Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ICBMAvatar border
TS
ICBM
apa kabar KFX/IFX

Ajakan Pemerintah Korea Selatan yang disampaikan pertengahan 2010 di Jakarta diterima dengan senang hati oleh Kementerian Pertahanan Indonesia. Karena memang punya keinginan memenuhi kebutuhan alut sista secara mandiri, ajakan membuat pesawat tempur generasi 4,5 tersebut disambut bak peluang emas. Kedua pihak menyadari kemandirian di bidang pertahanan bisa memperkokoh industri dalam negeri, memangkas ketergantungan pada sistem senjata strategis dari luar dan mendongkrak deterrent sistem pertahanan nasional. Meski gayung sudah bersambut, namun merealisasikan jet tempur berkode KFX/IFX ini tak semudah membalik telapak tangan. Berikut laporan A. Roni Sontani dan A. Darmawan tentang status terkini dari program yang amat prestisius ini, langsung dari “dapurnya”.

Singkat cerita, proyek bilateral ini sudah berjalan dan berlangsung lebih kurang satu setengah tahun. Selama kurun waktu tersebut konsep jet tempur masa datang generasi 4,5 ini telah diurai dan disusun menurut kebutuhan operasional sistem pertahanan Korea dan Indonesia. Program dikatakan menelan anggaran 8 miliar dolar AS, dimana Indonesia akan menanggung 20 persen sementara sisanya akan dipikul Korea. Dalam perjanjian juga disepakati, Indonesia berhak membeli 50 unit pesawat, sementara Korea Selatan 150 unit. Dan, jika pesawat ini dibeli negara lain, kedua pihak akan berbagi royalti.

Perancangan front-liner fighter yang bakal beroperasi setelah 2020 ini dipusatkan di KFX/IFX Research Center, Daejeon, 160 km sebelah selatan ibukota Seoul. Di sini telah berkutat dan saling bertukar-pikiran 140 enjinir dari kedua negara, di mana 30 persennya berasal dari Indonesia. KFX/IFX tak lain adalah singkatan dari Korea Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment. Korea Selatan sendiri ingin Turki ikut bergabung, namun negeri ini mengundurkan diri setelah sebelumnya sempat menyatakan tertarik.

Menurut pihak Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan, jet-jet tempur baru ini akan menggantikan jajaran F-4 Phantom dan F-5 yang sudah menua. Korea tertarik mengajak Indonesia, karena Indonesia merupakan sahabat yang tak memiliki problem politik dan batas wilayah. Telah mampunya Indonesia membuat sendiri pesawat terbang dan adanya hubungan dagang di antara kedua negara, juga menjadi faktor penentu. (Lebih jauh, baca Angkasa, edisi Oktober 2010)

Dalam Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI (Depanri) 20 Desember 2012 di BPPT, Jakarta, perjalanan dan pencapaian sementara program ini untuk pertama kalinya dipaparkan secara terbuka. Di hadapan pejabat Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI (Depanri), Kemenristek, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Lapan, PT Dirgantara Indonesia dan TNI AU, Kapuslitbang Kementerian Pertahanan, Prof. Dr. Eddy S. Siradj, menjelaskannya cukup gamblang.

“Hingga Desember 2012, program sudah sampai tahap Technology Development. Tahapan ini sudah selesai. Setelah ini kami berharap bisa lanjut ke tahapan berikutnya, yakni Engineering Manufacturing Development,” ungkapnya kepada Angkasa usai lokakarya.




Sudah Dikuasai,
Hampir Seluruh Teknologi KFX/IFX


Bukan rahasia lagi, pertanyaan terbesar di seputar pembuatan KXF/IFX adalah: Apakah Korea Selatan atau Indonesia sudah menguasai teknologi jet tempur generasi ke-4,5? Menanggapi keraguan ini, Prof. Dr . Mulyo Widodo menjawab mantap, jangan khawatir, Korea Selatan sudah menguasai hampir seluruh teknologinya. Mereka gigih mengembangkan sendiri pesawat tempur, dan semua ini tak lepas dari kesiapan industri kedirgantaraan (Korea Aerospace Industries) serta lembaga penelitian yang berdiri di belakangnya.

