- Beranda
- Sejarah & Xenology
Kekaisaran Romawi Timur [The Byzantine Empire]
...
TS
tim90
Kekaisaran Romawi Timur [The Byzantine Empire]
UPDATE: The Byzantine Military Part I----KEREN
Kekaisaran Romawi Timur adalah suatu kekaisaran yang merupakan kelanjutan dari Kekaisaran Romawi. Pada zamannya, kekaisaran ini hanya disebut Kekaisaran Romawi (Βασιλεία Ῥωμαίων, Basileia Rhōmaiōn). ,
Kendati demikian, kekaisaran ini memiliki tradisi, budaya, serta sejarah unik tersendiri yang membuat mereka layak diposisikan sebagai aktor sejarah yang berbeda, bukan sekedar kerajaan penerus Romawi. Karena itu, para ahli sejarah memberi nama Bizantium sebagai tanda sebuah kekaisaran yang berbeda dari Romawi, meskipun sejarah keduanya bertautan erat.
Mari kita lihat bersama perjalanan Imperium ini secara singkat:
285 M
Untuk pertama kalinya, Kaisar Romawi Diokletianus membagi wilayah Imperium Romawi yang luas menjadi 2 wilayah administrasi, yaitu wilayah Barat dan Timur. Diokletianus bergelar Augustus, sementara raja-raja yang ditunjuk untuk tiap wilayah bergelar Caesar.
Wilayah timur dihuni oleh masyarakat yang lebih beradab dan berpendidikan akbiat pengaruh kerajaan Makedonia kuno dan kebudayaan Yunaninya, sementara wilayah barat kebanyakan masih terbelakang dan primitif.
324-330 M
Kaisar Romawi Konsantin Agung memindahkan ibukota Wilayah Timur dari Nicomedia ke Byzantium. Kota ini dinamakan ulang menjadi Konstantinopel. Pada 330 M ia menyatukan Romawi menjadi 1 wilayah tunggal, dan memindahkan pusat kerajaan dari Roma ke Konstantinopel (Roma Baru).
Konon nama Kekaisaran Bizantium diambil dari nama lama kota ini.
395-476 M
Kaisar Theodosius I kembali membagi kerajaan menjadi wilayah Barat dan Timur, yang dipimpin masing-masing puteranya. Pada masa-masa ini, Kekaisaran Romawi berjibaku menahan serbuan suku-suku Germanik dan lawan yang lebih menakutkan, suku Hun. Wilayah timur yang lebih berkembang dapat bertahan dengan memberikan upeti atau suap dan merekrut prajurit bayaran, tetapi wilayah Barat yang keuangannya tipis harus berjuang keras.
Meskipun suku Hun akhirnya punah pasca kematian raja mereka Attila, Romawi Barat sudah tidak kuasa menanggung migrasi kaum Germanik. Akhirnya pada 476 M Romawi Barat jatuh ke tangan suku Germanik dengan diturunkannya Kaisar di Barat oleh jendral Odoacer. Sementara Romawi Timur relatif aman pasca punahnya suku Hun.
480-518 M
Kaisar Romawi Timur, Zeno, memutuskan penyatuan wilayah Barat dan Timur. Waktu itu Barat dikuasai raja Germanik Odoaker, sehingga Zeno menyingkirkannya dengan menghasut Theodoric dari suku Goth untuk menyerang Odoaker. Odoaker tumbang dan wilayah barat dipimpin Theodoric sebagai raja dibawah Kekaisaran Romawi, walau tidak diakui secara resmi.
Pada 491 M Anastasius I naik takhta di Konstantinopel. Ia berhasil mengatasi pemberontakan Isaurian, mereformasi sistem administrasi dan keuangan Kekaisaran sehingga membangkitkan perekonomian di seluruh negeri. Pada saat ia meninggal (518 M), harta Kekaisaran mencapai 145 ton emas.
