Berbeda dengan para pekerja seks komersial (PSK) dari kampus ataupun SMU yang sering mangkal di mal, sejumlah remaja yang juga menjual diri ini mengincar tamu yang "berkelas". Umumnya, mereka adalah yang bermodal paras cantik dan tubuh aduhai serta kulit putih mulus.
Tidak mudah juga mendeteksi keberadaan mereka karena sekilas tidak berbeda dengan wanita lainnya. Berkat bantuan seorang penghubung, Kompas.com diajak ke sebuah tempat lounge spa dan fitness di salah satu kawasan bisnis Manado. FT, lelaki yang menjadi penghubung tersebut, memperkenalkan seorang wanita cantik berkulit mulus, WIK.
Modus WIK dalam mencari pelanggan tidak seperti PSK pada umumnya. Biasanya mereka mengajak kenalan dulu para tamu. Lalu berteman dan mengajak jalan-jalan. "Kami tidak sembarang menerima tamu. Tergantung mood, kalau terasa cocok baru layani," ujar WIK.
Untuk sampai di tempat tidur pun tidak langsung terjadi pada pertemuan pertama. Menurut pengakuan WIK, biasanya mereka melayani tamu ketika sudah dua atau tiga kali bertemu. Itu pun tidak diawali dengan proses tawar-menawar tarif. "Kami tidak pasang tarif dan pakai durasi waktu. Tidak ada nego harga. Semua mengalir saja," aku WIK.
WIK yang juga merupakan karyawan di tempat spa dan fitness tersebut mengaku, jika sudah terasa klop, biasanya tamu mengajak makan malam di hotel. Di saat itulah kemudian berlanjut hingga booking kamar. "Saya tidak pernah bilang short time atau long time, terserah tamu mau sekali atau berapa kali," jelasnya sambil tersenyum.
Full service menjadi kunci pelayanan mereka. Karena tidak memasang tarif, mereka melayani tamu dengan semua pelayanan prima. Ketika ditanya soal harga, WIK mengakui bahwa selama hampir dua tahun manjalani profesi sampingan ini, dia tidak pernah menerima bayaran di bawah Rp 2 juta. "Itu pun jarang dibayar cash, biasanya tamu mentransfer ke rekening saya. Saya pernah dibayar Rp 5 juta hanya untuk sekali main. Tamunya seorang pengusaha dari Bali," ujar WIK sambil tertawa.