Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kentut.rebusAvatar border
TS
kentut.rebus
Siapakah Sebenarnya Paman Sam
Paman Sam adalah sebuah nama yang tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sebutan populer bagi Negara Amerika Serikat tersebut konon bermula dari kisah seorang Inspektur (Pemeriksa/Penge-chek) daging sapi –menurut beberapa referensi, termasuk juga daging babi- yang berasal dari Troy, sebuah wilayah di kota New York. Lelaki yang bertugas mensuplai berbarel-barel daging untuk tentara Amerika Serikat selama perang melawan Inggris pada tahun 1812 tersebut bernama Samuel Wilson (1766-1854). Saat itu dia menandai barel-barel (Semacam Tong) tersebut dengan inisial “U.S” untuk United States. Namun beberapa tentara sambil berkelakar ketika ditanya mengenai inisial “U.S” tersebut menjawab bahwa U.S adalah akronim dari Uncle Sam’s.
Singkat cerita, setelah kisah unik itu, sebuah Harian lokal mengangkatnya dalam tajuk utama berita mereka dan Paman Sam akhirnya memperoleh dukungan yang besar sebagai nama panggilan atau julukan untuk pemerintah federal Amerika Serikat.
Dan setelah berbagai proses panjang pembuatan gambar yang dimaksudkan sebagai ikon Paman Sam oleh beberapa kartunis politik seperti Thomas Nast (1840-1902) dan juga oleh artis James Montgomery Flagg (1877-1960), akhirnya pada bulan September 1961 Kongres Amerika Serikat memperkenalkan Samuel Wilson sebagai “Leluhur atau Nenek Moyang Simbol Nasional Amerika” dengan nama Paman Sam sebagai sebutan untuk bangsa Amerika.

Sebuah Telaah Kritis
Menurut Muhammad Isa Dawud, seorang wartawan dan penulis produktif asal Mesir dalam sebuah bukunya yang fenomenal yang berjudul Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda, nama Paman Sam sebenarnya memiliki sejarah panjang yang dimulai dari masa kenabian Musa AS. Sam -menurut penulis buku laris Dialog Dengan Jin Muslim tersebut- dinisbatkan kepada sebuah negeri kecil yang bernama Samirah yang terletak di Palestina yang kelak akan menjadi negara besar pada masa Dawud dan bahkan menjadi ibu kota kerajaan Bani Israil warisan Sulaiman A.S. Hal ini berdasarkan sisi masa kelahiran Nabi Musa A.S yang kira-kira satu abad sebelumnya (Hal : 29-30). Sebuah negeri dimana seorang lelaki paling berbahaya yang tiada seorang Rasul dan Nabi pun yang pernah diutus ke bumi yang tidak memperingatkan umatnya akan bahaya fitnah dan kerusakan yang akan ditimbulkan olehnya menjelang hari akhir (akhir zaman) kelak. Lelaki tersebut adalah Al Masikh Ad Dajjal. Dan penisbatan kata “Sam” tersebut dijelaskan lebih lanjut ketika Dajjal memulai pengembaraannya ke negeri-negeri di daerah Amerika Latin yang berselang jauh sekitar 7 abad sebelum Columbus menjamah benua tersebut.
Singkat kisah, dan ketika Dajjal bertemu Iblis di wilayah selatan benua Amerika tepatnya di sekitaran Bermuda yang diklaim sebagai kerajaan Iblis yang bertahta di atas lautan (air) dan berbincang banyak dengannya, akhirnya disepakatilah sebuah kerjasama yang tertuang dalam sebuah pidato panjang Iblis yang berbunyi : ”Dengan namaku, akulah Tuhan yang agung bagimu dan seluruh dunia ini. Dengan nama sahabat dan pendampingku serta saudara kembarku, anak Samirah, aku senang memanjakannya dengan membuang huruf namanya, yang tidak seperti orang-orang Arab membuang huruf nama itu dengan membuang huruf akhirnya. Kami raja, membuang dua huruf namanya sehingga sahabatku itu menjadi ‘Sam’ atau ‘Paman Sam’ bagi seluruh manusia. Ia adalah saudara dan bayanganku bagi mereka. Oleh karena itu, Paman Sam adalah paman kalian dan paman tiap orang yang beriman kepada kami…” (Hal : 104). Penjelasan gamblang dalam buku tersebut yang dinilai tidak sedikit kalangan sebagai sesuatu yang kontroversial (untuk tidak menyebut mengada-ada) karena menggunakan sumber referensi yang kebanyakan berasal dari manuskrip-manuskrip kuno (disamping menggunakan Al Qur’an dan Hadis tentunya) yang sungguh tidak mudah dijadikan sebagai rujukan yang Shahih oleh beberapa kalangan. Namun nampaknya penjelasan dari penulis yang memiliki latar belakang sastra dari Fakultas Bahasa-bahasa dan Studi Timur Cairo University dengan gelar Lc yang juga pernah mengepalai bagian referensi dan koreksi sekaligus sebagai wakil Pemred untuk rubrik pemikiran dan kebudayaan Islam di surat kabar Saudi An-Nadwah ini juga sedikit banyak menguraikan simpul sejarah yang berkaitan erat dengan awal mula berdirinya negara Amerika Serikat.
