Fraksi Demokrat yang dicopot dari DPR sekitar 2006 lalu karena dituding sebagai calo perumahan haji.

Asal tahu saja tawaran investasi GTIS masuk dalam pantuan Satuan Tugas Waspada Investasi. Ketua Satgas Waspada Investasi Sarjito mengaku sudah mengawasi sepak terjang GTIS sejak akhir tahun lalu. Dia mengimbau masyarakat berhati-hati terhadap tawaran investasi berimbal hasil tinggi.

Sayangnya, General Manager GTIS Desmon mengaku tidak bisa memberikan penjelasan mengenai investasi GTIS. Dia berjanji menyampaikan permintaan KONTAN kepada Direktur Utama GTIS Taufiq Michael Ong. Hingga sekarang, permintaan itu belum dipenuhi.


PENGAKUAN MARZUKI ALIE TENTANG PENIPUAN GTIS



JAKARTA. Kabar soal kaburnya Taufiq Michael Ong, pemilik Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) menyeret nama petinggi Partai Demokrat, Marzuki Alie yang juga menjabat sebagai Ketua DPR RI.

Dalam wawancara dengan Tabloid KONTAN, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin pernah menyebut Marzuki Alie adalah penasihat di GTIS (Tabloid KONTAN, edisi 18−24 Juni 2012).

Bahkan, nama dan foto Marzuki juga pernah terpampang di situs resmi GTIS dan setiap materi promosi GTIS. Disitu jelas disebutkan bahwa, posisinya sebagai penasihat GTIS. Sayangnya, sejak Senin, situs resmi GTIS yang beralamat di http://www.goldentradersinternational.com/ sudah tidak bisa diakses lagi.

Berikut ini petikan wawancara KONTAN dengan Marzuki Alie yang dilakukan melalui pesan singkat SMS, Rabu (27/2).

KONTAN: Sejak Senin (25/2) GTIS berhenti membayar atthoya/ bonus kepada nasabah dan marketingnya. Kabarnya pemilik GTIS Michael Ong kabur keluar negeri. Apa betul, pak?

MARZUKI ALIE: Mohon maaf, saya tidak ada hubungan atau kaitan apapun dalam urusan bisnis mereka. Dulu saya dikenalkan seseorang, karena niatnya mau bantu MUI dan dakwah. Kemudian Michael Ong minta di-syahadatkan untuk masuk Islam. Itu saja.

KONTAN: Yang mengenalkan Pak Aziddin? (Aziddin adalah mantan anggota DPR dari Fraksi Demokrat yang dipecat karena diduga terlibat kasus percaloan pemukiman haji 2006 silam).

MARZUKI ALIE: Yang mengenalkan Pak Azidin.

KONTAN: Bukankah Bapak sebagai Penasihat GTIS?

MARZUKI ALIE: Dalam bisnis mana ada jabatan penasihat, sekadar kenal karena niatnya baik mau dakwah. Pemiliknya itu Dato' orang Malaysia. Saat kenalan dia bersama Michael, Taufik nama Islam-nya.

KONTAN: Nama dan foto Bapak ada di situs resmi GTIS dan setiap materi promosi GTIS. Disitu disebutkan bahwa posisi bapak sebagai penasihat GTIS. Apa tanggapan bapak soal ini?

MARZUKI ALIE: Kalau dibilang begitu saya bisa tuntut, karena saya tidak pernah tahu. Waktu ulang tahunnya, saya diminta hadir, saya tidak ada kepentingan dan tidak hadir. Foto saya bisa dipakai di banyak tempat, karena saya tidak bisa melarang orang untuk berfoto dengan saya. Foto-foto itu saya lihat sebagai foto kunjungan yang bersangkutan (Michael Ong). Termasuk MUI, Fauzi Bowo (Mantan Gubernur DKI dan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat -red) saya pernah lihat brosurnya.

KONTAN: Michael Ong kabarnya sudah kabur. Dana nasabah juga tidak dikembalikan. Apa bapak tahu soal itu?

MARZUKI ALIE: Saya gak pernah mengurus hal-hal itu, jadi tidak mengerti

KONTAN: Nama bapak dicatut GTIS untuk kepentingan mereka tanpa sepengetahuan bapak. Artinya bapak tidak pernah menerima keuntungan materi dari GTIS?

MARZUKI ALIE: Ya tidak pernah ada apa-apa. Mereka cuma bilang untuk bantu dakwah, makanya mereka ajak MUI.



SEMOGA MENJADI PELAJARAN BAGI KITA SEMUA AGAR TIDAK SILAU HARTA DAN MENGHALALKAN SEGALA CARA.


Collapsenya GTI & Raihan Dikawatirkan Berimbas ke Perusahaan Sejenis yaitu GBI

Michael Ong Ternyata Donatur PD tahun 2009. Ekonomi Kompasiana



Investasi Emas Bodong Seret Marzuki Alie . Surabaya post online
Diubah oleh new.dodozakaria 28-02-2013 08:17
0
11.2K
53
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.