Metrotvnews.com, Jakarta: Diseretnya Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq dalam kasus suap impor daging ilegal diduga kuat selain untuk kepentingan pribadi juga terkait dengan kepentingan pendanaan partai.

Hal ini membuka anggapan miring terhadap kader PKS yang dituding memanfaatkan posisi atau jabatan publik untuk menambah pundi-pundi keuangan partai.

Demikian dikatakan mantan anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera, sekaligus salah satu pendiri partai Yusuf Supendidi Jakarta, Jumat (1/2). Menurut dia, praktek memanfaatkan jabatan untuk keuangan partai terjadi pascaperubahan pergeseran di internal PKS sendiri.

Awalnya jelas Supendi, keuangan PKS berawal dari sumbangan para kader atau anggota partai dari semua kalangan. "Namun belakangan, telah terjadi perubahan di mana banyak kader PKS yang mundur akibat ulah para pimpinan PKS yang tidak lagi 'amanah' karena terlibat banyak kasus, baik korupsi maupun soal moral yang meruntuhkan kepercayaan para kader. Praktis ini juga memengaruhi keuangan partai," jelas Supendi.

Pada saat yang sama, katanya terjadi kesenjangan sosial baik di antara kader dan para pengurus. "Rata-rata karena soal ekonomi, di mana ketimpangan di antara kader sangat kelihatan, antara kader biasa dan mereka yang memiliki jabatan. Dan ini diperlihara terus-menerus, makanya banyak kader yang tidak lagi militan dan memilih mundur," bebernya.

Menurut Supendi, satu-satunya yang menjadi jalan keluar agar roda partai tetap jalan adalah dengan memanfaatkan posisi kader PKS baik di eksekutif maupun legislatif. Namun ia tidak merinci seperti apa permainan para kader PKS tersebut.

"Rata-rata yang saya tahu itu melalui dana Bansos yang bisa menjadi peluang mendulang dana partai. Tapi soal detailnya sekarang sepeeti apa permainan mereka saya tidak tahu, karena zaman saya dulu lurus-lurus saja," beber dia.

Untuk di kementerian pertanian misalnya kata dia rata-rata, banyak posisi penting dipegang oleh kader PKS. "Nah inilah kaki tangan mereka di sana. Namun sayang akhirnya konspirasi untuk hal yang tidak benarlah yang terjadi," pungkas Supendi. ((Thomas Harming Suwarta/Agt)

sumber