- Beranda
- The Lounge
SEBENERNYA KITA BUKAN LIVERPUDLIAN (Buat Fans Liverpool Masuk)
...
TS
Grandtech
SEBENERNYA KITA BUKAN LIVERPUDLIAN (Buat Fans Liverpool Masuk)
Permisi agan sista semua, moga-moga gak . Mohon maaf klo threadnya kurang bagus gan ini thread pertama ane.
Langsung aja:
Berawal dari postingan teh Dhini Renata yang
mengoreksi kesalahan penggunaan istilah Liverpudlian untuk menyebut
pendukung LFC, diskusi kemudian berkembang menjadi suatu
pembahasan yang menyeluruh tentang kata Liverpudlian itu sendiri. Albert
Shadrach, salah seorang member BIGREDS pun urun informasi yang
kemudian menjadi ide awal dibuatnya dokumen ini. Diharapkan dokumen ini
dapat memberikan pengetahuan yang baik bagi anggota grup ini.
Berikut adalah kutipan informasi dari bungAlbert dengan sedikit penyesuaian
alinea:
Sumber : http://www.facebook.com/groups/67494...138912616989/.
Moga-moga berkenan untuk
Sukur-sukur dapet yang IJO [/QUOTE]
Langsung aja:
Berawal dari postingan teh Dhini Renata yang
mengoreksi kesalahan penggunaan istilah Liverpudlian untuk menyebut
pendukung LFC, diskusi kemudian berkembang menjadi suatu
pembahasan yang menyeluruh tentang kata Liverpudlian itu sendiri. Albert
Shadrach, salah seorang member BIGREDS pun urun informasi yang
kemudian menjadi ide awal dibuatnya dokumen ini. Diharapkan dokumen ini
dapat memberikan pengetahuan yang baik bagi anggota grup ini.
Berikut adalah kutipan informasi dari bungAlbert dengan sedikit penyesuaian
alinea:
Spoiler for LFC:
LIVERPUDLIAN ADALAH BERARTI WARGA KOTA LIVERPOOL. Tidak ada satupun quotes/ merchandises/chants/ yells resmi LFC ygmenyebutkan kata "Liverpudlian" yang merujuk kepada arti supporter. Dan supporter LFC disebut KOPITE (dibaca:Kopayt), sedangkan bentuk jamaknya adalah KOPITES (dibaca: Kopayts). Lantas dari manakah semua kesalah-kaprahan ini berasal?
Dalam chant "Poor Scouser Tommy",ada lyrics: "Oh, I am a Liverpudlian.
And I come from The Spion Kop". Inilah awal mula kesalah-kaprahan
tersebut di INDONESIA. Apa? Di Indonesia?
Ya, benar, hanya di Indonesia saja kita mendengar pendukung LFC menyebut
diri Liverpudlian. Di negara lain tak ada yang salah kaprah, mereka menyebut
diri mereka KOPITES. Adapun makna dari lyrics tadi: si Tommy ini adalah
prajurit Inggris yang dikirim ke Libya. saat Perang Dunia II. Dan disetiap DogTag akan tertera dari Divisi manakah dia, dan dicantumkanlah bahwa dia
berasal dari divisi di kota Liverpool. Itulah sebabnya sebelum tewas, dia
berkata bahwa dia adalah seorang Liverpudlian (warga kota Liverpool).
Namun, kecintaannya terhadap LFC membuat Tommy yang sedang sekarat
pun tetap bangga mengaku sebagai seorang KOPITE (supporter LFC),
dengan berkata bahwa dia tak hanya sebagai warga kota Liverpool semata,
melainkan dia berasal dari The Spion Kop, The Spion Kop (salah satu tribun di
stadion Anfield yang paling bawelngchants pada saat itu).
Dengan keterbatasan informasi di Indonesia, terutama di era 1970 - awal
1980 an dimana kaum muda hanya mengenal sepakbola luar negeri
melalui Dunia Dalam Berita, dan pertandingan final sepakbola hanya
sesekali ditayangkan secara langsung oleh TVRI di pertengahan 1980 an,
ditambah dengan lebih mudahnya menghafal kata Liverpudlian (karena memiliki susunan huruf yang mendekati Liverpool) dibandingkan
"Kopites", dan ditambah dengan tingkat kesalah-kaprahan yang tinggi
didalam penggunaan kata di masyarakat Indonesia, membuat
penyebaran kesalahan makna "Liverpudlian" ini menjadi semakin
cepat, dan malah menggeser Kopites sebagai istilah yang benar. Apalagi
kemudian diperparah pula dengan watak kita semua yang "udah salah,
ngotot pula". Dan juga watak "membiarkan kesalahan berlanjut
karena gak mau repot", dan juga watak "berkelakar-bercanda diseputar
kesalahan".
