Death Star, atau bernama resmi DS-1 Orbital Battle Station, adalah stasiun luar angkasa seukuran Bulan dalam film "Star Wars". Ia sekaligus adalah senjata super yang mampu menghancurkan sebuah planet dengan sekali tembakan laser.

Gedung Putih baru-baru ini berurusan dengan Death Star Menyusul sebuah petisi yang meminta Pemerintah AS membuat senjata ampuh serupa Death Star pada 2016.

Selain untuk pertahanan negara, petisi itu menilai, pembangunan Death Star akan menciptakan lapangan kerja di bidang kontruksi, teknis, eksplorasi luar angkasa.

Petisi tersebut ditandatangani 34.435 warga yang disampaikan dalam laman We the People di situs Gedung Putih. Adalah kewajiban Gedung Putih untuk menjawab petisi yang ditandatangani lebih dari 25.000 orang.

Bagaimana jawaban Gedung Putih?

Petisi itu ditolak Pemerintah AS. Senjata ampuh dalam "Star Wars" itu tidak punya tempat pada militer AS.

Pemerintah Barack Obama menegaskan pihaknya tak bisa mendukung pembangunan senjata fiksi-sains itu untuk sejumlah alasan yang membumi.

Salah satunya adalah biaya. Kepala cabang Sains dan Luar Angkasa pada Kantor Manajemen dan Penganggaran Gedung Putih, Paul Shawcross mengatakan, butuh dana lebih dari US$ 850.000 triliun untuk mewujudkannya. Luar biasa besar!

"Saat ini kami sedang berjuang mengurangi defisit, bukan malah menambah," kata Shawcross, seperti dimuat USA Today, Senin (13/1/2013).

Ditambah lagi, "Pemerintah AS tidak mendukung usaha untuk meledakkan planet manapun."

"Buat apa kita menghabiskan pajak dalam jumlah luar biasa untuk membangun Death Star, dengan cacatnya yang mendasar, bahwa ia dapat dimanfaatkan oleh seseorang?" ujar Shawcross.

Apalagi, dia menambahkan, AS telah membiayai sebuah stasiun luar angkasa saat ini. "Kita telah memiliki stasiun di luar bumi seukuran lapangan bola, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang membantu kita mempelajari bagaimana manusia bisa hidup dan bertahan di luar bumi dalam waktu lama."

Shawcross menambahkan, ISS kini memiliki enam warga dari AS, Rusia, Kanada yang bekerja sama melakukan serangkaian penelitian.

"Kita juga punya dia robot, satunya punya laser, yang menjelajah di permukaan Mars, mencari tahu apakah pernah ada kehidupan di planet merah."