“Meski sebagian lagi (teknologi) masih dicari, kami percaya Korea bisa meraihnya. Mereka punya road-map yang jelas dalam proyek pengembangan jet tempur. Mereka sudah memulainya dengan KT-1, lalu T-50, TA-50 dan setelah itu: FA-50. Lebih dari itu mereka juga punya belasan veteran NASA dan USAF yang jadi tempat bertanya. Mereka kini dosen di sejumlah perguruan tinggi,” tuturnya dalam Lokakarya Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI, 20 Desember lalu di BPPT, Jakarta.

Menurut salah seorang pakar kedirgantaraan dari Institut Teknologi Bandung yang juga ditunjuk membidani front liner fighter itu lagi, inti dari teknologi jet tempur generasi 4, 4,5 maupun 5 adalah elektronik dan material penyerap gelombang radar. Elektronik dalam arti avionik untuk mengendalikan penerbangan dan misi serangan, sementara material penyerap gelombang radar bisa digambarkan sebagai “kulit pesawat” yang bisa menyerap gelombang elektromagnet radar penjejak pesawat.

Angkasa mencatat, kedua teknologi inti itulah yang sejatinya diandalkan pesawat stealth (siluman) macam F-117A Nighthawk, F-22A Raptor dan F-35. RAM atau Radar Absorbent Material bisa menekan angka Radar Cross Section hingga kecil sekali sehingga radar seolah tak sanggup “melihatnya”. Di lain pihak, tubuh pesawat dan rumah mesin juga perlu dibentuk sedemikian rupa agar gelombang radar terpantul menjauh. Kalau pun bentuk pesawat menjadi tidak aerodinamis dan tidak stabil seperti yang “dialami” F-117A, hal ini bisa diatasi dengan avionik khusus yang bisa mengendalikan penerbangan.

“Kami memang belum menguasai soal material penyerap gelombang radar. Tetapi, untungnya Korea sudah punya kemampuan yang sangat tinggi di bidang elektronik. Chip paling rumit bahkan sudah dibuat di Samsung Industrie. Itu sebab KFX/IFX hanya diputuskan sampai sebatas generasi 4,5,” ungkap Prof. Widodo seraya menjelaskan bahwa material penyerap gelombang radar ini lah yang seyogyanya akan mendongkrak teknologi pesawat ke generasi 5.

Begitu pun Tim KFX/IFX akan membekalinya dengan perangkat elektronik yang bisa menuntun pesawat mengelak dari radar. Sayap vertikalnya juga dibuat miring (canted vertical tail) untuk gelombang radar tak mampu menjejak bagian yang paling rawan ini. Angkasa mendapat konfirmasi, desain pasti KFX/IFX sudah ada, namun baik pihak Korea maupun Indonesia belum mau mempublikasikannya. Kalau pun selama ini ada beberapa desain yang dimuat di situs-situs internet, gambar-gambar itu dikatakan baru sebatas rekaan yang mendekati. Hampir semua gambar rekaan ini merujuk ke F-35 dan F-22.

Ketika program ini digelindingkan, sempat ada pemikiran untuk membuat F-16 dari versi yang lebih canggih. Mereka menyebutnya dengan F-16 Plus. Dibanding F-16 versi reguler, F-16 Plus memiliki keunggulan performa, kecepatan jelajah (super cruise) dan agak stealth. Tetapi, dalam perjalanan, konsep ini ditinggalkan lalu dialihkan ke jet tempur generasi ke-4,5 yang benar-benar baru. Pesawat ini jauh lebih unggul dari F-16 Plus.


sumber : http://angkasa.co.id/index.php/fokus...-apa-kabar-kfx
==========================================================


0
3K
10
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
MiliterKASKUS Official
20KThread7.2KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.