Akhirnya pada saat pertengahan 1990 an dimana persaingan TV Swasta mulai merebak, mengakhiri kejayaan tunggal RCTI dengan Decoder-nya, maka muncullah ide untuk menayangkan
secara langsung pertandingan sepak bola Liga Inggris oleh salah satu
Direktur Utama TV saat itu. Dan sipresenter pertandingan di TV
Indonesia kerap menyebut kata "Liverpudlian" saat dia berceloteh
mengenai supporter LFC. Pengaruh media sangatlah luas, dan
akhirnya mencuci otak para anak muda yang rata2 SMA atau baru masuk
kuliah saat era pertengahan 1990 an itu. Mereka2 ini kerap berkumpul
sepulang kuliah dan akhirnya semakin meluas pula kesalahan penggunaan
kata "Liverpudlian" ini. Saat bertemu orang lain yang menggunakan t-shirt/
atribut LFC, akan dengan ramah disapa: "oh, kamu Liverpudlian juga
yah?" yang semakin membuat penggunaan ngaco ini berlanjut.
Hingga puncaknya adalah Twitter
dimasa kini.
Lantas, dari manakah istilah KOPITES itu berasal?
Ya, tepat. Rujukan kata itu bersumber dari THE KOP, atau The Spion Kop
(salah satu tribun di stadion Anfield). Awalnya, penggunaan istilah Kopites ini
disematkan kepada orang2 keturunan Scandinavia, terutama buruh-buruh
kapal Norwegia, yang banyak berlabuh di Liverpool. Mereka ini lebih kasar,
pemabuk, namun lebih "garis keras" dalam mendukung tim sepakbola
(saatitu Everton lebih diminati oleh Liverpudlian -- warga kota Liverpool --
dibandingkan tim sekota yg baru muncul, LFC). Sedangkan penggunaan
istilah The Kop ini bersumber dari penghargaan terhadap prajurit korban
Second Boer War, dimana banyak prajurit Inggris yang tewas berasal dari
kota Liverpool.
Nah, pada perkembangannya, LFC tampak lebih menarik untuk disimak,
sehingga para Liverpudlian (warga kota Liverpool) mulai menyematkan istilah
KOPITES kedalam diri mereka, karena mereka turut melebur kedalam
suasana mendukung LFC. Dan seiring dengan perjalanan waktu, sejarah
demi sejarah ditorehkan oleh LFC, akhirnya muncullah sebutan bagi para
supporter LFC yang non - Liverpudlian, bukan warga kota Liverpool, dengan
sebutan WOOLS. Julukan ini "sedikit" bernada
merendahkan, dalam artian: Woolshanya bisa mendukung lewat TV di
negaranya, tak hadir disetiap pertandingan kandang di Anfield, atau
tak nongkrong rutin di THE ALBERT (Pub diseberang The Kop).
Parapendukung LFC (Kopites) notabene kinimerupakan Liverpudlian (warga kota) dan tak lagi buruh kapal luar negeri, bahkan sebagian besar merupakan
SCOUSER (sub-race/ suku bangsa berlogat). Sehingga saat kejayaan LFC
berimbas ke dunia luas, maka penggunaan julukan "Wools" bagi
supporter LFC non warga kota Liverpool pun semakin luas. DAN JIKA
KALIAN MASIH NGOTOT MENGGUNAKAN ISTILAH "LIVERPUDLIAN" saat kalian nanti ke Anfield, maka bersiaplah untuk diejek
oleh beberapa oknum Kopites yang
mabuk.
Biasanya mereka langsung mengenali kita sebagai tourist (turis), mereka akan ramah menyapa kita, dan jika kalian memang cinta LFC, maka katakanlah: "I am a Liverpool FC Kopite too, by the
way", dan mereka akan semakin ramah dan akrab, menyapamu dengan
jawaban: "Oh, so you are a Wool, glad to hear that. It's ring a bell for sure.
Another pin, mate?".
Tapi bayangkanlah jika kesalah-kaprahan penggunaan "Liverpudlian" ini
terjadi, maka mereka akan langsung mengenali logat English kalian yang
jelas2 sangat tidak ber-scouser, dan mereka (jika mabuk) akan mengejekmu
meminta kalian mengeluarkan ID Card (Kartu Tanda Penduduk) kota
Liverpool.
Kesalahkaprahan penggunaan kata didalam bahasa Indonesia, dan
serapan bahasa asing kedalam Bahasa Indonesia sangatlah mudah ditolerir.
Dan sebagai sesama KOPITES, tentunya para Liverpudlian (warga kota
Liverpool) -- jika bukan oknum yang sedang mabuk -- akan melayani kita
dengan ramah, apalagi status kita sebagai tourist, sebagai Wools
(pendukung LFC yg berasal dari luar kota Liverpool, bahkan luar negeri).
Akhirnya, demi untuk menjalin silaturahmi, JIKA KAMU BERTANYA
seperti ini: "Saya pendukung LFC, tapi
saya bukan warga kota Liverpool. Apakah saya boleh menyebut diri saya
sebagai seorang Liverpudlian?", maka karena keramahan mereka, para orang
kota Liverpool ini akan menjawab: "Oh, tentu saja boleh" untuk menghargai
perkenalan kalian. Inilah yang kemudian menyebabkan EVOLUSI
BAHASA. Penggemar LFC di Indonesia sangatlah banyak, dan hampir
semuanya menyebut mereka sebagai Liverpudlian, dan bukan Kopites. Please jangan menyebut kalian sebagai Wools, secara itu adalah "ejekan tidak langsung". Dan ditambah pula dengan adanya istilah EVERTONIAN bagi fans Everton FC dikalangan para Liverpudlian (warga kota Liverpool).
Akhirnya, penyematan label "Liverpudlian" menjadi sangat maklum
dikalangan para tourist. Dalam bahasa sinisnya, para Kopites akan
"yaaaaaaaa, yaaaaaaaa, whatever" jika kalian mengaku2 sebagai Liverpudlian
(padahal maksudnya adalah sebagai Kopites). Saking dimaklum-nya, akhirnya menjadi semakin maklum, kesalah- kaprahan semakin berlanjut, dan
bahkan "dicantumkan" oleh seseorang (non Scouser) kedalam kamus tak
resmi LFC bahwa → Liverpudlian adalah warga kota Liverpool, namun
karena ada Evertonian (pendukung EFC), maka Liverpudlian juga dapat
bermakna sebagai fans (penggemar)
LFC. Ingat, fans ... PENGGEMAR, dan bukan seperti KOPITES yang bermakna. Sebagai SUPPORTER/ pendukung. Berdasarkan penjelasan tadi, maka kita semua semakin cerdas, sadar, danmengerti. Ini bukan mengenai "setujuatau tidak setuju". Ini bukan mengenai "toleransi atau alibi tidak diterima". Ini mutlak mengenai kebiasaan salah kaprah didalam penggunaan bahasa asing.
Ingat, budaya sepakbola di Inggris JAUUUUUHH melebihi budaya sepakbola di negara lain. Tak perlu disangkal, karena semua orang sudah
tau siapakah bangsa pendiri olah raga yang satu ini.
KESALAH-KAPRAHAN PENGGUNAAN BAHASA AKAN TERUS BERLANJUT DAN MENYEBAR, tinggal dari diri kalian,
apakah kalian ingin semakin cerdas, atau kalian membandel dan ngotot
dan tidak mau semakin mencerahkan
pengetahuan.
Dalam chant "Poor Scouser Tommy",ada lyrics: "Oh, I am a Liverpudlian.
And I come from The Spion Kop". Inilah awal mula kesalah-kaprahan
tersebut di INDONESIA. Apa? Di Indonesia?
Ya, benar, hanya di Indonesia saja kita mendengar pendukung LFC menyebut
diri Liverpudlian. Di negara lain tak ada yang salah kaprah, mereka menyebut
diri mereka KOPITES. Adapun makna dari lyrics tadi: si Tommy ini adalah
prajurit Inggris yang dikirim ke Libya. saat Perang Dunia II. Dan disetiap DogTag akan tertera dari Divisi manakah dia, dan dicantumkanlah bahwa dia
berasal dari divisi di kota Liverpool. Itulah sebabnya sebelum tewas, dia
berkata bahwa dia adalah seorang Liverpudlian (warga kota Liverpool).
Namun, kecintaannya terhadap LFC membuat Tommy yang sedang sekarat
pun tetap bangga mengaku sebagai seorang KOPITE (supporter LFC),
dengan berkata bahwa dia tak hanya sebagai warga kota Liverpool semata,
melainkan dia berasal dari The Spion Kop, The Spion Kop (salah satu tribun di
stadion Anfield yang paling bawelngchants pada saat itu).
