yantiqueAvatar border
TS
yantique
Yaa ampuun, Jok! Provinsi Sampeyan ternyata Tertinggi Korupsinya & Pembeli Narkobanya


DKI Jakarta Jadi Daerah Terbesar Terindikasi Korupsi
Wednesday, January 2, 2013 - 16:19

@IRNewscom I Jakarta: SELAMA tahun 2012, Pusat Pelaporan dan Analisi Transaksi Keuangan (PPATK) melakukan kajian khusus terkait penyalahguaan APBN/APBD di bidang pendidikan. Dari laporan hasil Riset Analisi Strategis Periode I Tahun 2012 diketahui Provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah yang paling besar terindikasi tindak pidana korupsi dengan jumlah 37.45 persen, disusul Kalimantan Timur 8.83 persen, dan Jawa Timur dengan 5.55 persen.

"Sedangkan pelaku dominan dari hasil ekplorasi perorangan sebesar 95.84 persen dan pelaku perusahaan besar sebesar 4.16 persen. Lain itu, Instansi Pelaku Perorangan yang paling dominan masih didominasi dari pemerintah daerah sebesar 40.7 persen, diurutan kedua ada kementertian 16.7 persen, selanjutnya ada perusahaan swasta dengan 11.1 persen," kata Ketua PPATK, M. Yusuf saat jumpa pers dikantornya, Jakarta, Rabu (02/01).

Jenis jabatan yang ditemukan melakukan transaski berindikasi korupsi mayoritas dilakukan padaa level staf/karyawan sebesar 19.2 persen, sedaangkan terbesar kedua dengan jabatan bendahara mencapai jumlah 9.08 persen, dan ketiga adalah kepala daerah kabupaten/kota sebesar 7.5 persen. Selain diatas, PPATK juga mengklasifikasi kelompok umur yang terindikasi melakukan tindak pidana korupsi. Sebesar 78.2 persen berumur di atas 40 tahun dan 17.8 persen berumur antara 30 sampai 40 tahun, sedangkan 3.8 persen dilakukan oleh pelaku yang berumur kurang dari 30 tahun. "Modus terbesar dalam dugaan tindak pidana korupsi sebagian besar terkait dengan unsur penggelapan dalam jabatan, yaitu 45.4 persen," ujar Yusuf.
http://indonesiarayanews.com/news/na...dikasi-korupsi

Ada 6.000 Pecandu Narkoba di Tiap Kecamatan Jakarta
Senin, 28 Januari 2013 | 20:23 WIB



JAKARTA, KOMPAS.com - Peredaran obat-obatan terlarang di Jakarta sudah dalam kondisi memprihatinkan. Data Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat, prevalensi pecandu narkotika secara nasional yaitu 2,2 persen. Dari jumlah itu, 70 persennya berada di Ibu Kota. Oleh sebab itu narkoba perlu mendapat perhatian khusus agar tak kian mengancam anak bangsa. Deputi Rehabilitasi BNN, Kusman Suryakusuma mengatakan, di DKI jumlah pecandu mencapai sekitar 300.000 pecandu. Jika dirata-rata pada lima wilayah Jakarta, berarti di tiap kota administratif terdapat 60.000 pecandu narkotika. Lebih jauh, jika satu kota administratif memiliki 10 kecamatan, artinya terdapat 6.000 pecandu narkotika di setiap kecamatan tersebut.

"Baru kemarin kita banjir, sekarang di Jakarta ini sudah banjir. Sudah lama banjir candu narkotika," ujar Kusman dalam konferensi pers di gedung BNN, Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Senin (28/1/2013) siang. Kusman melanjutkan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotia, paradigma penanganan penyalahguna narkotika telah berbeda. Dalam undang-undang tersebut, pecandu narkotika tidak dikenakan tindak pidana, melainkan menjalani rehabilitasi pecandu. Tentunya, para pecandu harus melalui proses administrasi terlebih dahulu sebelum rehabilitasi.
Sebelum menjalani rehabilitasi, pecandu itu harus menjalani asesmen terlebih dahulu. BNN hendak memeriksa apakah pecandu tersebut memiliki penyakit akibat kecanduannya itu atau tidak. Hasil asesmen itu lah yang akan menentukan seorang pecandu ditempatkan di panti rehabilitasi jenis tertentu. BNN memiliki dua panti rehabilitasi pecandu, yakni Makasar dan Lido. "Kalau ringan bisa kita atasi masuk rehabilitasi yang kita punya di sini (BNN). Kalau gangguannya ke atas agak berat, bisa kita kirim ke Lido," lanjutnya.
http://health.kompas.com/read/2013/0...amatan.Jakarta

Awas, Jakarta Banjir Narkoba
Selasa, 29 Januari 2013 09:39


Penyelundup dan barang bukti narkoba yang berhasil diamankan BNN (Gatra/Dharma Wijayanto)

Jakarta, GATRAnews- DKI Jakarta ternyata tidak hanya terkena banjir air. Ibukota negara RI itu ternyata juga kebanjiran narkoba. Seidaknya, menurut data yang dilansir Badan Narkotika Nasional (BNN), saat ini terdapat sekitar 300.000 pengguna narkoba di Jakarta. Itu berarti sekitar 7 persen warga Jakarta sudah kecanduan narkoba. Deputi Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, Kusman Suriakusumah, mengakui bahwa penggunaan narkoba memang kian marak di Jakarta. “Jakarta sedang banjir pecandu narkoba. Peristiwa penggerebekan di rumah Raffi menjadi buktinya,” kata Kusman dalam konferensi pers di kantor Badan Narkotika Nasional di Jakarta pada Senin (28/01/2013).

