Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • (Just sharing) Setelah 10 tahun merokok akhirnya saya bisa berhenti

mrafigfAvatar border
TS
mrafigf
(Just sharing) Setelah 10 tahun merokok akhirnya saya bisa berhenti


Maksud dari cerita ini adalah sekedar berbagi pengalaman saja dengan agan-agan. Bukan mau mengajak untuk berhenti merokok, karena berhenti merokok tidak akan berhasil hanya dengan sebuah ajakan dan seruan. Merokok itu ibarat keyakinan. Kita tidak akan gampang mengubah keyakinan kita hanya dengan sebuah ajakan. Merokok itu perilaku dan kebiasaan yang kompleks. Di dalamnya ada aspek ekonomi, kepercayaan diri, ketenangan, solidaritas, ide kreatif, gaya hidup dan seabrek aspek kehidupan lainnya yang juga dimiliki oleh orang yang tidak merokok.

Jadi ketika orang memutuskan berhenti merokok, itu bukan hanya karena urusan kesehatan atau ekonomi saja yang jadi pertimbangan, tetapi juga harus memikirkan aspek-aspek lain seperti: hilangnya kebiasaan tangan memegang rokok, hilangnya perasaan tenang ketika merokok, hilangnya citra percaya diri ketika merokok, hilangnya kesan solidaritas dan pertemanan ketika merokok, hilangnya keyakinan bahwa rokok memberikan kenikmatan dan rasa kehilangan lain yang akan menghantui. Bukan masalah kesehatan atau masalah ekonomi semata-mata, tapi justru perasaan-perasaan kehilangan itulah sebenarnya yang paling berat yang akan dihadapi ketika orang memutuskan untuk berhenti merokok.

Saya mencoba memutuskan berhenti merokok sebulan yang lalu, tepat lima menit setelah saya membeli sebungkus rokok kesukaan. Ketika itu iseng-iseng browsing dengan menggunakan HP yang nyasar ke situs “detik health” dan mendapatkan judul berita begini: “Paimin (bukan nama sebenarnya) diganjar penyakit paru-paru kronis yang tidak bisa sembuh akibat dari kebiasaan merokok selama 30 tahun .” Tapi apakah berita itu yang membuat saya memutuskan berhenti merokok? Jawabannya tentu saja bukan. Karena kita semua sudah tahu akibat buruk dari merokok. Bahkan di dalam bungkus rokok pun jelas-jelas ditulis apa akibat dari merokok bagi kesehatan. Tapi ibaratnya kebiasaan, semakin kita tahu efek dari merokok dan semakin kita sering membaca peringatan pada bungkus rokok tersebut, malah semakin kebal kita dari peringatan. Juga semakin pintar kita berargumen dan berlogika untuk meneruskan kebiasaan merokok kita.

Saya memutuskan berhenti merokok bukan semata-mata karena tahu masalah kesehatan yang akan ditimbulkan akibat merokok setelah saya membaca artikel kesehatan yang saya temukan, tapi karena saya merasa TERTANTANG UNTUK MENCARI ALTERNATIF DARI PERASAAN-PERASAAN KEHILANGAN YANG AKAN MENGHANTUI SAYA KETIKA BERHENTI MEROKOK. Ini bukan urusan kesehatan, tapi urusan perasaan. Ini bukan urusan ekonomi tetapi urusan psikologi. Ini bukan urusan keluarga yang akan mendukung berhenti merokok, tapi ini urusan mengubah citra dan jati diri saya. Itu yang pertama dan yang utama alasan mengapa saya bisa berhenti merokok.

Dalam prakteknya, kemudian saya menerapkan “hukum kebalikan” setelah memutuskan untuk mulai berhenti merokok. Jika pada pagi hari saya biasa merokok, maka sekarang saya ganti dengan meminum susu dan jus. Jika biasanya saya merokok setelah makan, maka saya menggantinya dengan makan buah. Jika saya biasanya merasa bangga ketika merokok, maka sekarang saya justru merasa bangga dengan tidak merokok. Jika biasanya saya juga merokok sebagai bentuk solidaritas ketika berkumpul dengan teman perokok, maka sekarang saya menunjukan solidaritas dengan tidak merokok di depan para perokok tanpa harus meminta mereka mematikan rokoknya. Jika dulu saya tidak merasakan perbedaan kesehatan ketika merokok, maka sekarang saya yakinkan dan pastikan bahwa kesehatan semakin membaik. Jika dulu saya selalu mengikuti kebiasaan akibat dari merokok, maka sekarang saya berusaha membunuh kebiasaan tersebut dan menggantikannya dengan kebiasaan-kebiasaan baru.

Jadi intinya, kita tidak akan berhasil berhenti merokok jika hanya berangkat dari kesadaran bahwa merokok itu merugikan. Tapi justru kita harus berusaha untuk mencari dan menerapkan "kebiasaan alternatif" dari berbagai kebiasaan ketika kita merokok dengan cara menerapkan “hukum kebalikan”. Kebiasan yang hilang harus segera diisi dengan kebiasaan baru. Jangan biarkan kebiasaan yang hilang tersebut tanpa pengganti, karena hal itu akan menarik kembali kebiasaan lama ketika kita masih merokok. Jadi menurut saya, masalah BERHENTI MEROKOK adalah masalah MENGGANTI KEBIASAAN.

Semoga ini bisa menginspirasi agan-agan semua....
Spoiler for kesadaran publik:



Diubah oleh mrafigf 20-12-2012 01:39
rizkiprajnasiwi
rizkiprajnasiwi memberi reputasi
1
5.7K
101
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.