Dengan keterbatasan informasi di Indonesia, terutama di era 1970 - awal
1980 an dimana kaum muda hanya mengenal sepakbola luar negeri
melalui Dunia Dalam Berita, dan pertandingan final sepakbola hanya
sesekali ditayangkan secara langsung oleh TVRI di pertengahan 1980 an,
ditambah dengan lebih mudahnya menghafal kata Liverpudlian (karena memiliki susunan huruf yang mendekati Liverpool) dibandingkan
"Kopites", dan ditambah dengan tingkat kesalah-kaprahan yang tinggi
didalam penggunaan kata di masyarakat Indonesia, membuat
penyebaran kesalahan makna "Liverpudlian" ini menjadi semakin
cepat, dan malah menggeser Kopites sebagai istilah yang benar. Apalagi
kemudian diperparah pula dengan watak kita semua yang "udah salah,
ngotot pula". Dan juga watak "membiarkan kesalahan berlanjut
karena gak mau repot", dan juga watak "berkelakar-bercanda diseputar
kesalahan".
Akhirnya pada saat pertengahan 1990 an dimana persaingan TV Swasta mulai merebak, mengakhiri kejayaan tunggal RCTI dengan Decoder-nya, maka muncullah ide untuk menayangkan
secara langsung pertandingan sepak bola Liga Inggris oleh salah satu
Direktur Utama TV saat itu. Dan sipresenter pertandingan di TV
Indonesia kerap menyebut kata "Liverpudlian" saat dia berceloteh
mengenai supporter LFC. Pengaruh media sangatlah luas, dan
akhirnya mencuci otak para anak muda yang rata2 SMA atau baru masuk
kuliah saat era pertengahan 1990 an itu. Mereka2 ini kerap berkumpul
sepulang kuliah dan akhirnya semakin meluas pula kesalahan penggunaan
kata "Liverpudlian" ini. Saat bertemu orang lain yang menggunakan t-shirt/
atribut LFC, akan dengan ramah disapa: "oh, kamu Liverpudlian juga
yah?" yang semakin membuat penggunaan ngaco ini berlanjut.
Hingga puncaknya adalah Twitter
dimasa kini.
Lantas, dari manakah istilah KOPITES itu berasal?
Ya, tepat. Rujukan kata itu bersumber dari THE KOP, atau The Spion Kop
(salah satu tribun di stadion Anfield). Awalnya, penggunaan istilah Kopites ini
disematkan kepada orang2 keturunan Scandinavia, terutama buruh-buruh
kapal Norwegia, yang banyak berlabuh di Liverpool. Mereka ini lebih kasar,
pemabuk, namun lebih "garis keras" dalam mendukung tim sepakbola
(saatitu Everton lebih diminati oleh Liverpudlian -- warga kota Liverpool --
dibandingkan tim sekota yg baru muncul, LFC). Sedangkan penggunaan
istilah The Kop ini bersumber dari penghargaan terhadap prajurit korban
Second Boer War, dimana banyak prajurit Inggris yang tewas berasal dari
kota Liverpool.
Nah, pada perkembangannya, LFC tampak lebih menarik untuk disimak,
sehingga para Liverpudlian (warga kota Liverpool) mulai menyematkan istilah
KOPITES kedalam diri mereka, karena mereka turut melebur kedalam
suasana mendukung LFC. Dan seiring dengan perjalanan waktu, sejarah
demi sejarah ditorehkan oleh LFC, akhirnya muncullah sebutan bagi para
supporter LFC yang non - Liverpudlian, bukan warga kota Liverpool, dengan
sebutan WOOLS. Julukan ini "sedikit" bernada
merendahkan, dalam artian: Woolshanya bisa mendukung lewat TV di
negaranya, tak hadir disetiap pertandingan kandang di Anfield, atau
tak nongkrong rutin di THE ALBERT (Pub diseberang The Kop).
Parapendukung LFC (Kopites) notabene kinimerupakan Liverpudlian (warga kota) dan tak lagi buruh kapal luar negeri, bahkan sebagian besar merupakan
SCOUSER (sub-race/ suku bangsa berlogat). Sehingga saat kejayaan LFC
berimbas ke dunia luas, maka penggunaan julukan "Wools" bagi
supporter LFC non warga kota Liverpool pun semakin luas. DAN JIKA
KALIAN MASIH NGOTOT MENGGUNAKAN ISTILAH "LIVERPUDLIAN" saat kalian nanti ke Anfield, maka bersiaplah untuk diejek
oleh beberapa oknum Kopites yang
mabuk.
