Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Militer
  • [India nantang China?] India serta Cina makin tegang soal perairan

blue.daning2000Avatar border
TS
blue.daning2000
[India nantang China?] India serta Cina makin tegang soal perairan
India serta Cina makin tegang soal perairan
2012-12-31

http://apdforum.com/id/article/rmiap...ia-china-water


Analisis oleh Martin Sieff




Kekhawatiran meningkat antara India dan Cina dalam hal penggunaan perairan Sungai Brahmaputra. Masalah tersebut hanya merupakan ujung dari masalah besar yang dapat membenihkan persengketaan serta ketegangan antara dua negara berpopulasi terbesar di dunia ini.

Kedua negara tersebut berjuang untuk mengendalikan sumber daya air yang mulai menipis, yang mengalir dari Pegunungan Himalaya dan dataran tinggi Tibet, yang penting bagi pertumbuhan ekonomi, kemakmuran, serta ketahanan hidup populasi besar kedua negara ini.

Selain dari dua nota kesepahaman [MOU] lisan tidak jelas yang telah dinegosiasikan selama 12 tahun terakhir, tidak terdapat negosiasi serius apa pun antara India dan Cina, yang mengarah pada kesepakatan pembagian sumber daya air yang mengalir dari wilayah tersebut.

India memantau aliran air Sungai Brahmaputra melalui negara bagian Arunachal Pradesh, untuk memeriksa klaim Cina yang menyatakan tidak membangun bangunan apa pun pada wilayah hulu sungai mereka demi mengendalikan ataupun mengalihkan aliran, demikian ungkap Shive Shankar Menon, Penasihat Keamanan Nasional pada tanggal 4 Desember, dalam kunjungannya ke Beijing, yang dikutip oleh Hindustan Times.

Brahmaputra merupakan salah satu sungai terbesar di Asia. Sungai ini bermula dari Tibet dan mengalir ke Arunachal Pradesh serta Assam, sebelum akhirnya mengalir ke Bangladesh. Cina sedang membangun bendungan PLTA pada sungai di Tibet dan telah meyakinkan India, bahwa bendungan tersebut tidak akan mengurangi debit air sungai ke arah hilir. Namun India tetap khawatir. Menon mengatakan kepada para wartawan India, bahwa masalah ini tetap merupakan hal yang sensitif serta emosional bagi kedua negara, demikian tulis Hindustan Times.

“Kami mengukur debit air,” demikian ungkap Menon. Namun dia mengakui bahwa Cina tidak membangun bangunan yang mengurangi ataupun mengatur debit air ke arah hilir.

Namun, Menon bertanya, apa yang akan terjadi “jika mereka [Cina] menahan air dan kemudian membebaskannya secara tiba-tiba?”

“Ini hanya [situasi] dugaan saja namun mungkin saja mereka akan melakukannya. Sejauh ini semua baik-baik saja. Sejauh ini debit [air] sesuai dengan normal. Mereka [Cina] mengatakan bahwa mereka tidak melakukan apa pun yang dapat mempengaruhi debit,” demikian kata Menon. “Kami akan terus memantau mereka soal ini, karena ini merupakan masalah sensitif.”

Pejabat India dan Cina mendiskusikan batasan dan perairan


Penasihat keamanan India mengadakan temu wicara dengan para pejabat Cina, mengenai potensi konflik atas perairan dan persengketaan perbatasan wilayah, selama kunjungan dua harinya. Dia berkata bahwa terdapat perolehan kemajuan dalam menyelesaikan persengketaan perbatasan yang telah lama berlangsung, melalui cara yang "adil, masuk akal, serta diterima bagi kedua belah pihak”. Setelah enam jam berdiskusi, akhirnya dia memperoleh "pemahaman setara" dengan lawan bicaranya dari pihak Cina, Dai Bingguo.

Namun Menon menyebutkan bahwa masalah perbatasan tersebut masih "kompleks, ini adalah masalah yang telah ada sejak lama; dan sifatnya sensitif secara politik bagi kedua pihak, kita harus berusaha untuk mengatasinya.”

Kekurangan air diduga akan mengarah ke krisis


Cina mengajukan pembangunan bendungan di Tibet, pada Yarlung Tsangbo, sungai besar tertinggi di dunia, yang mengalir ke India dan menjadi Brahmaputra. Proyek ini akan memberi Beijing kendali terhadap pasokan air bagi lebih dari 90.000 kilometer persegi wilayah yang dikendalikan oleh India, sementara Cina mengklaim kedaulatan, demikian menurut laporan International Herald Tribune [IHT] pada 18 Desember.

“Kelangkaan air mungkin adalah salah satu risiko terbesar bagi investor di Cina dan India,” demikian ungkap Lucy Carmody, direktur eksekutif firma penasihat investasi Responsible Research, yang berbasis di Singapura, kepada IHT. “Terdapat banyak potensi konflik perbatasan.”

Suatu studi pada tahun 2010 yang dilakukan oleh Group Strategic Foresight [SFG] dari India di Mumbai, yang berjudul, “The Himalayan Solutions [Solusi Himalaya]” memperingatkan bahwa “dalam 20 tahun ke depan, keempat negara di sub-wilayah Himalaya [India, Nepal, Cina, dan Bangladesh] akan menghadapi berkurangnya air tahunan yang dapat diperbarui, sebesar hampir 275 miliar meter kubik. Sebagai perbandingan, ini lebih dari jumlah total air yang tersedia di ... Nepal pada saat ini.”

Wilayah ini diirigasi oleh empat sungai terbesar di dunia – Yangtze, Indus, Gangga, dan Brahmaputra. Namun, sesuai dengan apa yang disebutkan Times of India dalam laporannya pada bulan Desember 2010, “Masalahnya adalah, semua sungai ini berawal dari Dataran Tinggi Tibet, dan akan sangat terpengaruh oleh gletser yang mencair.”

Laporan SFG memperingatkan bahwa pada dekade-dekade mendatang, kelangkaan air di wilayah tersebut pada akhirnya akan menghasilkan efek keseluruhan yang menghancurkan dalam produksi pertanian, pembangkit listrik, ketersediaan pangan, dan penghidupan. Tidak terelakkan lagi bahwa krisis ini akan mendorong negara-negara besar di wilayah tersebut untuk mencoba meraih dan mempertahankan kendali atas sumber daya air yang langka bagi rakyatnya sendiri, demikian pernyataan laporan tersebut.

Kesepakatan berisi batasan tegas


India memiliki kesepakatan bilateral dengan Nepal dan Bangladesh untuk bersama-sama menggunakan Sungai Mahakali, serta untuk membagi perairan Sungai Gangga. Namun Pakistan mengeluh mengenai penggunaan air hulu sungai yang dilakukan India pada sungai Indus di Jammu dan Kashmir, dan India juga tidak memiliki kesepakatan tegas ataupun rinci mengenai pembagian perairan dengan Cina.

Dua MOU antara Cina dan India dalam hal kerjasama perairan hanya terbatas pada berbagi data hidrologis musim banjir sungai Yarlung Tsangpo/Brahmaputra, serta sungai Sutlej/Langquin Zangbu. Dalam jangka panjang, persaingan kendali antara India dan Cina dalam hal pembagian utama sumber daya air Himalaya beserta sungai yang mengalir darinya, kemungkinan akan menjadi masalah internasional yang penting.

Pada tahun 2025, populasi dunia yang telah melampaui 7 miliar jiwa pada bulan Oktober 2011 menurut pengkajian Perserikatan Bangsa-Bangsa, diproyeksikan akan bertumbuh sekitar 1 miliar jiwa lagi. Pada tahun 2023, tuntutan air di India saja diperkirakan akan berlipat menjadi 1,5 triliun meter kubik per tahunnya.





BERSAMBUNG..........
Diubah oleh blue.daning2000 05-01-2013 04:18
0
8.5K
48
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer
MiliterKASKUS Official
20KThread7.3KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.