Dinasti Justinian, 527-602 M
Pasca jatuhnya Romawi Barat, Kekaisaran kehilangan lebih dari separuh wilayahnya. Kaisar Justinian I naik tahta pada 527 M. Pemerintahannya mencatat sejumah prestasi berupa perumusan ulang UU Romawi yang kelak digunakan Bizantium seterusnya. Justinian juga berperang melawan bangsa Sassanid penguasa Persia sekaligus merebut ulang provinsi-provinsi di Barat dibantu jenderal jenius Belisarius Perjuangannya diteruskan oleh Kaisar Justin II, Tiberius II, dan akhirnya jenderal Maurice yang diangkat sebagai Kaisar.
Periode ini diwarnai oleh kebangkitan kembali Romawi dalam diri Bizantium melalui penguasaan kembali sebagian provinsi Romawi Barat dan kemenangan taktis terhadap Persia.
Meskipun Romawi dan Bizantium sama-sama megah dan agung, namun pergeseran nilai-nilai budaya akibat segregasi Barat-Timur selama hampir berabad-abad membentuk sebuah Kekaisaran dengan nama yang sama, Romawi, namun identitas yang jauh berbeda. Romawi kuno mengusung bahasa dan budaya Latin, sementara Bizantium mengusung bahasa dan budaya Yunani.
Dinasti Heraclian, 610-695 M
Heraclius, pendiri dinasti ini, naik ke tampuk kepemimpinan setelah berhasil menyingkirkan diktator Phocas yang membunuh Maurice, kaisar sebelumnya. Heraclius terkenal sangat heroik. Prestasi puncaknya adalah mengalahkan Sassanid Persia di Nineveh dan membawa kembali Salib Kristus (True Cross) yang dicuri ketika Persia menyerbu Yerusalem.
Pada masa ini, Bizantium harus menghadapi musuh-musuh baru yang sangat tangguh hingga memaksa Bizantium mundur dan kehilangan sejumlah wilayah. Khalifah Islamiyah menyapu wilayah timur, menundukkan Bizantium dan juga mengakhiri riwayat bangsa Sassanid, dinasti Persia kuno yang terakhir pada 634 M. Sementara di barat, bangsa Slavia bersatu dibawah Asparukh yang mempersatukan Bulgaria. Bahkan pasukan Arab mampu mencapai tembok Konstantinopel walau gagal menembus pertahanan kokohnya.
Digencet oleh dua musuh besar sekaligus menyebabkan Bizantium terjun ke dalam mediokritas, perlahan namun pasti. Ekonomi menjadi lesu, kota-kota urban menciut menjadi benteng, dan terjadi gelombang pengungsian besar. Perpecahan antar kelompok dalam Gereja juga makin memperumit situasi dalam negeri.
Kaisar Konstantin IV sempat mencercahkan harapan berkat kearifan dan talentanya, namun ia meninggal pada usia 33 tahun setelah sempat mencatatkan sejumlah kemenangan atas bangsa Arab dan menyelenggarakan Konsili Konstantinopel ke 3 untuk menyelesaikan aneka perbedaan dalam Gereja.
Kaisar terakhir dinasti Heraclian, Justinian II, dijatuhkan kembali pada 711 M setelah sempat kembali ke takhta karena bertangan besi dan membebankan pajak super tinggi, serta kejam.
Lukisan Heraclius mengalahkan Raja Persia Khosrau II yang mencuri True Cross
Peta wilayah yang diserbu dan dikuasai oleh Khalifah Islamiyah
Coklat tua - Ekspansi di masa Nabi Muhammad SAW (622 M)
Merah bata - Ekspansi di masa Khalifah Rashidun (632 M)
Kuning - Ekspansi di masa Khalifah Umayyah (661 M)
Wilayah Bizantium pertengahan Dinasti Heraclian (650 M)
Wilayah Bizantium di akhir Dinasti Heraclian (710 M)
695-867 M
Periode ini diawali gejolak politik yang disebabkan pemberontakan terhadap Justinian II yang otoriter. Silih berganti kepemimpinan di Bizantium terjadi hingga akhirnya Leo III terpilih menjadi Kaisar pada 717 M, mengawali Dinasti Isaurian.
Dinasti ini mencatatkan sejumlah kemenangan penting terhadap bangsa Arab dan menyusun kembali kekuatan Kekaisaran yang diobrak-abrik serangan Arab, namun justru mengalami kemunduran di front barat dan harus kehilangan wilayah Ravenna serta Bulgaria.
Poin penting yang terjadi pada masa Isaurian adalah Ikonoklasme-larangan memuja atau mensakralkan benda, gambar, dan simbol tertentu. Dinasti Isaurian berakhir pada 802 M, bersamaan dengan bangkitnya "Romawi Barat" di bawah bendera Kerajaan Frank pimpinan Charlemagne.
Setelah Dinasti Isaurian, terjadi penggantian sejumlah Kaisar dan Dinasti, seperti Dinasti Nikephorian (802-813), Leo V si Armenia (813-820), dan Dinasti Phyrigian (820-867). Keseluruhan pemerintahan mereka dipenuhi perjuangan menahan ekspansi bangsa Arab, menahan serbuan Bulgaria, dan pro-kontra Ikonoklasme yang menyebabkan jurang antar Gereja Barat dan Timur semakin melebar. Pada masa Dinasti Phyrigian Bizantium terpukul mundur dan harus kembali kehilangan wilayah karena serangan Arab di Sisilia dan pulau Kreta.
BERSAMBUNG DI BAWAH
The Byzantine Empire
Kekaisaran Romawi Timur adalah suatu kekaisaran yang merupakan kelanjutan dari Kekaisaran Romawi. Pada zamannya, kekaisaran ini hanya disebut Kekaisaran Romawi (Βασιλεία Ῥωμαίων, Basileia Rhōmaiōn). ,
Kendati demikian, kekaisaran ini memiliki tradisi, budaya, serta sejarah unik tersendiri yang membuat mereka layak diposisikan sebagai aktor sejarah yang berbeda, bukan sekedar kerajaan penerus Romawi. Karena itu, para ahli sejarah memberi nama Bizantium sebagai tanda sebuah kekaisaran yang berbeda dari Romawi, meskipun sejarah keduanya bertautan erat.
Mari kita lihat bersama perjalanan Imperium ini secara singkat:
Quote:
285 M
Untuk pertama kalinya, Kaisar Romawi Diokletianus membagi wilayah Imperium Romawi yang luas menjadi 2 wilayah administrasi, yaitu wilayah Barat dan Timur. Diokletianus bergelar Augustus, sementara raja-raja yang ditunjuk untuk tiap wilayah bergelar Caesar.
Spoiler for Ilustrasi:
Peta Imperium Romawi dan pembagian Barat-Timur
Wilayah timur dihuni oleh masyarakat yang lebih beradab dan berpendidikan akbiat pengaruh kerajaan Makedonia kuno dan kebudayaan Yunaninya, sementara wilayah barat kebanyakan masih terbelakang dan primitif.
324-330 M
Kaisar Romawi Konsantin Agung memindahkan ibukota Wilayah Timur dari Nicomedia ke Byzantium. Kota ini dinamakan ulang menjadi Konstantinopel. Pada 330 M ia menyatukan Romawi menjadi 1 wilayah tunggal, dan memindahkan pusat kerajaan dari Roma ke Konstantinopel (Roma Baru).
Konon nama Kekaisaran Bizantium diambil dari nama lama kota ini.
395-476 M
Kaisar Theodosius I kembali membagi kerajaan menjadi wilayah Barat dan Timur, yang dipimpin masing-masing puteranya. Pada masa-masa ini, Kekaisaran Romawi berjibaku menahan serbuan suku-suku Germanik dan lawan yang lebih menakutkan, suku Hun. Wilayah timur yang lebih berkembang dapat bertahan dengan memberikan upeti atau suap dan merekrut prajurit bayaran, tetapi wilayah Barat yang keuangannya tipis harus berjuang keras.
Meskipun suku Hun akhirnya punah pasca kematian raja mereka Attila, Romawi Barat sudah tidak kuasa menanggung migrasi kaum Germanik. Akhirnya pada 476 M Romawi Barat jatuh ke tangan suku Germanik dengan diturunkannya Kaisar di Barat oleh jendral Odoacer. Sementara Romawi Timur relatif aman pasca punahnya suku Hun.
480-518 M
Kaisar Romawi Timur, Zeno, memutuskan penyatuan wilayah Barat dan Timur. Waktu itu Barat dikuasai raja Germanik Odoaker, sehingga Zeno menyingkirkannya dengan menghasut Theodoric dari suku Goth untuk menyerang Odoaker. Odoaker tumbang dan wilayah barat dipimpin Theodoric sebagai raja dibawah Kekaisaran Romawi, walau tidak diakui secara resmi.
Pada 491 M Anastasius I naik takhta di Konstantinopel. Ia berhasil mengatasi pemberontakan Isaurian, mereformasi sistem administrasi dan keuangan Kekaisaran sehingga membangkitkan perekonomian di seluruh negeri. Pada saat ia meninggal (518 M), harta Kekaisaran mencapai 145 ton emas.
Dinasti Justinian, 527-602 M
Pasca jatuhnya Romawi Barat, Kekaisaran kehilangan lebih dari separuh wilayahnya. Kaisar Justinian I naik tahta pada 527 M. Pemerintahannya mencatat sejumah prestasi berupa perumusan ulang UU Romawi yang kelak digunakan Bizantium seterusnya. Justinian juga berperang melawan bangsa Sassanid penguasa Persia sekaligus merebut ulang provinsi-provinsi di Barat dibantu jenderal jenius Belisarius Perjuangannya diteruskan oleh Kaisar Justin II, Tiberius II, dan akhirnya jenderal Maurice yang diangkat sebagai Kaisar.
Periode ini diwarnai oleh kebangkitan kembali Romawi dalam diri Bizantium melalui penguasaan kembali sebagian provinsi Romawi Barat dan kemenangan taktis terhadap Persia.
Meskipun Romawi dan Bizantium sama-sama megah dan agung, namun pergeseran nilai-nilai budaya akibat segregasi Barat-Timur selama hampir berabad-abad membentuk sebuah Kekaisaran dengan nama yang sama, Romawi, namun identitas yang jauh berbeda. Romawi kuno mengusung bahasa dan budaya Latin, sementara Bizantium mengusung bahasa dan budaya Yunani.
Spoiler for Ilustrasi:
Justinian I, pelopor kebangkitan Bizantium
Wilayah Kekaisaran Bizantium pada masa Justinian I (565 M)
Wilayah Kekaisaran Bizantium pada masa Maurice (600 M)
Wilayah Kekaisaran Bizantium pada masa Justinian I (565 M)
Wilayah Kekaisaran Bizantium pada masa Maurice (600 M)
Dinasti Heraclian, 610-695 M
Heraclius, pendiri dinasti ini, naik ke tampuk kepemimpinan setelah berhasil menyingkirkan diktator Phocas yang membunuh Maurice, kaisar sebelumnya. Heraclius terkenal sangat heroik. Prestasi puncaknya adalah mengalahkan Sassanid Persia di Nineveh dan membawa kembali Salib Kristus (True Cross) yang dicuri ketika Persia menyerbu Yerusalem.
Pada masa ini, Bizantium harus menghadapi musuh-musuh baru yang sangat tangguh hingga memaksa Bizantium mundur dan kehilangan sejumlah wilayah. Khalifah Islamiyah menyapu wilayah timur, menundukkan Bizantium dan juga mengakhiri riwayat bangsa Sassanid, dinasti Persia kuno yang terakhir pada 634 M. Sementara di barat, bangsa Slavia bersatu dibawah Asparukh yang mempersatukan Bulgaria. Bahkan pasukan Arab mampu mencapai tembok Konstantinopel walau gagal menembus pertahanan kokohnya.
Digencet oleh dua musuh besar sekaligus menyebabkan Bizantium terjun ke dalam mediokritas, perlahan namun pasti. Ekonomi menjadi lesu, kota-kota urban menciut menjadi benteng, dan terjadi gelombang pengungsian besar. Perpecahan antar kelompok dalam Gereja juga makin memperumit situasi dalam negeri.
Kaisar Konstantin IV sempat mencercahkan harapan berkat kearifan dan talentanya, namun ia meninggal pada usia 33 tahun setelah sempat mencatatkan sejumlah kemenangan atas bangsa Arab dan menyelenggarakan Konsili Konstantinopel ke 3 untuk menyelesaikan aneka perbedaan dalam Gereja.
Kaisar terakhir dinasti Heraclian, Justinian II, dijatuhkan kembali pada 711 M setelah sempat kembali ke takhta karena bertangan besi dan membebankan pajak super tinggi, serta kejam.
Spoiler for Ilustrasi:
Lukisan Heraclius mengalahkan Raja Persia Khosrau II yang mencuri True Cross
Peta wilayah yang diserbu dan dikuasai oleh Khalifah Islamiyah
Coklat tua - Ekspansi di masa Nabi Muhammad SAW (622 M)
Merah bata - Ekspansi di masa Khalifah Rashidun (632 M)
Kuning - Ekspansi di masa Khalifah Umayyah (661 M)
Wilayah Bizantium pertengahan Dinasti Heraclian (650 M)
Wilayah Bizantium di akhir Dinasti Heraclian (710 M)
695-867 M
Periode ini diawali gejolak politik yang disebabkan pemberontakan terhadap Justinian II yang otoriter. Silih berganti kepemimpinan di Bizantium terjadi hingga akhirnya Leo III terpilih menjadi Kaisar pada 717 M, mengawali Dinasti Isaurian.
Dinasti ini mencatatkan sejumlah kemenangan penting terhadap bangsa Arab dan menyusun kembali kekuatan Kekaisaran yang diobrak-abrik serangan Arab, namun justru mengalami kemunduran di front barat dan harus kehilangan wilayah Ravenna serta Bulgaria.
Poin penting yang terjadi pada masa Isaurian adalah Ikonoklasme-larangan memuja atau mensakralkan benda, gambar, dan simbol tertentu. Dinasti Isaurian berakhir pada 802 M, bersamaan dengan bangkitnya "Romawi Barat" di bawah bendera Kerajaan Frank pimpinan Charlemagne.
Setelah Dinasti Isaurian, terjadi penggantian sejumlah Kaisar dan Dinasti, seperti Dinasti Nikephorian (802-813), Leo V si Armenia (813-820), dan Dinasti Phyrigian (820-867). Keseluruhan pemerintahan mereka dipenuhi perjuangan menahan ekspansi bangsa Arab, menahan serbuan Bulgaria, dan pro-kontra Ikonoklasme yang menyebabkan jurang antar Gereja Barat dan Timur semakin melebar. Pada masa Dinasti Phyrigian Bizantium terpukul mundur dan harus kembali kehilangan wilayah karena serangan Arab di Sisilia dan pulau Kreta.
Spoiler for Ilustrasi:
Wilayah Bizantium pada 867 M
Ratu Irena, penguasa terakhir Dinasti Isaurian
Michael III "Si Pemabuk", Kaisar terakhir Dinasti Phyrigian
Ratu Irena, penguasa terakhir Dinasti Isaurian
Michael III "Si Pemabuk", Kaisar terakhir Dinasti Phyrigian
BERSAMBUNG DI BAWAH
fathirizzanz008 memberi reputasi
-1
34.9K
Kutip
100
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
6.5KThread•11.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya