Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

IsshikiAvatar border
TS
Isshiki
perbeda'an pengemis jepang dan indonesia
hai2 agan kali ini saya mau membahas perbeda'an pengemis dijepang ddgn pengemis indonesia moga2 kaga emoticon-Purple Repost: seblum'a jgn lupa diemoticon-Rate 5 Star
silahkan dinyimak gan


Berdasarkan data tahun 2001dari kementrian kesehatan, buruh dan kesejahteraan jumlah pengemis dan gelandangan di Jepang mencapai lebih dari 24.090 orang. Setiap tahun ribuan orang tersisih akibat kerasnya persaingan hidup dan dipaksa terlempar hidup di jalanan terlebih lagu bagi mereka yg hidup di kota besar semacam Tokyo, yg merupakan kantong gelandangan terbesar. Gelandangan atau dalam bahasa Jepang disebut homeless adalah orang yg tanpa rumah. Mereka tetap memiliki rumah walaupun sederhana yg dibangun di sudut taman (41%) atau tepi sungai (23,3%). Umumnya terbuat dari terpal atau bahan kayu sedikit permanen. Karena termasuk tempat publik maka sewaktu waktu bisa digusur.

1. Gelandangan bukan karena keturunan
Kebanyakan gelandangan di Jepang bukan karena keturunan, mereka awalnya hidup normal punya ustri, anak, rumah dan pekerjaan tetap. Kehilangan pekerjaan, dililit hutangm, melarikan diri karena alasan tertentu serta mereka yg memiliki gangguan mental adalah alasan umum dati kehidupan para gelandangan di Jepang. Kebanyakan para homeless adalah laki laki (82%) paruh baya/sudah berumur. Homeless wanita hanya sekitar 3% saja. Jumlah homeless baru dati tahun ke tahun terus bertambah. Ekonomi Jepang yg cenderung menurun mungkin adalah salah satu penyebabnya.

2. Pantang untuk meminta uang
Para gelandangan di Jepang pantang meminta uang. Jepang bersih dari pengemis dan peminta minta. Hal ini berkaitan denga budaya orang Jepang yang menganggap uang harus didapat dengan cara bekerja. Budaya Jepang umumnya tidak mengenal kata "memberi karena kasihan". Betatpun miskinnya untuk bisa hidup mereka pun tetap harus bekerja. Pekerjaan yg paling banyak dilakukan adalah mengumpulkan kardus dan kaleng aluminium bekas. Hampir setengah minuman ringan yg dijual di Jepang adalah berbahan aluminium sehingga kalengnya cukup laku. Selain keranjang sampah, mesin penjual minuman merupakan tempat wajib mereka kunjungi kadang sejumlah uang kecil mereka dapatkan disekitarnya. Uang kembalian sering tertinggal atau lupa diambil pembeli atau uang logam jatuh menggelinding di bawah kotak mesin. Pembeli biasanya malas jongkok dan mengorek ngorek untuk mengambilnya jadi ini rejeki para gelandangan. Bagi mereka yg sudah terlalu sangat miskin untuk mendorong gerobak kardus biasanya bertahan hidup dari makanan sisa yg didapat di keranjang sampah. Tempat pembuangan di sekitar rumah makan adalah tempat yg disukai.

3. Pengemis model baru
Meminta uang dalam arti menengadahkan tangan di keramaian atau di tempat umum, hampir tidak ada. Namun mereka melakukannya dengan cara rapi dan tersamar. Ada 2 cara efektif yaitu mencukur habis rambut kepala dan menyamar jadi pendeta atau rahib buddha. Dengan bermodalkan rambut botak, jubah kuning dan menengadahkan mangkuk kecil mereka bebas melakukannya dgn aman dari jangkauan hukum. Berjam jam berdiri tanpa bergerak tentu bukan pekerjaan menyenangkan, namun setidaknya masih ada orang yg mau memberi. Kemudian pengemis dengan gaya lain adalah dengan berpura pura minta sumbangan biaya pengobatan. Mahalnya biaya pengobatan di Jepang membuat cara penggalangan dana semacam ini cukup populer. Para mafiapun ikut bermain di dalamnya. Dengan bermodalkan kotak sumbangan, spanduk dan teriak, harapan mendapatkan hasil tampaknya lebih besar. Mereka umunya melakukan dgn berpasangan atau bergrup. Varian baru pengemis ini masih banyak seperti meminta sumbangan biaya perawatan anjing dll. Jumlah penggemar binatang di Jepang cukup banyak, tentu lahan usaha cukup bagus untuk memanfaatkan situasi ini. Sebagian besar dari mereka resmi dan memiliki ijin khusus sedangkan penipuan hanya sebagian kecil aja.

4. Gelandangan model baru
Satu fenomena dari golongan tanpa rumah ini adalah munculnya para homeless gaya baru. Usia relatif muda, penampilan mereka bersih, rapi atau trendi jadi sama sekali tidak tampak seperti homeless. Mereka memilih internet cafe sebagai tempat tinggal favorit. Ini disebut dengan nama "netto kafe nanmin" atau pengungsi kafe internet. Mereka tinggal di kafe internet untuk jangka waktu yg tetap dan lama. Hal itu mungkin karena hampir semua kafe internet di Jepang memilik fasilitas nyaris seperti hotel. Fasilitas yg paling dibutuhkan tentu saja shower untuk mandi, toilet dan tempat untuk tidur. Ada kursi atau sofa yang bisa dipakai untuk tidur. Untuk tempat menyimpan barang, mereka memanfaatkan jasa locker yang bisa ditemukan di stasiun. Wajar kalau hampir semua kafe internet di Jepang selalu penuh menjelang tengah malam sampai pagi. Kebanyakan dari mereka tidak memanfaatkan untuk berinternet ria tapi sebagai tempat tidur. Gelandangan model baru ini umumnya adalah usia muda yg tidak memiliki pekerjaan tetap. Kebanyakan agen pemilik rumah tidak akan bersedia melayani penyewa yg tidak memiliki pekerjaan atau gaji tetap. Dengan gaji kurang dari 2 juta yen pertahun, menyewa rumah di pusat kota tampaknya tidak mungkin

moga2 agan terhibur jgn lupa bagi emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Blue Guy Cendol (L) emoticon-Blue Guy Cendol (L)

gak trima emoticon-Blue Guy Bata (L) emoticon-Blue Guy Bata (L)emoticon-Blue Guy Bata (L)
Diubah oleh Isshiki 12-01-2013 07:11
0
5.1K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.