Australia yang merupakan kekuatan menengah di dunia, namun dalam soal supremasi militer sedang memupuk ambisi besar mempertahankan dominasinya di kawasan Asia Pasifik. Kekuatan militer Australia yang terus berkembang seiring dengan mulainya Pentagon membuka ruang bagi AU Ausia untuk mendapatkan F-22 Raptor yang merupakan pesawat stealth dg data kerahasiaan yang sangat tinggi beserta bom pintar inersial/satelit GBU-32 dalam JDAM (The Joint Direct Attack Munition) memasukkan Australia didalamnya. Selain akan mengakusisi F-22 Raptor, Australia juga sudah memesan pesawat F-35 untuk mengimbangi kekuatan udara dengan negara2 di asia yang sebagian besar diperkuat oleh armada skuadron Sukhoi-27/30. Kekuatan udara Australia sempat goyah setelah mulai di groundednya F-111 dan sedikit bernafas lega setelah masuknya 24 unit F/A-18 Super Hornet sbg transisi ke pesawat tempur siluman F-35 pada dekade berikutnya yg ditempatkan di Pangkalan Udara Angkatan Udara Australia (RAAF) di Amberley, Negara Bagian Queensland.
Kekuatan armada laut Australia juga terbilang cukup kuat, Australia selain memiliki kapal selam Collins, juga dikabarkan akan mengembangkan armada kapal selam baru yang mampu membawa peluru kendali jarak jauh serta kapal selam kecil yang canggih. Armada bawah laut Australia sekarang diperkuat oleh sedikitnya enam kelompok kapal selam, yakni HMAS Collins, HMAS Dechaineux, HMAS Farncomb, HMAS Rankin, HMAS Sheean, dan HMAS Waller.
Dengan dukungan penuh dari negara Adidaya Amerika Serikat, tidak mustahil Australia akan mengikuti jejak dan siasat Tuannya (Amerika) sebagai Polisi Asia. Sikap dan gelagat ini juga yang memicu perlombaan senjata secara halus, khususnya dengan Indonesia. Setelah Indonesia memiliki armada Sukhoi - 27/30 kekhawatiran akan bangkitnya kekuatan udara Indonesia udah mulai disikapi dengan peningkatan anggaran militer Australia guna mempercepat pesawat F-35 menggantikan F/A - 18 Super Hornet yg dianggap blm mampu menandingi kemampuan Su-27/30 Indonesia.

f