- Beranda
- The Lounge
SEJARAH PERADABAN ISLAM [ISLAM MASUK]
...
TS
manffaat
SEJARAH PERADABAN ISLAM [ISLAM MASUK]
Quote:
A. Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Islam
1. Pada Masa Rasulullah
Rasulullah SAW adalah orang yang pertama memenuhi ajaran Al-Qur’an, wahyu pertamanya adalah Surat Al-Alaq ayat 1-5 yang dibacakan langsung oleh Malaikat Jibril isi ayat itu adalah:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Beliau sangat intens dalam berdakwah dengan dua aspek, yaitu agama dan ilmu pengetahuan. Rasul terus menyerukan umat Islam agar terus belajar membaca dan menulis, umat Islam menyambut seruan Allah dan Hadis tentang ilmu. Mereka belajar membaca dan menulis agar dapat menyebarluaskan agamanya.
Pendidikan ini pun diberikan dalam masa dua periode sebelum hijrah yang berpusat di Mekkah. Dan periode sesudah hijrah berpusat di Madinah. Pada periode Mekkah Rasulullah mengutamakan pendidikan aqidah dan akhlak dan sedikit mengenai syari’ah. Tetapi pada periode Madinah selain pemantapan aqidah dan akhlak maka pembinaan syari’ah benar-benar diutamakan hingga pada suatu masa yaitu disempurnakannya didikan Islam dengan turunnya wahyu kepada beliau.
Adapun lembaga pendidikan yang terkenal pada masa Rasulullah adalah mesjid. Sudah menjadi tradisi Rasulullah bahwa beliau sering duduk di mesjid Nabawi di Madinah guna memberikan pelajaran kepada para sahabat mengenai masalah-masalah keagamaan dan masalah-masalah duniawi.
2. Pada Masa Khulafaurrasyidin
Pada masa ini, para sahabat Nabi dan tokoh-tokoh kaum muslimin generasi pertama, mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak negeri, bila mereka tinggal di suatu daerah mereka membuat Halaqah. Kemampuan para sahabat pun ternyata tidak hanya pada pemahaman agama, tetapi juga pemilik ilmu pengetahuan yang berbagai jenis misalnya Umar bin Khattab kemampuannya dalam hokum peradilan yang luar biasa. Zaid bin Tsabit keistimewaannya berbahasa asing disamping ilmu tentang Al-Qur’an. Secara umum pada masa Khulafaurrasyidin masih sama perkembangan pendidikan ilmu pengetahuannya dengan masa Rasul. Namaun yang membedakan, pada masa ini sudah tumbuh minat untuk memperdalam Ilmu Bahasa khususnya terhadap filsafat Yunani.
3. Pada Masa Bani Umayyah
Pemikiran-pemikiran para Ulama yang tertuang dalam berbagai kitab pada masa ini sudah dibukukan uantuk menjaga jangan sampai hilang lenyap sebagai akibat perbuatan tangan-tangan jahil dan tidak bertanggungjawab. Pengumpulan yang terkenal dan selalu disebut adalah pengumpulan Hadis-hadis Rasulullah pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.
Pada masa Umayyah ini, kaum muslimin telah mempelajari filsafat melalui ilmu kedokteran atau kethabiban sebagai kebutuhan umat pada masa itu. Pada masa ini ditemukan adanya perintisan kegiatan penerjemahan, hal ini berarti memberi kesempatan kepada kaum muslimin untuk mempelajari bahasa-bahasa asing.
4. Pada Masa Bani Abbasiyah
Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad.
Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani Abbas. Akan tetapi karena kekuasaannya sangat singkat, Abu ja’far al-Manshur (754-775 M) yang banyak berjasa dalam membangun pemerintahan dinasti Bani Abbas. Pada tahun 762 M, Abu ja’far al-Manshur memindahkan ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon, bekas ibukota Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan Dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.
Abu ja’far al-Manshur sebagai pendiri muawiyah setelah Abu Abbas al-Saffah, digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas, ditangannyalah Abbasiyah mempunyai pengaruh yang kuat. Pada masa pemerintahannya Baghdad sangatlah disegani oleh kekuasaan Byzantium.
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan dinasti Umayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M).
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya.
Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan pengaruh Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Selanjutnya digantikan oleh Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Untuk memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Abu Muslim al-Khurasani melakukannya, dan kemudian menghukum mati Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya.
Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia, Clesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, diantaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator dari kementrian yang ada, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.
Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oksus dan India.
Pada masa al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata:
“ Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya) ”
Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Disamping itu, berbeda dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar tahta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar tahta ini lebih populer daripada nama yang sebenarnya.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).
Quote:
1. Pada Masa Rasulullah
Rasulullah SAW adalah orang yang pertama memenuhi ajaran Al-Qur’an, wahyu pertamanya adalah Surat Al-Alaq ayat 1-5 yang dibacakan langsung oleh Malaikat Jibril isi ayat itu adalah:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Beliau sangat intens dalam berdakwah dengan dua aspek, yaitu agama dan ilmu pengetahuan. Rasul terus menyerukan umat Islam agar terus belajar membaca dan menulis, umat Islam menyambut seruan Allah dan Hadis tentang ilmu. Mereka belajar membaca dan menulis agar dapat menyebarluaskan agamanya.
Pendidikan ini pun diberikan dalam masa dua periode sebelum hijrah yang berpusat di Mekkah. Dan periode sesudah hijrah berpusat di Madinah. Pada periode Mekkah Rasulullah mengutamakan pendidikan aqidah dan akhlak dan sedikit mengenai syari’ah. Tetapi pada periode Madinah selain pemantapan aqidah dan akhlak maka pembinaan syari’ah benar-benar diutamakan hingga pada suatu masa yaitu disempurnakannya didikan Islam dengan turunnya wahyu kepada beliau.
Adapun lembaga pendidikan yang terkenal pada masa Rasulullah adalah mesjid. Sudah menjadi tradisi Rasulullah bahwa beliau sering duduk di mesjid Nabawi di Madinah guna memberikan pelajaran kepada para sahabat mengenai masalah-masalah keagamaan dan masalah-masalah duniawi.
2. Pada Masa Khulafaurrasyidin
Pada masa ini, para sahabat Nabi dan tokoh-tokoh kaum muslimin generasi pertama, mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak negeri, bila mereka tinggal di suatu daerah mereka membuat Halaqah. Kemampuan para sahabat pun ternyata tidak hanya pada pemahaman agama, tetapi juga pemilik ilmu pengetahuan yang berbagai jenis misalnya Umar bin Khattab kemampuannya dalam hokum peradilan yang luar biasa. Zaid bin Tsabit keistimewaannya berbahasa asing disamping ilmu tentang Al-Qur’an. Secara umum pada masa Khulafaurrasyidin masih sama perkembangan pendidikan ilmu pengetahuannya dengan masa Rasul. Namaun yang membedakan, pada masa ini sudah tumbuh minat untuk memperdalam Ilmu Bahasa khususnya terhadap filsafat Yunani.
3. Pada Masa Bani Umayyah
Pemikiran-pemikiran para Ulama yang tertuang dalam berbagai kitab pada masa ini sudah dibukukan uantuk menjaga jangan sampai hilang lenyap sebagai akibat perbuatan tangan-tangan jahil dan tidak bertanggungjawab. Pengumpulan yang terkenal dan selalu disebut adalah pengumpulan Hadis-hadis Rasulullah pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.
Pada masa Umayyah ini, kaum muslimin telah mempelajari filsafat melalui ilmu kedokteran atau kethabiban sebagai kebutuhan umat pada masa itu. Pada masa ini ditemukan adanya perintisan kegiatan penerjemahan, hal ini berarti memberi kesempatan kepada kaum muslimin untuk mempelajari bahasa-bahasa asing.
4. Pada Masa Bani Abbasiyah
Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad.
Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani Abbas. Akan tetapi karena kekuasaannya sangat singkat, Abu ja’far al-Manshur (754-775 M) yang banyak berjasa dalam membangun pemerintahan dinasti Bani Abbas. Pada tahun 762 M, Abu ja’far al-Manshur memindahkan ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon, bekas ibukota Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan Dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.
Abu ja’far al-Manshur sebagai pendiri muawiyah setelah Abu Abbas al-Saffah, digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas, ditangannyalah Abbasiyah mempunyai pengaruh yang kuat. Pada masa pemerintahannya Baghdad sangatlah disegani oleh kekuasaan Byzantium.
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan dinasti Umayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M).
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya.
Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan pengaruh Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Selanjutnya digantikan oleh Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Untuk memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Abu Muslim al-Khurasani melakukannya, dan kemudian menghukum mati Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya.
Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia, Clesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, diantaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator dari kementrian yang ada, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.
Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oksus dan India.
Pada masa al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata:
“ Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya) ”
Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Disamping itu, berbeda dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar tahta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar tahta ini lebih populer daripada nama yang sebenarnya.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).
LANJUT DIBAWAH
Diubah oleh manffaat 03-12-2012 08:38
0
2.9K
Kutip
11
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923KThread•83.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru