depihartonoAvatar border
TS
depihartono
[UNDISCOVERED] Sekilas Masa Di Timnas
Seburuk itulah manajemen PSSI...!!!

Itu adalah hal terendah yang bisa dilakukan sebuah perusahaan, organisasi atau apapun yang berkedok profesional. #Desy Christina - Ex Media Officer PSSI

Kalian rindu tidak dengan suasan seperti ini?
Spoiler for INDONESIA:


karna mereka kita jadi seperti ini emoticon-Mewek
Spoiler for KISRUH!:


sudah saatnya kita
Spoiler for BANGKIT:


oke langsung aja!
[QUOTE] Sekilas Masa Di Timnas
Mungkin belum banyak yang tahu, saya sudah non-aktif menjabat National Team Corporate Secretary sejak September 2012 dan tepatnya Desember 2012, baru secara resmi saya melayangkan surat resign kepada PSSI (dalam bentuk e-mail langsung kepada exco timnas, sekjen pssi dan bendahara pssi). Sejujurnya, saya sudah mulai tidak betah bekerja di sana sejak pertengahan tahun. Saya mendapati banyak miskomunikasi selama disana yang membuat saya selalu kesal. Mungkin akan saya runut ceritanya agar lebih mudah dipahami.

Saya melepas jabatan media officer kira-kira pada bulan desember 2011 dan mulai menjabat corporate secretary di januari 2012, bentuknya masih dalam Surat Keputusan. Sebagai seseorang yang sudah terbiasa kerja dalam sistem profesional, saya yang paling sering menyuarakan keberatan dengan sistem SK. Saya kerap meminta kontrak, namun jawaban yang saya dapat selalu, "sedang diurus". Saya bertanya kepada atasan langsung di timnas, jawaban juga selalu sama. Ada yang aneh disini, saat kami mengajukan nilai gaji, tidak pernah sekalipun kami dipanggil menghadap bagian legal dan sekjen PSSI untuk mematangkan ikatan kerja dan nilai gaji. Namun mendadak setelah menyerahkan nominal gaji yang diharapkan, saya begitu saja mendapat transfer gaji setiap bulan. Sempat saya bertanya, "kenapa mereka tidak memanggil untuk negosiasi?", namun seluruh manajemen timnas juga tidak paham alasannya. Saya menerima gaji saya setiap bulan, namun tetap cerewet menanyakan kontrak saya, jamsostek, asuransi kesehatan dan PPH karena saya tidak puas dengan SK.

Karena mencoba memahami situasi baru (pengalihan kepengurusan di federasi), saya selalu memaksa diri saya untuk toleran. Saya menunggu dan menunggu sembari bekerja semaksimal mungkin. Bahkan saya dan teman seringkali tidak libur untuk terus mengurus timnas berbagai lapisan. Agenda timnas adalah sesuatu yang seringkali membuat saya kesal. Saya tidak pernah paham skala prioritas PSSI dalam mengikuti turnamen biasa dan turnamen wajib, namun rupanya semua kebijakan masih diatur secara politis. Katakan, keikutsertaan di Palestina. Kondisi keuangan saat itu berdarah-darah dan selanjutnya ada agenda wajib timnas. Betul bahwa kita harus terus mengasah kemampuan dengan sebanyak mungkin beruji coba. Namun bagaimana pengaturan skala prioritas keuangan timnas? Administrasi pengurusan visa dan lain-lain?

Bulan Maret tepatnya adalah saat saya mulai kecewa luar biasa. Saya ditugaskan atasan meng-handle 3 timnas yang harus melakukan TC di Jogja bersamaan dan dalam waktu panjang, senior, U-23 dan U-17. Sudah tiba disana, keuangan PSSI belum bisa mencairkan DP 3 hotel. Akhirnya, berbekal negosiasi mati-matian dan karena saya ikut merasa malu jika agenda tersebut cacat, saya negosiasi (tanpa bantuan PSSI) untuk bekerja sama dengan 3 hotel sekaligus, katakan hotel X, Y dan Z. Sewaktu itu saya berlandaskan informasi bagian keuangan bahwa timnas senior bisa range harga sekian. Kala itu, hotel di Jogja teramat penuh agenda. Saya memberanikan diri datang ke 2 hotel bintang 4, meeting dua kali, dan saya berhasil mendapat harga dibawah range hotel bintang 3. Anggap saja, jika seharusnya sejuta ke atas, saya berhasil menego hingga 325ribu untuk paket kamar, 3x makan, 2x coffee break, satu set laundry, fitness centre dan meeting room. Saya lega, dan akhirnya mengajukan ke keuangan. Namun uang belum cair, padahal TC akan dimulai dalam waktu 3 hari ke depan dan saya sudah harus mengirim surat panggilan ke klub. Saya datang lagi, setengah mati negi, akhirnya dengan baik hati pihak hotel memberikan jaminan masuk tanpa DP terlebih dahulu. Ini jarang-jarang terjadi di dunia perhotelan. Masuk tanpa DP. Apalagi ada upgrade kamar untuk pelatih kepala sebagai hadiah. Semua sudah berjalan. Pemain masuk, muncul kasus baru bahwa ISL menolak melepas pemainnya, padahal saya sudah diminta mendaftarkan nama mereka. Tarik-ulur terus terjadi sehingga pergantian nama dan pengurusan visa pun amburadul. Misal si pemain X konon akan datang, di batas waktu mendadak batal, atau harus pulang, cedera, dll. Sehingga pengurusan administratif ke Palestina jadi semakin ruwet. Apalagi mengurus ke Palestina susah dan sudah diingatkan federasi di sana bahwa harus secepat mungkin. Sebagian belum memiliki atau belum memperpanjang passport. Setiap ada masalah pergantian pemain, mendadak saya harus mereka ulang pengurusan administratif pemain ke luar negri. Kondisi TC memang keluar masuk dan banyak kejadian tidak diharapkan sehingga membuat list pemain membengkak. Sudah list pemain membengkak, eh officials dan tamu juga daftarnya membengkak. Kalo dihitung-hitung bisa mencapai 75 orang yang sudah saya daftarkan melalui mbak Farina (ini pengurus PSSI yang baik dan memang sangat rajin). Usaha nego untuk membuat passport cepat berhasil, eh dokumen pemain kurang lengkap. Bolak-balik meminta dokumen (ada yg hilang, ada yg di kampung dll) kerap terjadi. Belum masalah lapangan, pengurusan tiket pemain dan officials keluar masuk, daftar reimburse dana, uji tanding, kualitas makanan hotel, obat-obatan dokter, masalah laundry, sampai hal sekecil-kecilnya menjadi tanggung jawab saya di sana seorang diri. Di hotel lain, tim lain juga mulai seleksi pemain. Jadi saya sempat kewalahan. Asisten saya baru datang kira-kira 3 minggu sesudahnya untuk saya harapkan membantu saya di U-23 juga. Semua dilakukan dengan tenggat waktu yang terbatas. Jika ada satu saja missed, maka pengolahan ulang data harus terrjadi. Makanya saya terkadang sangat emosional jika menonton pertandingan timnas, karena sedemikian saya tahu proses di baliknya.

