Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Eust4ssKidAvatar border
TS
Eust4ssKid
kisah heroik perang tondano;sejarah yang (sengaja) dilupakan..
I YAYAT USANTI UHU'UY
ANGKATLAH PEDANG MU DEMI ANAK DAN CUCUMU

emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia


Spoiler for "minahasa warrior':


Dalam sejarah, perlawanan orang Minahasa itu lebih terkenal dengan nama "Perang Tondano" yang dipimpin oleh Sarapung dan Korengkeng, serta Matulandi, Tewu, Lumngkewas, Sepang, Kepel termasuk Lontoh dari Tombulu dan Mamahit dari Remboken. Di bawah kepemimpinan tokoh-tokoh tersebut orang Minahasa membangkitkan perlawanan menentang ketidakadilan kolonial.

Sumber sengketa waktu itu muncul ketika Belanda membutuhkan bantuan tenaga pemuda-pernuda Minahasa untuk dikirim melawan Inggris yang sudah mengancam pulau Jawa. Orang Minahasa berpendapat bahwa para pemuda itu lebih dibutuhkan untuk mempertahankan Minahasa dari pada dikirim ke tempat lain. Belanda memaksa sambil memberikan iming-iming dan hadiah kepada para pemimpin Minahasa yang mau membantu mereka.
Ternyata permintaan tenaga bantuan pemuda dan iming-iming hadiah ditolak oleh seluruh rakyat Minahasa dalam pertemuan/musyawarah Minahasa di Tondano. Belanda menuduh tokoh-tokoh Tondano menggagalkan politik mereka sehingga menyampaikan ancaman akan menyerang Tondano dengan kekuatan militer. Ancaman tersebut disambut dengan persiapan perang di pusat perlawanan Tondano. Itulah sebabnya peperangan itu terkenal dengan sebutan "Perang Tondano".

Pasukan militer Belanda yang lebih kuat persenjataannya beberapa kali datang menyerang namun benteng pertahanan Tondano ternyata kuat sekali, bahkan Residen Belanda bernama Prediger dilaporkan tertembak dan meninggal dunia. la diganti oleh Residen Balfour yang mendatangkan bala bantuan lebih besar dengan persenjataan lebih lengkap.

Awal Agustus 1809 pertahanan utama orang Tondano berhasil dikepung dari arah daratan maupun dari arah danau. Pusat kekuatan Tondano di tempat yang kemudian dinamakan Minawanua menjadi ajang pertempuran sengit beberapa hari lamanya.

Pada siang tanggal 4 Agustus 1809 pertahanan itu bobol dan pertempuran belangsung dari rumah ke rumah. Dini hari tanggal 5 Agustus 1809 pertahanan dan perkampungan Tondano dibumihanguskan musuh.

Semua penghuninya mulai dari anggota pasukan perlawanan Tondano hingga orang-orang tua perempuan dan anak-anak tidak ada yang tersisa. Semuanya tewas terbunuh. Sampai waktu itu, belum pernah ada perlawanan yang seluruh warganya dimusnakan musuh, seperti halnya yang terjadi dalam Perang Tondano.

Sejak kemerdekaan Indonesia, pemerintah dibantu oleh para ahli sejarah berusaha menulis sejarah Indonesia, namun ternyata patriotisme dan heroisme yang muncul dalam Perang Tondano tidak pernah menghiasi buku-buku sejarah nasional. Itulah sebabnya kisah heroik Perang Tondano perlu diangkat untuk turut memperkuat nasionalisme Indonesia demi meningkatkan dan melestarikan semangat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagaimana kita ketahui bahwa proses perjuangan bangsa menuju terciptanya Indonesia merdeka, adalah memakan waktu panjang yang telah diawali dengan pergerakan perlawanan bersenjata oleh rakyat di hampir seluruh pelosok tanah air termasuk di Daerah Sulawesi Utara dikenal dengan peristiwa bersejarah yaitu Epos Perang Tondano di Minahasa yang puncaknya terjadi pada akhir perang Tondano tahun 1809 di wilayah Minawanua di sebuah lokasi di tepi Danau Tondano yang diberi nama Benteng Moraya. Karena di tempat itu telah terjadi pertempuran habis-habisan yang memakan korban sangat banyak sampai tidak ada yang tersisa.

Sudah banyak pahlawanan pejuang kemerdekaan kita dicatat dan diakui sebagai Pahlawan Nasional, namun masih lebih banyak lagi yang belum diperkenalkan dengan kadar kepahlawanannya yang tidak kalah bobotnya sebagai pahlawan yang memelopori dan merintis perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Kisah perang Tondano yang berakhir pada awal abad ke XIX di saat berkuasanya VOC di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Daindels, telah mengundang perhatian yang cukup besar karena perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara terhadap penjajahan Belanda tidaklah tanggung-tanggung.

