Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ponadiAvatar border
TS
ponadi
MISTERI SEBUAH LUKISAN WAJAH
By :: D.y. Witanto
Cerita ini hanya sebuah fiksi belaka, jika ada nama dan tempat yang kebetulan sama, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya...


Hari ini adalah hari yang paling menyenangkan bagi Heru karena ia akan memulai petualangan baru sebagai dokter PTT di sebuah daerah terpencil di pulau paling ujung Republik Indonesia... sebetulnya daerah itu tidak begitu asing bagi Heru karena sejak mulai sekolah dulu ia sering menyanyikannya dalam sebuah bait lagu "dari Sabang sampai Merauke" hanya saja ia belum pernah menginjakan kakinya ditanah rencong itu karena sebelum tahun 2004, Aceh termasuk daerah yang menyeramkan oleh adanya konflik bersenjata dan peristiwa tsunami yang telah menelan korban sampai ratusan ribu jiwa .

Heru mengawali berangkatannya dari Bandara Sukarno Hatta, ia memegang sebuah tiket pesawat Lion Air jurusan Jakarta-Banda Aceh... matanya melirik jarum jam pada arloji yang menempel ditangannya, lalu setelah mengambil boarding pas di salah satu loket bandara ia kemudian menaiki tangga berjalan menuju sebuah ruangan di lantai atas, cukup lama Heru duduk termenung di ruang tunggu bandara, sesekali ia membuka lembaran koran yang sejak tadi dipegangnya.

Kurang lebih satu jam, sebuah pesawat terlihat medekati pintu pemberangkatan, lalu tidak berapa lama kemudian seorang petugas Angkasa Pura memberikan pengumuman "bagi para penumpang pesawat Lion Air penerbangan Jakarta-Banda Aceh dipersilahkan memasuki pintu pemberangkatan" Heru kemudian bergegas memasuki koridor yang ditunjukan oleh petugas bandara, ia duduk di kursi nomor 25A berdampingan dengan seorang ibu dan satu orang anaknya.
*****

Selepas menempuh perjalanan udara selama kurang lebih 3 jam seorang pramugari memberi peringatan agar para penumpang kembali mengenakan sabuk pengaman karena sesaat lagi pesawat akan tiba di Bandara Iskandar Muda Banda Aceh, cuaca hari itu sangat cerah, hingga perjalanan terasa begitu nyaman... Setelah melayang-layang mengitari wilayah Banda Aceh akhirnya pesawat itu mulai menurunkan ketinggiannya sedikit demi sedikit sampai akhirnya terdengar sentuhan ban dengan landasan bandara... pesawat yang membawa Heru mendarat dengan mulus di Bandara Iskandar Muda Banda Aceh.

Diluar bandara ia menyetop sebuah taksi gelap karena tidak terlihat ada argo yang terpasang disitu, "mau ke kota ya Bang?"... "ke pelabuhan berapa Bang" jawab Heru... "biasa aja bang limpul" Heru terlihat kebingungan mendengar jawaban itu... menyadari orang yang diajak bicaranya tidak mengerti, si sopir taksi tersenyum sambil berkata "maksudnya lima puluh ribu Bang" "oohh...begitu" sahut Heru sambil membuka pintu taksi... perjalanan itu menempuh waktu kurang lebih empat puluh lima menit untuk sampai pelabuhan penyebrangan.

Terik matahari di kota Banda Aceh begitu terik menggigit kulit hingga Heru harus beberapa kali mengusap keningnya yang basah dengan keringat, namun perjalanan itu cukup menyenangkan bagi Heru karena ia sempat melihat Mesjid Raya Baiturrahman yang selama ini hanya bisa dilihatnya di televisi, ia juga melewati pemakaman masal korban tsunami... hampir satu jam perjalanan telah ditempuh akhirnya sampailah di sebuah pelabuhan yang cukup besar, di pintu gerbang pelabuhan itu tertulis "Pelabuhan Penyebrangan Ulee Lhee" sebuah nama yang aneh bagi Heru, mungkin nama itu diambil dari bahasa Aceh.

Setelah turun dari taksi Heru kemudian bergegas masuk ke ruangan utama pelabuhan itu, terpampang di papan informasi jadwal-jadwal keberangkatan kapal menuju ke Sabang, ia kemudian melihat jam tangannya ternyata keberangkatan terdekat masih menyisakan waktu setengah jam lagi.. Heru menuju ke loket penjualan tiket... "kelas bisnis satu mba" kata Heru sambil menyerahkan uang seratus ribuan... dengan cekatan petugas tiket itu memberikan sebuah tiket dengan uang kembalian sebesar 20 ribu kepada Heru.

Setengah jam kemudian para penumpang terlihat mulai masuk satu persatu ke dalam kapal... Heru menyempatkan untuk mengambil gambar suasana di pelabuhan itu, sebuah nama terpampang pada badan kapal di hadapannya "Pulo Rondo" nama yang unik karena menurut bahasa jawa "rondo" itu adalah perempuan yang telah bercerai dengan suaminya... Begitu masuk ke dalam kapal terlihat ruangan yang cukup mewah, Heru naik ke ruangan di atas sesuai petunjuk yang tertera bagi penumpang dengan tiket kelas bisnis.

Tidak berselang lama kapal itu mulai beranjak dari tempatnya, petugas pelabuhan melepas tambang pengikat kapal... Heru yang tadinya duduk di dalam mulai merasa tidak puas, lalu ia berjalan ke arah pintu belakang dimana terdapat sebuah pintu menuju ke ruangan terbuka, disitu ada beberapa kursi yang disiapkan bagi penumpang yang ingin menikmati suasana di luar... sungguh pemandangan yang indah sekali ketika Heru memandang ke sekelilingnya terlihat hamparan pulau-pulau kecil yang mengitari laut...

selama menempuh perjalanan, laut begitu tenang hamparan air membentang bagaikan kilauan kaca berwarna biru, perahu-perahu nelayan yang sedang menangkap ikan terlihat disekeliling laut menambah keindahan panorama alam bumi serambi mekah saat itu, terkadang sesekali terlihat beberapa ikan lumba-lumba berloncatan mengejar laju kapal, suasana indah itu telah menelan sirna segala keraguan tentang seramnya wilayah Aceh di saat konflik.

Satu jam Heru menikmati perjalanan itu, mulai terlihat dari kejauhan sebuah pulau yang tidak lebih besar dari Nusakambangan, wilayah pantai pulau itu berliku-liku membentuk teluk-teluk yang menjorok ke daratan, perlahan-lahan kapal yang dinaikinya mulai mendekati pulau itu, dari kejauhan terlihat sederetan perahu-perahu nelayan yang tertambat di bibir pantai... di sekitarnya terlihat sebuah dermaga yang tidak terlalu besar, namun cukup lapang untuk menambatkan kapal-kapal seukuran roro... tidak berselang lama kapal itu berhasil merapat di bibir dermaga, lalu dengan cekatan para petugas pelabuhan menarik tambang pengikat kapal dan menambatkannya di pilar besi yang telah tersedia.

Satu persatu penumpang kapal Pulo Rondo mulai keluar dari arah pintu samping, cukup banyak jumlah penumpangnya saat itu, mungkin karena bertepatan dengan musim berkunjung para wisatawan... Heru termasuk dalam barisan terakhir yang keluar dari kapal... terlihat tergopoh gopoh membawa sebuah kopor besar dan sebuah tas jinjing, kepalanya terasa agak pusing mungkin ia belum terbiasa dengan perjalanan laut.

Terminal pelabuhan itu begitu ramai dipenuhi oleh para wisatawan yang melancong, ternyata Sabang adalah daerah wisata yang cukup banyak diminati oleh turis-turis mancanegara, hal itu terlihat begitu banyak orang-orang bule yang berkunjung ke kota Sabang... Sebuah plang besar terpampang di mulut pelabuhan bertuliskan "selamat datang di wilayah syariat Islam Kota Sabang... mungkin tulisan itu yang membuat perempuan-perempuan yang berkunjung ke wilayah itu menutupi bagian rambutnya dengan sehelai kain.

Heru terlihat bagai orang yang sedang kebingungan, ia sibuk menoleh kekanan dan ke kiri... tiba-tiba seorang laki-laki menghampirinya "mau ke kota ya bang?"... "oh iya... tolong saya diantar sampai ke penginapan ya" jawab Heru... Orang itu mengangukan kepalanya, lalu Heru mengikuti langkah laki-laki itu menuju sebuah mobil L 300... tanpa banyak bertanya Heru langsung memasuki mobil itu... "Perimisi bu" sahut heru kepada salah seorang ibu yang kakinya melintang di depan pintu mobil... Ibu itu cuma menoleh kemudian dia menarik kakinya... Heru langsung menuju ke kursi paling belakang... Cukup lama Heru menunggu di dalam mobil, rupanya mobil itu masih menunggu dua orang penumpang lagi agar benar-benar penuh... Terasa begitu sesak dan panas dalam mobil itu, hingga Heru terpaksa harus merelakan koran yang dibelinya ketika untuk mengipas-ngipasii badannya... Terlihat dari arah depan dua orang menuju mobil tersebut diiringi oleh si sopir... "hayo kita berangkat"... teriak si sopir... Tidak lama kemudian mobil melaju kencang meninggalkan pelabuhan.

Perjalanan menuju ke kota ternyata cukup jauh, sepanjang jalan di kiri dan kanan hanya terlihat pohon-pohon kelapa yang melambai-lambail tertiup angin... Kurang lebih 10 kilometer jarak dari pelabuhan ke pusat kota Sabang, setelah setengah jam perjalanan nampak di depan sebuah gapura besar yang menunjukan bahwa kota Sabang telah di depan mata, satu persatu penumpang turun dari dalam mobil, hanya tinggal beberapa orang saja yang masih tersisa... "bang mau ke penginapan mana?" si sopir terdengar bertanya dari depan "ke penginapan mana aja Bang yang penting dekat dengan rumah sakit umum" jawab Heru... Oya nanti ada penginapan di depan simpang tiga rumah sakit" sambil tangan si sopir itu menunjuk ke depan... Tidak berapa lama mobil tersebut belok ke sebuah pekarangan rumah... "nah ini bang penginapannya" Heru kemudian bergegas turun dari mobil, "berapa bang" tanya Heru... "tiga puluh ribu" lalu Heru menyodorkan uang pas kepada si sopir.

Diubah oleh ponadi 03-01-2013 10:23
nona212
nona212 memberi reputasi
1
3.8K
23
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.