Karena nampaknya tidak banyak yang tahu bahwa sebagian besar para Founding Father penandatangan ‘Declaration Of Independence’ negara adidaya tersebut adalah para anggota Freemasonry, sebuah kelompok bawah tanah dari daratan Eropa yang kesejarahannya dapat dirunut dari perang salib berabad-abad yang lampau di Jerussalem. Kelompok ini awalnya adalah para anggota Kesatria Yahudi (Knight Of Templar) yang berkoalisi dengan pasukan besar Salibis Eropa yang berperang melawan para Mujahidin di Jerussalem pada tahun 1099. Dan setelah pasukan Islam di bawah Sholahuddin Al Ayyubi berhasil merebut kembali Jerussalem, kelompok yang sebelumnya tinggal di kota suci 3 iman dengan berbagai keistimewaan yang diperoleh karena jasa-jasa mereka pada perang Salib terdahulu tersebut terusir dan kembali ke daratan Eropa, terutama di wilayah selatan Prancis. Namun karena kecemburuan raja Prancis kala itu (King Philip le Bel) atas kemajuan kelompok ini, maka dibuatlah makar untuk membasmi mereka dengan cara ditangkap, disiksa dan dibakar hidup-hidup di lapangan kerajaan seperti yang dialami juga oleh pemimpin tertinggi (Grand Master) kelompok ini, Jacques de Molay. Sebagian musnah dan sebagian lagi menyusup ke gilda-gilda pekerja batu dan membentuk serikat persaudaraan bernama Freemasonry yang kelak melahirkan para generasi cerdas semacam Adam Weishaupt, James Abram Garfield, bahkan para presiden awal Amerika Serikat juga adalah anggota kelompok rahasia ini seperti George Washington (dilantik pada 4 November 1752), T. Rosevelt (dilantik 24 April 1901), Harry S. Truman (dilantik 9 Februari 1909).


Paman Sam Hari Ini
Jika kita melihat tingkah polah negeri Paman Sam hari ini terutama kebijakan luar negerinya, pasti kita sudah mafhum bahwa mereka adalah sebuah contoh “Imperium” adidaya yang munafik. Negara yang selalu berkoar sebagai pelopor dan pemelihara demokrasi ini nyatanya kini tak lebih dari sebuah negara koboisme yang jika ada sebuah negara yang dinilai dapat mengusik kepentingan mereka maka perang (baik secara Militer maupun Embargo Ekonomi) adalah jawabannya. Banyak contoh kasus kejahatan perang internasional yang melibatkan Paman Sam baik secara langsung maupun tidak. Invasi Irak dengan dalih bualan adanya senjata pemusnah massal yang oleh para pakar dinilai tak lebih dari upaya Paman Sam menguasai sumber minyak negara 1001 malam tersebut. Dan dengan dalih War Against Terrorisme, betapa banyak negeri Muslim yang terkena imbasnya, setelah Afghanistan, kini telunjuk mereka mengarah kepada Iran dan Suriah yang dicap sebagai negeri Poros Setan bersama Korea Utara dan negeri-negeri Amerika Latin yang didominasi aliran Sosialis seperti Bolivia, Venezuela dan Kuba.
Dan contoh kasus paling “abadi” adalah masalah Palestina yang tak kunjung reda. Paman Sam yang konon negara pelopor demokrasi nyatanya tak mampu menunjukkan sikap legowonya ketika HAMAS memenangkan pemilu Palestina secara demokratis dengan cara tidak mengakuinya bahkan mengancam mencabut bantuan ekonominya. Dan ketika terjadi perang 22 hari antara Israel-Palestina (HAMAS) beberapa saat lalu, ketika mulut masyarakat dunia serempak mengutuk kebiadaban Israel, AS justru membela dan melindungi negeri Zionis Yahudi tersebut melalui Hak Vetonya di PBB.
Nampaknya Paman Sam memang tak akan bisa lepas dari cengkraman kepentingan Yahudi (Israel) karena begitu kuatnya pengaruh lobi Yahudi ini di dalam gedung putih dan parlemen AS yang salah satunya diperankan oleh AIPAC (American-Israel Public Affairs Committee) yang sungguh sangat berpengaruh dalam kebijakan luar negeri AS dan bahkan dalam ajang pemilihan presiden-presiden AS. Karena sudah dapat dipastikan bagi siapapun calon yang didukung penuh oleh Lobi Yahudi, maka dialah yang akan duduk di kursi gedung putih. Dan “upah” dari itu semua adalah Israel harus menjadi prioritas utama Amerika . So, siapakah Paman Sam sebenarnya ???
0
3K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.