Biasanya mereka langsung mengenali kita sebagai tourist (turis), mereka akan ramah menyapa kita, dan jika kalian memang cinta LFC, maka katakanlah: "I am a Liverpool FC Kopite too, by the
way", dan mereka akan semakin ramah dan akrab, menyapamu dengan
jawaban: "Oh, so you are a Wool, glad to hear that. It's ring a bell for sure.
Another pin, mate?".
Tapi bayangkanlah jika kesalah-kaprahan penggunaan "Liverpudlian" ini
terjadi, maka mereka akan langsung mengenali logat English kalian yang
jelas2 sangat tidak ber-scouser, dan mereka (jika mabuk) akan mengejekmu
meminta kalian mengeluarkan ID Card (Kartu Tanda Penduduk) kota
Liverpool.
Kesalahkaprahan penggunaan kata didalam bahasa Indonesia, dan
serapan bahasa asing kedalam Bahasa Indonesia sangatlah mudah ditolerir.
Dan sebagai sesama KOPITES, tentunya para Liverpudlian (warga kota
Liverpool) -- jika bukan oknum yang sedang mabuk -- akan melayani kita
dengan ramah, apalagi status kita sebagai tourist, sebagai Wools
(pendukung LFC yg berasal dari luar kota Liverpool, bahkan luar negeri).
Akhirnya, demi untuk menjalin silaturahmi, JIKA KAMU BERTANYA
seperti ini: "Saya pendukung LFC, tapi
saya bukan warga kota Liverpool. Apakah saya boleh menyebut diri saya
sebagai seorang Liverpudlian?", maka karena keramahan mereka, para orang
kota Liverpool ini akan menjawab: "Oh, tentu saja boleh" untuk menghargai
perkenalan kalian. Inilah yang kemudian menyebabkan EVOLUSI
BAHASA. Penggemar LFC di Indonesia sangatlah banyak, dan hampir
semuanya menyebut mereka sebagai Liverpudlian, dan bukan Kopites. Please jangan menyebut kalian sebagai Wools, secara itu adalah "ejekan tidak langsung". Dan ditambah pula dengan adanya istilah EVERTONIAN bagi fans Everton FC dikalangan para Liverpudlian (warga kota Liverpool).
Akhirnya, penyematan label "Liverpudlian" menjadi sangat maklum
dikalangan para tourist. Dalam bahasa sinisnya, para Kopites akan
"yaaaaaaaa, yaaaaaaaa, whatever" jika kalian mengaku2 sebagai Liverpudlian
(padahal maksudnya adalah sebagai Kopites). Saking dimaklum-nya, akhirnya menjadi semakin maklum, kesalah- kaprahan semakin berlanjut, dan
bahkan "dicantumkan" oleh seseorang (non Scouser) kedalam kamus tak
resmi LFC bahwa → Liverpudlian adalah warga kota Liverpool, namun
karena ada Evertonian (pendukung EFC), maka Liverpudlian juga dapat
bermakna sebagai fans (penggemar)
LFC. Ingat, fans ... PENGGEMAR, dan bukan seperti KOPITES yang bermakna. Sebagai SUPPORTER/ pendukung. Berdasarkan penjelasan tadi, maka kita semua semakin cerdas, sadar, danmengerti. Ini bukan mengenai "setujuatau tidak setuju". Ini bukan mengenai "toleransi atau alibi tidak diterima". Ini mutlak mengenai kebiasaan salah kaprah didalam penggunaan bahasa asing.
Ingat, budaya sepakbola di Inggris JAUUUUUHH melebihi budaya sepakbola di negara lain. Tak perlu disangkal, karena semua orang sudah
tau siapakah bangsa pendiri olah raga yang satu ini.
KESALAH-KAPRAHAN PENGGUNAAN BAHASA AKAN TERUS BERLANJUT DAN MENYEBAR, tinggal dari diri kalian,
apakah kalian ingin semakin cerdas, atau kalian membandel dan ngotot
dan tidak mau semakin mencerahkan
pengetahuan.
Sumber : http://www.facebook.com/groups/67494...138912616989/.
Moga-moga berkenan untuk
Sukur-sukur dapet yang IJO [/QUOTE]
Diubah oleh Grandtech 11-11-2012 10:42
moroneh memberi reputasi
1
9.4K
Kutip
37
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya