Mengingat masa lalu memang selalu seru, apalagi yang bagus-bagus. Masih ingat gak agan dengan era kejayaan sinetron Indonesia? Sekitar awal 90an, entah kenapa produksi film Indonesia itu berhenti, meskipun gak total karena masih ada beberapa film nyaris bokep yang diputer di bioskop-bioskop pinggir pasar. Sementara itu TV Swasta baru bermunculan dan lagi gencar-gencarnya mencari program acara. Maka para production house pun banting setir dan memproduksi sinema elektronik yang ditayangkan secara berseri. Berikut ini beberapa diantaranya yang menurut ane agak lumayan (beberapa beneran bagus), sebelum akhirnya menjadi penghancur selera bangsa:
Quote:
Noktah Merah Perkimpoian
“TAMPAR SAYA MAS!! TAMPAR!!” ish gila nih drama rumah tangga antara Mas Pri (Cok Simbara), Ayu Azhari (kita lupa nama tokohnya siapa) dan Yulinar (kita lupa nama aslinya siapa). Jadi kalo gak salah pernikahan Mas Pri dan Mbak Ayu awalnya baik-baik aja dan memiliki dua anak, Bagas dan Ayu, tapi kemudian terjadilah konflik-konflik gitu, terus akhirnya bercerai, terus Mas Pri kimpoi lagi sama Yulinar. Terus ya drama mantan istri-istri baru-anak-anak gitu gitu deh, sampai kalau gak salah ada episode rumah terbakar dan si Yulinar jadi korban sampai gosong. Kenapa kita bilang lumayan bagus? Soalnya aktingnya kece dan konflik rumah tangganya realistis. Gak kayak sinetron sekarang yang tokoh antagonis dan protagonisnya terlalu ekstrim.
Quote:
Si Doel Anak Sekolahan
Ah siapa sih yang gak jatuh cinta sama sinetron ini. Dibilang komedi tapi ada dramanya juga, cinta segitiga antara sarah-doel-zaenab, cinta engkong-mpok rodiah, cinta mas karyo-atun, cinta mandra-munaroh dan lain-lain. Apalagi season 1 yang masih ada Babeh Benyamin S. Konon ketika sinetron ini ditayangkan, jalanan sepi, karena semua orang pada di dalam rumah untuk nonton. Kenapa kita bilang bagus? Karena yaitu tadi, realistis. Gak perlu kita ingetin lagi lah ya plotnya kayak gimana, karena yakin masih pada inget. Adegan Babeh kegirangan si Doel lulus jadi tukang insinyur dan Mandra nyanyi-nyanyi patah hati tentang Munaroh pasti masih bikin senyum-senyum.
Quote:
Keluarga Cemara
“Hartaaa yaaang paliing berhargaaaa adalaaah keluargaaa…” Ceritanya tentang keluarga yang hanya bermodalkan kejujuran. Bapaknya penarik becak, emaknya jualan opak dan ketiga anaknya yang masih sekolah tapi sambil bantu-bantu jualan opak juga di jalan dan di pasar. Pada season awal ceritanya masih original dan bikin miris tapi senyum gitu melihat kemiskinan dilawan dengan kehangatan keluarga. Bener-bener sebuah pelajaran budi pekerti yang baik lah pokoknya.
Quote:
Angin Tak Dapat Membaca
Ok sejujurnya kita gak inget ceritanya tentang apa. Hahaha. Pokoknya ada Adam Jordan dan Eksanti.Ceritanya tentang perebutan harta dan cewek di kalangan orang kaya ibukota.Dari judulnya aja udah lumayan bikin bingung maksudnya apa, kita udah cek dan istilah Angin Tak Dapat Membaca itu bukan peribahasa. Lagian secara harfiah emang angin gak bisa baca kali gak? Selain dari judulnya, sinetron ini masuk kategori lumayan karena ada banyak adegan pake helikopter (yang ditembak pake pistol revolver trus meledak), kejar-kejaran naik turun bukit dengan kuda dan adegan tembak-tembakan ala ala holiwud gitu. Beuh.
Quote:
Sitti Nurbaya
Klasik nih bray. Mengingat kita pernah punya miniseri kayak gini, lumayan lah gak malu-maluin amat TV nasional. Mungkin salah satu kisah cinta klasik yang sangat legendaris. Yang main Novia Kolopaking, Gusti Randa dan the fenomenal HM Damsyik sebagai Datuk Maringgih. Ceritanya, Sitti pacaran sama Samsul, tapi kemudian harus berpisah karena Samsul sekolah ke Batavia dan Sitti akhirnya dikimpoikan dengan Datuk Maringgih yang sudah tua namun kaya raya. Settingnya masyarakat minang jaman Belanda. Gak cuma tentang drama percintaan aja, tapi juga ada sejarah, budaya dan politik yang diangkat dalam sinetron ini. Mantap lah pokoknya
Cukup sekian dari ane,moga moga bisa ngehibur agan sekalian
oh ya kalo kagak tau tanya bokap nyokap atau kakek nenek lah
Quote:
Hormati jerih payah ts dengan memberi
Palig tidak aja deh
Kaskuser yg baik selalu meninggalkan jejak