Kamis, 21/02/2013 17:13 WIB
Firman Ibrahim - detikNews
Bone - Orangtua siswa di Bone, Sulawesi Selatan, mendatangi sekolah dan minta pertanggungjawaban seorang guru agama yang telah membenturkan kepala anaknya hingga mimisan. Pihak sekolah membenarkan kejadian itu dan meminta maaf.
Kekerasan terhadap siswa itu terjadi di Madarasah Ibtidayyah di Kelurahan Mattirowalie, Kecamatan Tanete Riattang, Bone pekan lalu. Siswa bernama Maizan (11) mengalami pendarahan di hidung akibat dibenturkan guru agama berinisial AS ke meja. Hidung Maizan mimisan.
Suparta, ayah Maizan, mendatangi sekolah dan meminta pertanggungjawaban, Kamis (21/2/2013). Menyadari kesalahannya, AS mendekati dan memeluk Maizan serta mengusap kepala siswa itu sebagai bentuk penyesalan.
"Anak saya sudah tiga kali mendapat perlakuan kasar dari gurunya ini (menunjuk AS). Selain pernah dipukul dengan kayu dan sapu ijuk, terakhir anak kami dibuat mimisan," kata Suparta (51) di depan kepala sekolah serta AS di ruang guru saat membicarakan solusi untuk kejadian tersebut.
Kepala Madarasah Ibtidayyah, Abdurrahman, berjanji menindak tegas oknum guru tersebut. Bahkan di depan orangtua Maizan dan keluarganya, Abdurrahman mengaku telah menegur guru itu. "Dia (AS) sudah memberikan surat pernyataan dalam bahasa Arab untuk tidak mengulangi perbuatannya," kata Abdurrahman.
Kekerasan itu bermula saat Maizan mengikuti pelajaran bahasa Arab yang diampu oleh AS. Maizan tidak memiliki buku, sehingga mengambil buku milik rekan sebangkunya. Melihat hal itu, AS meminjamkan buku kepada murid itu agar tidak lagi mengganggu teman sebangkunya yang juga keponakan AS.
Yang membuat AS agak marah, Maizan sempat menggerutu. "Saya pinjamkan buku dan dia malah mengatakan bahwa saya memberinya buku karena yang dia ganggu adalah keponakan saya," jelas AS yang ditemui wartawan di sekolahnya.
AS membantah sengaja membenturkan kepala siswanya ke meja. Ia mengaku hanya mendorong kepala Maizan. Adapun pendarahan di hidung Maizan, hanya karena bocah yang dinilai nakal itu memiliki penyakit mimisan.
Masalah itu dimediasi pihak sekolah. Kedua belah pihak sepakat menyelesaikannya secara kekeluargaan. Namun orangtua Maizan terlanjur kecewa, sehingga memilih memindahkan anaknya ke sekolah lain.
(try/try)