s4nit0reAvatar border
TS
s4nit0re
Jebakan kelas Menengah? Permintaan AVANZA sampai 20.000 unit perbulan!


Toyota Minta Daihatsu Tambah Produksi Avanza
Rabu, 12/09/2012 17:04 WIB

Jakarta - Menyadari semakin banyaknya pesaing Avanza dan inden yang tak pernah surut, Toyota pun berharap kapasitas produksi Avanza di pabrik Daihatsu bisa mencapai 20.000 unit per bulan. Hal tersebut disampaikan Direktur Pemasaran PT Toyota-Astra Motor (TAM), Joko Trisanyoto di Bandung. "Permintaan diler kini mencapai 20.000 per bulan. Tapi baru bisa produksi 16.000 - 17.000 per bulan. Jadi kita akan meningkatkan kapasitas produksi sampai 20.000 unit. Belum tahu mulainya kapan. Tahun depan? Mudah-mudahan. Kan ADM mestinya nambah. Kita sekarang sudah submit request (ke Daihatsu), tapi belum ada jawaban," ujar Joko. Joko menuturkan dengan kapasitas produksi sekarang jelas tidak bisa memenuhi permintaan bulanan Avanza. "Karena masih 16.000-17.000 unit saja per bulan. Kita harapkan bisa 20.000 unit produksi dalam satu bulan," pungkasnya.
[url]http://oto.detik..com/read/2012/09/12/170452/2016301/1207/toyota-minta-daihatsu-tambah-produksi-avanza[/url]




Indonesia Diminta Waspada Jebakan Kelas Menengah
Kamis, 13 September 2012 | 15:41 WIB


TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Rahayu meminta pemerintah tidak terlalu terlena dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah saat ini. Berdasarkan pengalaman negara lain, pertumbuhan kelas menengah ini dikhawatirkan malah bisa menjadi jebakan bagi negara tersebut. "Negara itu nantinya sulit tumbuh ke tingkat berikutnya, jadi hanya bisa sampai kelas menengah," ujar Destry ketika menyampaikan paparan Outlook Makro Ekonomi di Jakarta, Kamis, 13 September 2012.

Ia mencontohkan Filipina, yang telah berstatus negara kelas menengah sejak tahun 80-an. Perkembangan tingkat masyarakat yang cukup signifikan inilah yang membuat Asian Development Bank menempatkan kantor pusatnya di sana. Tetapi, jika dilihat keadaannya saat ini, kondisi Indonesia malah lebih baik ketimbang Filipina. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi di Filipina saat itu tidak disertai usaha lain seperti inovasi, pengembangan teknologi, serta peningkatan pendidikan masyarakatnya. Indonesia saat ini bersituasi kurang lebih sama seperti Filipina. Jika pemerintah tidak mengupayakan hal-hal tersebut, bukan tidak mungkin Indonesia akan terjebak di kelas menengah saja.

Ciri-cirinya, menurutnya, sudah terlihat dengan posisi kualitas Sumber Daya Manusia yang masih relatif rendah dibanding negara ASEAN lainnya. Berdasar data UNDP, Indonesia saat ini masih berada di peringkat 108 jauh di bawah Malaysia yang berada di peringkat 57. Belum lagi jika dilihat dari proporsi pekerja lulusan universitas terhadap total pekerja. Berdasar data ILO, baru sebanyak 7 persen total pekerja yang merupakan lulusan universitas. Lebih rendah dibanding Thailand yang sebanyak 17 persen, bahkan Filipina yang sebanyak 29 persen.

Ia menekankan, pemerintah harus lepas dari jebakan ini dengan memperbaiki tiga hal yang masih menjadi kekurangan, yakni menggenjot pasar tenaga kerja untuk menghasilkan sumber daya berkualitas, pengembangan teknologi agar semakin banyak industri bernilai tambah, "Dan terakhir adalah infrastruktur harus terus dibangun," kata dia.
http://www.tempo.co/read/news/2012/0...Kelas-Menengah


Suasana sebuah pusat perbelanjaan yang masih relatif sepi pengunjung di Jakarta Selatan, Selasa

BANK DUNIA: Kelas menengah Indonesia 134 juta orang
Rabu, 07 Maret 2012 | 15:28 WIB

JAKARTA: Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ditopang pertambahan jumlah masyarakat kelas menengah yang bertambah 8-9 juta per tahun. Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pertambahan kelas menengah terbukti mendongkrak konsumsi dalam negeri yang selanjutnya menjaga pertumbuhan ekonomi di level 6,5% pada 2011.

Konsumsi diketahui menyumbang 70% pertumbuhan ekonomi Indonesia. Padahal pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi sejumlah negara bergerak negatif akibat dampak krisis finansial di kawasan Eropa. “Saat kondisi ekonomi global tidak menggembirakan, kita justru tumbuh dengan baik, yakni 6,5%," ujarnya di sela rapat kerja Kementerian Perdagangan, Rabu 7 Maret 2012.

Daya beli, lanjut Hatta, meningkat. NTP (nilai tukar petani) yang jadi salah satu ukuran juga naik. Demikian pula indeks kepercayaan konsumen. "Ada permintaan yang luar biasa dari kelas menengah,” ujarnya

Bank Dunia menyebutkan, 56,5% dari 237 juta populasi Indonesia masuk kategori kelas menengah, dengan nilai belanja US$2-US$20 per hari. Artinya, saat ini ada sekitar 134 juta warga kelas menengah di Indonesia.
http://www.bisnis.com/articles/bank-...134-juta-orang

Belum diantisipasi

Potensi pertumbuhan masyarakat kelas menengah masih memungkinkan. Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sekitar 6,7 persen. Asumsi makro antara lain menyebutkan, setiap pertumbuhan ekonomi 1 persen akan menciptakan 450.000 lapangan kerja baru. Bakal ada sekitar 30 juta orang yang memperoleh pekerjaan. Hatta Rajasa mengutip analisis Jepang menyebutkan, tahun 2015, lebih dari 100 juta penduduk Indonesia akan berpenghasilan 3.000 dollar AS per tahun.

Lembaga riset dari Inggris, Euromonitor, menyebutkan, pada tahun 2020 pendapatan sekitar 60 persen penduduk Indonesia mencapai Rp 7,5 juta per bulan atau 10.000 dollar AS per tahun. ”Ada 8 juta-9 juta warga Indonesia yang naik kelas menengah,” ujar Hatta. Pertumbuhan ekonomi yang berlanjut dan membaiknya harga-harga komoditas ekspor, seperti kelapa sawit mentah dan batubara, menimbulkan dampak berganda pada masyarakat, termasuk menumbuhkan kelas menengah. Masuknya modal asing di pasar modal juga menjadi pendorong pendapatan sejumlah anggota masyarakat.

Berdasarkan catatan Litbang Kompas, kebijakan pemerintah secara gradual menaikkan gaji pegawai negeri sipil setiap tahun juga mendorong tumbuhnya kelas menengah. Kenaikan gaji dan remunerasi juga dialami karyawan swasta, terutama di industri yang mencatat pertumbuhan signifikan, seperti otomotif, penerbangan, perkebunan, dan pertambangan. Di sektor swasta pun setiap tahun terjadi peningkatan upah minimum mengikuti inflasi dan kenaikan upah sundulan.

Kenaikan penghasilan ini bisa terlihat dari simpanan masyarakat di perbankan yang terus melonjak. Lembaga Penjamin Simpanan, pekan lalu, menyebutkan, simpanan bank umum pada Oktober 2011 mencapai Rp 2.625 triliun, naik Rp 38,18 triliun dibandingkan September 2011. Jumlah rekening juga tumbuh dari 100,324 juta rekening pada September 2011 menjadi 100,681 juta rekening pada Oktober 2011. Kenaikan terbesar tercatat pada segmen simpanan dengan nominal di atas Rp 5 miliar, yakni Rp 23,22 triliun. Per akhir Oktober 2011, total simpanan di atas Rp 5 miliar mencapai Rp 1.081 triliun atau sebesar 41,21 persen dari seluruh simpanan di bank.

Hanya saja, pertumbuhan masyarakat kelas menengah ini belum diantisipasi kalangan pengusaha dan pemerintah. Hatta Rajasa mengemukakan, pemerintah akan terus berupaya meningkatkan investasi di dalam negeri sehingga industri manufaktur dalam negeri terus bergerak untuk memenuhi kebutuhan domestik. Yang nyata terjadi, impor buahan-buahan dan sayuran Indonesia sudah mencapai Rp 17,6 triliun. Semua impor ini untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Ironisnya, bahkan impor juga terjadi pada produk ikan dan garam. ”Kita harus bisa memanfaatkan momentum tumbuhnya kelas menengah ini untuk ’jualan’ investasi,” ujar Tony. Belakangan ini, ratusan perusahaan waralaba asing datang mengincar pasar Indonesia.
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...k.Diantisipasi

-------------

Kebanyakan kelas menengah di Indonesia itu adalah buruh, orang bayaran perusahaan, hanya kebetulan bisnis perusahaannya lagi 'booming', maka gaji mereka cukup lumayan. Makanya kalau ada krisis, mereka akan di PHK dan jatuh miskin kembali. Kelas menengah itu pun pasti akan rontok kembali! Kelas menengah kita itu berkembang pesat pasca Reformasi lalu, umumnya berasal dari kelas pekerja buruh, yang menikmati kenaikan pendapatan sangat besar dalam 5 tahun terakhir ini.

Ada 2 kelas buruh di negara kita saat ini, Buruh Negara (sering disebut PNS) dan Buruh Industri (buruh Swasta). Buruh Negara yang disebut PNS, banyak diantara mereka menjadi kelas menengah akibat gaji PNS yang terus dinaikkan 10-15% pertahunnya secara rutin. Disamping itu, adanya renumerasi PNS seperti di Kemenkeu itu atau sertifikasi Guru Dan Dosen. Itu belum termasuk yang kaya akibat korupsi atau karena memperoleh cipratan proyek APBN yang kini hampir Rp 1.500 triliun.

Di sektor Swasta, juga berkembang pesat, baik PMA maupun PMDN dan UMKM. Buruh-buruh pada level manager menenga-keatas di dunia industri itu, menikmati pula lonjakan gajinya akibat perusahaan mereka mengalami 'booming' di dalam negeri maupun export. Gajinya mereka terus naik dan masih diberi bonus-bonus besar akibat laba perusahaan terus meningkat pesat. Buruh Negara (PNS) dan buruh Swasta inilah yang menjadi kunci kemajuan ekonomi RI saat ini. Sayangnya kelas menengah yang tumbuh dari kalangan bisnis yang inovatif, masih kecil sekali, terutama yang ada di sektor UMKM. Ini rawan sekali! Sekali kita resesi, otomatis semua kekayaan kelas menengah asal buruh itu akan rontok, mirip kalangan menengah di AS dan Eropa saat ini yang jatuh miskin akibat PHK besar-besaran akibat ekonomi negaranya kena krisi keuangan.
Diubah oleh s4nit0re 03-12-2012 09:38
0
53.1K
529
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.