- Beranda
- The Lounge
Kerja Asal-Asalan
...
TS
itsal
Kerja Asal-Asalan
Quote:
Beberapa kali saya mendapati kondisi pekerja yang kerjanya asal-asalan. Maksudnya, dia bekerja hanya sekedar untuk memenuhi persyaratan administratif bahwa dia bekerja, tetapi sesungguhnya dia tidak peduli dengan apa yang dikerjakan. Contohnya begini.
Suatu saat saya ke counter yang menjual sebuah produk. Saya menanyakan dimana tempat servis produk tersebut di kota Bandung atau adakah yang dapat memberikan servis di gedung ini (kejadiannya di BEC, Bandung). Sang penjaga counter ini tidak dapat menjawab apa-apa karena bagi dia mungkin yang penting adalah duduk di belakang counter. Bagi dia bekerja adalah duduk di belakang counter. Mengenai produknya sendiri, dia tidak peduli. Berbeda dengan penjaga lain yang berada di toko yang lain. Ketika ditanya, dia dapat memberi tahu tempat servis resminya, servis di lokal, dan perkiraan harganya kalau harus bayar. Dengan kata lain dia mau belajar tentang produk yang dia jual.
Tentu saja kerja asal-asalan ini juga terjadi di industri / instansi lain. Banyak orang yang merasa bahwa bekerja itu adalah hadir. Sesunguhnya dia tidak menyukai apa yang dia kerjakan dan dia merasa tidak nyaman atau bahkan tersiksa. Dia tidak peduli dengan kualitas pekerjaannya, apa lagi untuk meningkatkan kualitas hasil dan layanannya.
Sebagai contoh, ketika orang membuat laporan (report, dokumen) maka ada kecederungan dia membuat seadanya. Asal ada saja dokumen itu untuk memenuhi syarat. Isinya? Ya seadaanya saja. Tidak banyak orang yang memikirkan isinya, bagaimana membuat isi laporan tersebut lebih mudah dimengerti, lebih cepat dibaca, lebih bermanfaat, dan seterusnya. Ada orang yang seperti ini – berbuat lebih – tetapi tidak banyak. Sebagian besar ya kerjanya asal-asalan saja.
Lantas apa maunya orang seperti ini? Dia berpikir bahwa dia dapat bekerja di tempat lain dan mendapat apresiasi yang berbeda (lebih). Sesungguhnya di tempat lainpun dia tidak akan dihargai. Pemberi kerja akan menghargai orang yang berusaha bekerja sesungguh hati. Bahkan dalam tingkat pesuruh pun akan menjadi rebutan orang banyak. Orang yang bekerja dengan sepenuh hati tidak akan mendapat kesulitan mencari pekerjaan karena bukan dia yang mencari, tetapi orang atau pekerjaan yang mencari dia.
Mentalitas seperti ini mungkin sudah muncul ketika menjadi mahasiswa. Banyak mahasiswa yang mengerjakan tugas asal-asalan. Asal ada saja. Asal selesai. Dia tidak ingin membuat tugas yang bagus. Padahal ini tercermin dalam hasilnya. Akhirnya mahasiswa ini terbiasa dengan seadanya dan ketika luluspun kebiasaan ini terbawa. Hadoh.
Bagaimana dengan Anda?
Suatu saat saya ke counter yang menjual sebuah produk. Saya menanyakan dimana tempat servis produk tersebut di kota Bandung atau adakah yang dapat memberikan servis di gedung ini (kejadiannya di BEC, Bandung). Sang penjaga counter ini tidak dapat menjawab apa-apa karena bagi dia mungkin yang penting adalah duduk di belakang counter. Bagi dia bekerja adalah duduk di belakang counter. Mengenai produknya sendiri, dia tidak peduli. Berbeda dengan penjaga lain yang berada di toko yang lain. Ketika ditanya, dia dapat memberi tahu tempat servis resminya, servis di lokal, dan perkiraan harganya kalau harus bayar. Dengan kata lain dia mau belajar tentang produk yang dia jual.
Tentu saja kerja asal-asalan ini juga terjadi di industri / instansi lain. Banyak orang yang merasa bahwa bekerja itu adalah hadir. Sesunguhnya dia tidak menyukai apa yang dia kerjakan dan dia merasa tidak nyaman atau bahkan tersiksa. Dia tidak peduli dengan kualitas pekerjaannya, apa lagi untuk meningkatkan kualitas hasil dan layanannya.
Sebagai contoh, ketika orang membuat laporan (report, dokumen) maka ada kecederungan dia membuat seadanya. Asal ada saja dokumen itu untuk memenuhi syarat. Isinya? Ya seadaanya saja. Tidak banyak orang yang memikirkan isinya, bagaimana membuat isi laporan tersebut lebih mudah dimengerti, lebih cepat dibaca, lebih bermanfaat, dan seterusnya. Ada orang yang seperti ini – berbuat lebih – tetapi tidak banyak. Sebagian besar ya kerjanya asal-asalan saja.
Lantas apa maunya orang seperti ini? Dia berpikir bahwa dia dapat bekerja di tempat lain dan mendapat apresiasi yang berbeda (lebih). Sesungguhnya di tempat lainpun dia tidak akan dihargai. Pemberi kerja akan menghargai orang yang berusaha bekerja sesungguh hati. Bahkan dalam tingkat pesuruh pun akan menjadi rebutan orang banyak. Orang yang bekerja dengan sepenuh hati tidak akan mendapat kesulitan mencari pekerjaan karena bukan dia yang mencari, tetapi orang atau pekerjaan yang mencari dia.
Mentalitas seperti ini mungkin sudah muncul ketika menjadi mahasiswa. Banyak mahasiswa yang mengerjakan tugas asal-asalan. Asal ada saja. Asal selesai. Dia tidak ingin membuat tugas yang bagus. Padahal ini tercermin dalam hasilnya. Akhirnya mahasiswa ini terbiasa dengan seadanya dan ketika luluspun kebiasaan ini terbawa. Hadoh.
Bagaimana dengan Anda?
Sumber
0
2.3K
Kutip
5
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya