Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

java.martAvatar border
TS
java.mart
[java.mart] Mengapa Kita Harus Berpikir?



Mengapa Kita Harus Berpikir?


SAYA tidak menyangka akan “diserang” oleh satu pertanyaan out of topic ketika melakukan demonstrasi sebuah aliran bela diri. Serangannya begitu telak, membuat lupa gerakan-gerakan lain yang akan saya lakukan. Sebuah pertanyaan sederhana yang terdiri dari 4 kata saja. Mengapa kita harus berpikir?

Pertanyaan ini menjadi begitu penting karena hampir-hampir saya tidak pernah mengeksplorasinya lebih jauh. Terlebih, penulis buku sekelas Harun Yahya pun tidak menjelaskannya secara eksplisit dalam bukunya yang berjudul Deep Thinking. Padahal pertanyaan ini begitu menggugah dan menarik.

Namun, akan lebih menarik jika saya membahasnya dari sudut pandang yang lain – anggap saja filsafat saintifik yang amat ringan walau disajikan di pagi hari. Lantas, saya akan menjawabnya dari beberapa sudut pandang yang mungkin belum pernah terpikirkan oleh kita semua.


Fungsi Tumbuh-Kembang


Akal pikiran yang tertanam di dalam otak tentu memiliki alasan tersendiri – ini bukan masalah umur, tapi mengenai tumbuh kembang seorang manusia.

Penelitian mengatakan bahwa otak memerlukan asupan oksigen [dan sari makanan] lebih kurang 20% dari total kebutuhan tubuh. Karena otak memiliki tugas underground yang bergantung pada akal pikiran manusia – jika tetap berpikir, maka otak akan bekerja dengan baik.



Tidak salah lagi, berpikir adalah sebuah jaminan pemenuhan kebutuhan otak akan oksigen dan sari makanan. Maksudnya, ketika kita berpikir, secara otomatis jantung akan berdetak secara teratur, sejalan dengan tarikan nafas yang teratur juga.

Aliran darah kaya oksigen yang teratur tentu membuat kerja otak menjadi lebih baik dan optimal, karena sel-sel otak dapat beregenerasi tanpa harus mengalami kerusakan. Semakin kita berpikir, maka semakin cepat juga regenerasi sel-sel dalam otak, sehingga otak tetap segar.

Penjelasan ini akan menjawab mitos bahwa berpikir terus menerus akan membuat kita pikun. Salah besar ternyata. Jika kita tetap berpikir, ada jaminan lain bahwa kita tidak akan cepat pikun karena sel-sel otak kita hampir-hampir tidak berkarat.

Mungkin inilah salah satu alasan mengapa orang-orang yang berpikir lebih diutamakan dalam oleh Allah, dan berulang kali disebut dalam Al-Qur’an.


Fungsi Membentuk Peradaban


Tentu saja jawaban pertama yang saya ajukan sebelumnya tidak begitu lengkap, maka saya tambahkan satu fungsi lainnya. Sudah kita ketahui bahwa manusia itu ada yang being [sekedar manusia] dan ada pula yang becoming [menyadari kemampuannya untuk menciptakan keyataan-keyataan yang baru], dan inilah yang mendasari jawaban saya selanjutnya.

Spoiler for Being:


Spoiler for Becoming:


Penjelasannya begini – mengambil intisari dari kata-kata Pramoedya Ananta Toer – manusia sejatinya tidak boleh sekedar berpaku pada kenyataan-kenyataan yang ada, melainkan harus membuat kenyataan-kenyataan baru. Sampai di sini, jelas sudah bahwa research dan inovasi adalah penting adanya.

Kita tidak mungkin tetap berpikir jika tidak ada hal yang benar-benar penting dan urgent. Terlebih, tanpa cinta, kedua hal tersebut benar-benar tidak akan ada. Tidak hanya pada kekasih, kecintaan pada ilmu pengetahuan yang kita dalami pun harus ditumbuhkan.

Walau harus menjalani fase-fase yang terkadang menyakitkan, dengan cinta kita akan dengan senang hati untuk menjalaninya. Tidak salah lagi, the best job is the job you loved. Jika kita mencintai sesuatu, maka kita akan bersungguh-sungguh mengeksplorasinya.

Maka, terjadilah! Kita akan dengan senang hati melakukan research dan menciptakan inovasi karena kita menyadari bahwa tidak ada buatan manusia yang sempurna dan memang fitrah seorang manusia untuk menggapai kesempurnaan hidup dan kehidupan setelah mati.

Jika saja ini terjadi pada setiap diri manusia, setidaknya di negeri ini, mungkin sejarah akan berubah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Semakin banyak pikiran, tentu prefrontal cortex tidak bisa menanganinya sekaligus. High process akan dipindahkan ke sistem limbik untuk di-proses secara background dan jika sudah terjadi, akan sulit untuk menariknya kembali ke prefrontal cortex.

Saya katakan sulit karena dua alasan. Asalan pertama masalah mood, dan kedua adalah masalah Jumping Minds1 yang kerapkali melanda akal pikiran.

Maka, salah satu cara untuk memertahankan jalur pikiran adalah dengan cara menulis. Akan lebih mudah untuk menarik proses dalam emosi melalui sebuah tulisan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[1] Jumping Minds, istilah lain dari loncatan pikiran karena proses prefrontal cortex yang berlebih


Buku Penulis
Ali Shariati : Pembawa Cahaya Revolusi Islam M. Subhi Ibrahim
Deep Thinking : Bagaimana Seorang Muslim Berpikir Harun Yahya
How We Decide Jonah Lehrer




SUMBER: JAVAMART BLOG

Bila Thread ini sangat bermanfaat buat agan sista. kalau berkenan, mohon dikasih komentar yang membangun + emoticon-Rate 5 Staratau emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Malu
Diubah oleh java.mart 27-01-2013 12:41
0
3.6K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.