Arok, dedes, ametung, gandring. Legenda, intrik, mitos nya telah menjadi sebuah roman klasik tentang pertempuran politik, cinta, agama dan harta.

Banyak kisah ini telah banyak kita dengar. Tapi lebih Banyak lagi yang belum diceritakan.

Pargelaran pelengseran tahta oleh seorang rakyat.

Kutukan Mpu Gandring, pembalasan dendam. Menghidupkan klenik pada cerita politik paling megah pada sejarah kerajaan nusantara.

Perebutan gadis ayu sejagat. Anak seorang Brahman Agung. Tidak hanya menghasilkan segi yang tiga baginya, melainkan empat.

Banyak kisahnya yang dibumbui melebihi kadarnya. Kemanusiaannya yg sejati, pelajaran-pelajarannya kemudian kabur lalu berkurang makna.

Ia lah Sang Pembaharu, Pembangun Ajaran, Pembangun Negri.

AROK.

Kisah itu dimulai ketika,

Para dewa telah taruh seorang bayi pada paduraksa. Pada selembar tikar, usang! Pada gelap pagi! Kedinginan dan terus menangis.

Seorang Ki Lembung, pungut anak itu lalu ia serahkan pada istrinya yang mandul. Ini anugrah dari jagad dewa. Karunia bagi jawadwipa.

Randu alas, bayi itu besar sebagai penggembala kerbau. Kemudian lihai menggunakan garu maupun luku.

Kerbau-kerbau itu beranak pinak jadi belasan. Sawah ladang itu cukup menghidupi.

Tiada syukur dan kasih terlewat untuk Temu. Sampai suatu ketika. Ia sering serahkan penggembalaan ternaknya pada kawan yang dipimpinnya. Ia tinggalkan mereka untuk bertualang.

Dari petualangannya ini ia mengenal kekejaman pasukan tumapel. Sekali ia saksikan seorang anak dirampas kambing kesukaannya. Sekali pernah ia saksikan seorang gadis di arak ke hutan oleh empat prajurit. Mereka ganggui pasukan-pasukan itu, mereka lempari batu biar urung mencabuli.

Hingga suatu waktu, ia pulang dari petualangannya dan mendapati teman dan ternaknya tercerai berai. Salah satu ternaknya dimakan singa.

Ki Lembung kecewa, Temu pun malu. Tak ia bisa menjaga amanah. Sejak itu ia tak pernah kembali.

Ia kembali mengabdi pada perlawanannya pada Tumapel.

Apa yg salah dari merampok dari apa yang telah dirampok daripada kita? Ia lah yang sering kita sebut penyamun, ia lah Arok. Seorang anak Ken Endog, yg tak pernah mengenal kasihnya. Besar di jalanan, yg secara lurus dapat melihat Karangksetra sekarat dilintahi seorang penggada kayu dari tumapel.

Lantas memimpin anak seusianya, belasan tahun, menyamum rombongan upeti, merampas kembali saga dan catak milik emak bapak.

Tak mereka kembalikan saga catak itu pada orang kampung, mereka simpan baik-baik. Untuk biayai perjuangan mereka. Kalahkan Tumapel.

Namun, pada suatu kali penyerangan, keraguan akan rencana membuatnya terpaksa lari dikejar bidak tumapel. Kocar kacir.

Dilihatnya sawah, ada empat anak seusianya sedang mencangkul. Ia sambar satu cangkul, ikut menyawah. “Ia sudah kerja yang baik kau disana, nak.” Pekik seorang tua.

Pasukan-pasukan itu pengejar itu sampai di sawah. “Siapa saja mereka?” “Ia anak-anakku.” Pasukan itu kemudian terus berlari kembali.

“Terima kasih bapak.” Si tua itu kemudian diam, terpana pada mata itu. Mata parasyu Hyang Ganesya. “Masuklah kau ke rumah, minta pada ibu sepiring nasi.”

Si tua itu mengangkatnya anak. Kini Temu berbapak Ki Bango Samparan.

Lanjut tahun, Temu banyak memberi keberuntungan bagi tua pemain dadu itu. Ia kasihi anak itu bagai tambang emas.

Tak ia bagikan kesenangan pada anak kandungnya, melainkan hanya pada Temu. Inilah yang akan mengusirnya dari keluarga keduanya itu.

Di desa itu ia kenal pada Tanca, senopatinya. Seorang yg setia dan cerdas. Ia ajak Tanca menghadap Tantripala, seorang Mahasiddha. Untuk berguru.

Paramasastra Jawa, Sansekerta mereka pelajari bersama. Hanya saja Temu lebih baik. Maka padanya diajarkan kemudian atman dan brahman.

bersambung. 11/01/2013

-11/01/2013-
Yoga tantri, mencapai nirwikana. Sebuah ajaran brahman dari Yogi Samyanatera dua ratus tahun sebelumnya.

Darana, konsentrasi dengan pandangan mata.

Pratyahara, bebas dari pengaruh luar diri sendiri.

Berlatih sekaligus pengaturan nafas, pranayama.

Ketiganya untuk mencapai ekagrata.

Semua yg dipelajari gurunya dalam tiga tahun, ia kuasai dalam seminggu.

Ilmu terlarang ini memungkinkan manusia dan benda akan bergerak menurut cipta dan berubah menurut karsanya.

bersambung di 13/01/2013

13/01/2013

Dengan dikuasainya Yogin, Tantripala mengirimnya kepada Lohgawe. Untuk mempelajari Yama, penyeimbang, larangan.

Sambil terus memimpin perampokan dari kereta-kereta upeti. Ia, Temu terus lanjutkan pelajarannya untuk melewati tingkat cikil, wasi, resi dan bagawan.

Sampai ia diluluskan oleh gurunya itu. Ia digelari Arok, Sang pembaharu. Ialah yang direstui kaum brahmana untuk menjolok Sri Baginda Kretajaya yang lupa orang kecil. Raja yang perlu diingatkan bahwa keluarganya telah membolak balik keagungan dewa-dewa.

Arok, dengan api Hyang Bathara Guru dalam dada, ketajaman parasyu Hyang Ganesya, keperkasaan Hyang Durga Mahisasuramardini, di daulat sebagai harapan baru pembangun negeri.

bersambung 15/01/2013

-16/01/2013- (sorry kemaren ga sempet)

Mungkin sudah kehendak dewa, Tunggul Ametung menimbulkan masalah. Kediri geram, meminta nyawa penggada kayu nya sebagai pengganti. Cuma saga emas yang dapat menyelamatkannya.

Ametung memutar otak untuk menyanggupi. Ia putuskan merampok cawan emas dari kuil-kuil brahman, ia bunuhi pandita-pandita itu.

Sebuah alasan menyatukan para brahman, dan menunjuk Arok sebagai pemegang mandat kebenaran dan keadilan.

Maka dimulailah kudeta pertama dalam sejarah Bumi Nusantara ini.

17/01/2013
Pada saat itu, pemberontakan Arok telah mengepung utara, selatan dan barat Tumapel.

Anak-anak yang dulu dipimpimnya. Telah mengobarkan perlawanan yang memusingkan Sang Akuwu.

Pada setiap daerah, rakyat membela pemberontakan ini. Tak hayal, Sang Akuwu tak mampu meredam upeti-upetinya. Karena tak ada informasi.

Pernah ia sekali jumpai musuhnya ini. Itupun dipegunungan, tentara berkudanya tak berkutik. Pulang menanggung geram karena diusir oleh seorang satu, yang mengenakan jubah Maha Mahisasuramardini.

Sedemikian takutnya, sehingga Sang Akuwu meminta bala pada kaum yang dimusuhinya, Dyang Hyang Lohgawe.

Ini lah awal, ini adalah simpul licik dan cerdik-rakus yang akan dicekik mati atas nama keadilan. Kebenaran.

21/01/2013

Arok, diperintahkan Sang Guru untuk membantu Ametung menumpas pemberontakan. Ya pemberontakannya sendiri.

Atas restu Guru, dan sebuah petunjuk :

“mungkin kau lupa. Jatuhkan Tunggul Ametung seakan tidak karena tanganmu. Tangan orang lain harus melakukannya. Dan orang itu harus dihukum berdasarkan bukti tak terbantahkan. Kau mengambil jarak secukupnya dari peristiwa itu.”

Arok berangkat bersama Ametung memainkan sandiwara peperangan bersama patih-patihnya. Tiada korban selain pasukan Tumapel sendiri.

Kemenangan Ametung yang didapat bukanlah miliknya, ia tiada sadar yang berkurang justru prajurit setianya. Dalam kesatuannya semakin banyak masuk prajurit Arok.

Hal ini yang disadari patih-patih Tumapel, termasuk Kebo Ijo.

22/01/2013
Kejelian patih-patih Ametung ini yang dimanfaatkan oleh Arok. Tak sampailah laporan tentang kesatuan Tumapel pada Akuwunya.

Kerakusan dan kelicikan patih-patih Tumapel telah lama dikenal Arok. Dan kali ini ia memiliki senjata pamungkas, Dedes.

Dari pramesywari ini, ia ketahui Gandring dan Kebo Ijo berkomplot untuk tahta Tumapel. Dan bermaksud jadikan Dedes pramesywarinya nanti.

Semua kartu telah terbuka. Tinggal menunggu waktu.
bersambung gan...

sumbernya disini gan. cek tkp yah

MAHA_Nusantara
atau bisa tungguin update terbarunya via twitter FOLLOW dulu @MAHA_Nusantara

Salam Nusantara