Pada Minggu (27/01/2013), BNN menggerebek rumah seleb-presenter Raffi Ahmad di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Bersama artis tersebut, ikut digelandang pula belasan orang, termasuk Irwansyah dan Zaskia Singkar, serta seleb yang tengah menjadi anggota DPRD DKI Jakarta, Wanda Hamidah. Sampai saat ini mereka semua masih berada di kantor BNN.
BNN akan memeriksa mereka selama kurun waktu 3 x 24 jam. “Setelah 3 x 24 jam, bisa diperpanjang selama enam hari. Setelah enam hari itu habis, maka status mereka (tersangka atau tidak) mau tidak mau ditentukan BNN,” kata Kepala UPT Laboratorium BNN Koeswardhani.
Tes urine sendiri menunjukkan 5 dari 17 orang yang ditangkap di rumah Raffi Ahmad positif menggunakan narkoba. Identitas mereka belum dingkap BNN, namun mereka berprofesi sebagai konsultan restoran, pengacara, pegawai swasta, dan mahasiswa.

Tes urin terhadap Raffi Ahmad, Wanda Hamidah, Irwansyah, dan Zaskia Sungkar menunjukkan negatif narkoba. Meski demikian BNN masih akan memeriksa sampel lainnya seperti rambut dan darah. Jika terbukti mengkonsumsi narkoba, Raffi dan konco-konconya itu hanya sebagian kecil dari ribuan pemakai di Jakarta. Menurut Kusman, sekitar tiga ratus ribu pecandu narkoba dari lima wilayah di Jakarta. "Nah, kalau dihitung rata-rata, di satu RT ada enam pecandu,” ujar Kusman. Lima wilayah di Jakarta yang ia maksud adalah Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara.
http://www.gatra.com/fokus-berita/23...r-narkoba.html

Ahok akan gusur kampung narkoba di Jakarta
Selasa, 29 Januari 2013 13:16:46


Basuki Tjahaja Purnama

Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama berjanji akan membereskan masalah narkoba dari Jakarta. Caranya menggusur perkampungan-perkampungan kumuh yang rawan peredaran narkoba. "Ya salah satunya singkirkan kampung-kampung kumuh untuk ditata kembali," ujar pria yang akrab disapa Ahok itu di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (29/1).

Ahok yang juga menjabat sebagai ketua dewan penanggulangan Narkoba DKI Jakarta ini mengatakan penataan kampung kumuh melalui pembangunan rusun yang dilengkapi CCTV. Selain itu, warga juga akan dibekali dengan pelatihan soal bahaya narkoba. "Itu untuk mengontrol termasuk pemakai narkoba. Ini maksudnya menghapus sikap acuh tak acuh. Kalau rusun ada CCTV semua kita bisa kontrol," katanya.

Meski demikian, Ahok yakin pengguna narkoba tak selamanya warga yang kurang mampu. Dia yakin dewasa ini, pengguna narkoba didominasi kalangan elit."Betul justru elit, untuk mengawasi ini memang butuh orang yang tidak acuh tak acuh," tegas Ahok. Sebelumnya, data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan 7 persen penduduk Jakarta positif narkoba. Artinya, di setiap RT ada enam orang pemakai.
http://www.merdeka.com/jakarta/ahok-...i-jakarta.html

-----------------------------

Logika sederhana bagaimana bentuk korelasi antara korupsi dan jumlah pencandu narkoba, mudah sekali. Duit yang dibelanjakan dari hasil korupsi, hasil dari menipu, hasil dari keuntungan mengemplang pajak (trendi di kalangan pengusaha), hasil dari keuntungan tak wajar dari hasil mengeruk kekeyaan alam di luar jawa oleh pejabat dan pengusaha hitam di Jakarta yang biasanya menghindari pembayaran royalty ke negara, pada hakekatnya adalah uang panas, uang harom, uang najis, atau duitnya jin. Nah, ketika uang seperti itu dibelanjakan, karena dia panas, umumnya juga akan dikonsumsikan ke sesuatu yang panas atau 'hot', diantaranya narkoba itulah bentuknya. Makanya, semakain banyak duit harom yang berputar di perekonomian masyarakat Jakarta itu, semakin banyaklah duit yang dipakai untuk membeli narkoba, untuk berjudi, atau untuk industri lendir. Uang Jin, bijimana pun orang ybs pintar dalam mengelolalnya, pada akhirnya duit itu pastilah akan di makan setan. Karena itu emmang duitnya setan.

Kasihan Pak Jokowi dan Ahok, ternyata permasalahan berat Ibukota Jakarta itu bukan hanya terkait dengan kerusakan lingkungan saja, seperti : polusi asap, pencemaran air sungai, polusi suara, banjir, kemacetan parah dan ancaman penurunan tanah dan sampah yang tak tertangani. Tetapi juga masalah sosial kemasyarakatannya yang terbagi 2 golongan besar, golongan imigran yang sudah mapan dan golongan imigran yang baru datang dan masih miskin. Kedua kelompok itu ternyata memiliki penyakit sosial yang tidak mudahdiatasi oleh 2 orang Gubernur ini, seperti : narkoba, kejahatan dan kriminal, korupsi di birokrasi pemerintahan yang paling parah se Indonesia, dan konflik horizontal yang setiap saat bisa meledak seperti kerusuhan Mei 1998 dulu!



emoticon-Turut Berduka
0
12.9K
161
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.