Mereka berperang sampa tetes darah penghabisan di Benteng Moraya bersama para pemimpinnya terdiri dari Lonto, Tewu, Matulandl, Mamahit, Korengkeng. Lumingkewas, Sarapung, Sepang, Kepel serta lain-lainnya yang kisahnya tidak kalah dengan pahlawan nasional seperti Pattimura, Hasssanudin, Diponegoro dan Imam Bonjol.

Pada tanggal 5 Agustus 1809, waktu sang surya menampakan cahayanya di ufuk timur, yang disinari bukan lagi Minawanua di hari kemarin, tetapi tinggal puing-puing berserakan, ditaburi mayat-mayat, bau amis darah dan tumpukan bara api. Tak ada lagi anak negeri yang bangun bersama sang surya berjaga-jaga di Benteng Moraya dan Benteng Paapal. Semuanya telah musnah bersama Wanua tercinta. Inilah akhir dari suatu perjuangan panjang rakyat Minahasa dalam mempertahankan eksistensi martabat kebangsaannya. Hanya dengan satu kalimat dinyatakan oleh Dr. E.C. Molsborgen, yang menggambarkan semangat dan jiwa perjuangan Minawanua: "de dappere tegenstand tegen een overmacht had de Tondaneers niet gebaar" "perlawanan orang tondano adalah perlawanan yang paling berani"

Ada lima penulis lokal (Minahasa) yang mengekspresikan rasa kepeduliannya terhadap kisah heroik sejarah perang Tondano, yang dideskripsikan dalam buku. Mereka adalah: 1) Giroth Wuntu 1962, 2) Frans Watuseke 1968, 3) Eddy Mambu 1985, 4) skripsi dari Sam A. H Umboh 1985, 5) Bert Supit 1991. Sebagai tulisan/buku yang bernilai sejarah perjuangan, dapat dikatakan bahwa secara umum ke-lima penulis tersebut memiliki pandangan yang sama tentang kisah heroik perjuangan orang Minahasa melawan Kolonial Belanda. Bagi mereka, Perang Tondano masih tetap merupakan suatu riwayat peperangan yang gagah berani, paling lama (1661-1809), dan utama, melebihi dari kaidah-kaidah heroik lainnya yang pernah dialami oleh orang Minahasa, seperti perang dengan Bolaang Mongondouw, pertempuran dengan perompak Mangindanouw, atau perang antara Minahasa-Spanyol.

Namun demikian, suatu hal yang berkaitan dengan aspirasi masyarakat Minahasa atas kisah heroik Perang Tondano tersebut, adalah berkenaan dengan isu sejarah nasional dimana jasa para pahlawan Perang Tondano sebagai kusuma bangsa belum dilegitimasi dalam arsip nasional sebagaimana yang diberlakukan kepada Pangeran Diponegoro dan Imam Bonjol.

Dengan kata lain, belum diakui sebagai Pahlawan Nasional. Padahal, sejarah mencatat bahwa dalam mempertahankan harkat dan martabat sebagai Tou-Minahasa maupun sebagai anak bangsa dalam melawan perlakuan kesewenang-wenangan kompeni Belanda bukanlah suatu kenyataan sejarah yang 'biasa-biasa saja'. Akan tetapi, sebuah Epos (kisah heroik) Perang Tondano, yang mesti diterahkan dengan tinta emas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Spoiler for "tondano tempo doeloe":


Quote:

--------------------update----------------------

untuk menaklukan tondano, tidak tanggung2,belanda menarik pasukan dari daerah2 lain seperti jawa, ambon, ternate dan bugis hanya untuk menaklukan benteng alam tondano.dalam sebuah peperangan tidak bisa di pungkiri akan adanya intrik2/siasat2 licik, begitu juga dalam pertempuran ini,setelah hampir setahun benteng moraya di kepung,bahan makanan dan logistik pun habis,dan tinggal mengandalkan tanaman2 yg ada di sekitar benteng untuk makanan,Tanggal 2 Juni 1809, Belanda melakukan perjanjian dengan kepala-kepala walak Minahasa lainnya. karena awal mula konflik adalah dengan walak(klan) tondano,walak2 lain nya di ijinkan tuntuk pulang, Dan yang tertinggal selain walak Tondano adalah dari Tomohon dan Kalabat.unggul jumlah pasukan dan senjata membuat serangan belanda tidak dapat di bendung, akhirnya benteng yang hanya di buat dari bambu,parit,di tambah hantu2 palsu yang ter buat dari pohon sagu dan di munculkan di saat malam pun berakhir di taklukan belanda setelah selama 11 bulan 4 hari peperangan..


'bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan'(presiden soekarno)
Spoiler for "buka":

PAKATUAN WO PAKALAWIREN
Diubah oleh Eust4ssKid 11-12-2012 10:43
0
20.4K
96
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.