KRITIK TERHADAP DANGDUT INDONESIA
Musik dangdut tentu tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Dangdut dapat didengarkan hampir kapan saja dan di mana saja oleh berbagai kalangan masyarakat. Bentuk awal musik ini awalnya berbau Arab karena musik ini terbawa oleh masuknya Agama Islam ke Indonesia pada tahun 635 – 1600 M. Musik ini berangsur-angsur menjelma menjadi musik melayu pada tahun 1940an – 1960an. Dangdut juga dipengaruhi oleh musik dunia barat yang menyebabkan penambahan alat musik tertentu.
Namun, citra musik dangdut serasa menurun dari tahun ke tahun. Dangdut sering dianggap ketinggalan zaman dan terkesan ‘ndeso’. Dangdut sangat cepat tergeser oleh musik-musik lain yang saat ini menjadi mainstream di kalangan masyarakat seperti musik pop.
Dangdut sebenarnya dapat kembali ke masa kejayaannya apabila lagu-lagunya di-compose dan diaransemen dengan baik sehingga citra masyarakat akan musik dangdut bisa kembali naik. Namun berdasarkan pengamatan saya, penyebab utama turunnya citra musik dangdut adalah penyanyinya sendiri. Tanpa alasan yang jelas, akhir-akhir ini penyanyi dangdut justru tidak menunjukkan suaranya, tapi memamerkan body-nya saja. Ini menyebabkan penikmat dangdut tidak menghayati makna dari lagu yang dinyanyikan, melainkan fokus ke ‘paha dan dada’. Hal ini juga menyebabkan dangdut terkesan porno, bahkan ada beberapa lagu dangdut masa kini yang memiliki konten agak eksplisit seperti ‘Hamil Duluan’ dan ‘Cinta Satu Malam’.
Walaupun dangdut tidak sepenuhnya musik asli Indonesia, keberadaannya perlu dilestarikan karena esensi asli dari dangdut perlahan menghilang dengan konten eksplisit yang ada di dalamnya.


DESARNADO BAGAS ELLASA
anaknya penulis iseng

Ane nggak pengen gan, ane pengen dangdut bisa berjaya lagi