Well, saat saya sendiri dan kewalahan, mencoba fokus, saya kerap berrtanya-tanya dalam hati, "mengapa ke Palestina harus pergi dan TC lama padahal bisa untuk konsentrasi laga wajib?", " Mengapa kesulitan dana tapi mengundang pejabat untuk ikut bersama rombongan?", "Mengapa event tidak resmi digelar di luar agenda wajib memaksa pemain harus ke Jogja padahal kompetisi tengah berjalan?", "Mengapa tidak ada ketegasan soal agenda timnas dari atasan - mana yang harusnya oke mana yang belum sanggup untuk diikuti?". Tapi namanya juga saya cewek, bagi mereka mungkin masih hijau, anak baru kemarin sore, jadi tidak akan didengar. Jadi saya jalankan saja dengan berdarah-darah. Bayangkan, seringkali mepet pengurusan visa berlangsung dengan pengurusan booking tiket dan pengurusan akomodasi di hotel luar berjalan bersamaan. Saya dan mbak Farina (PSSI) sudah berusaha setengah mati, ternyata dampai H-1 saja masih ada pergantian personil. Atasan tidak mau tahu kesulitannya seperti apa, tapi tetap minta dibawa. Toh akhirnya paham pas di Jordan susah masuk ke Palestina kan? Mereka sudah diingatkan kami tapi keras kepala. Belum lagi ketegasan uang saku kerap berubah. Informasi kepada pemain menjadi simpang-siur. Siapa yang kena getahnya? Yah manajemen yang sedang di TC, Sampai sekarang saya yakin miskomunikasi atasan dan PSSI soal uang saku harus tidak lagi terjadi. Karena bukan mereka yang tengah berhadapan dengan rombongan di TC.

Syukurnya pak Lamdelif (bagian keuangan timnas) dan Citra (asisten saya) akhirnya tiba. Saya yang sudah lelah akhirnya terhibur. Mereka sangat membantu di U-23 dan U-17 dan berdedikasi. Alhasil, saya dan mbak Farina (juga Ariel) berhasil memberangkatkan rombongan, meski banyak masalah terjadi. Sampai di Jordan dan Palestina pun saya dan mbak Farina masih harus sering menelpon kesana pagi-siang-sore-malam dengan ponsel pribadi untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di sana dengan cepat. Saya yakin sekjen Palestina, Susan, sudah bosan dengan suara dan permintaan tolong saya dari Indonesia. Bayangkan, sudah sampai sedemikian rupa mengikuti kebijakan labil, saya masih didera bocoran ada yang mengatakan, "kenapa kok 2 pemain dan manager tertahan di Jordan? Desy dan Farina ngurusnya gimana?". Emosi, iya. Sudah dibilang harus jelas dari sebelum-sebelumnya, tetapi memasukkan nama baru bisa H-1 dan H-2? memangnya kami dewa? Memangnya Israel mudah di-lobby? Perlu kalian ketahui bahwa masalah seperti ini kerap terjadi. Saya pernah menolak ke Jepang karena waktu itu harus mengorbankan kitman (orang yang harusnya justru berada bersama tim), tak dinyana kitman tetap berangkat belakangan dan bermasalah. Oh well... Saya tidak pernah setuju jika banyak pejabat ikut rombongan. Malu dengan negara lain yang efisien.

KARNA TIDAK CUKUP ANE LANJUT DI BAWAH GAN

0
2.1K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.